Mohon tunggu...
ibs
ibs Mohon Tunggu... Editor - ibs

Jika non-A maka A, maka A

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Tak Adil Menghukum Wenger Hanya Karena Urusan Gelar

28 April 2018   12:29 Diperbarui: 29 April 2018   02:55 2688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: independen.co.uk/Getty Images

"Keputusan konyol," begitu sekiranya kesimpulan publik kala Arsenal menunjuk Arsene Wenger sebagai juru taktik 22 tahun silam. Kini kekonyolan itu, entah, apakah masih berlaku atau tidak. Tapi yang pasti tak adil rasanya menghukum Wenger hanya karena urusan gelar.

Ditunjuknya Wenger mengisi kursi kepelatihan menggantikan Burce Rioch tak lepas dari peran David Dein. Ia memberikan rekomendasi kepada manajemen untuk memilih pria asal Prancis itu. Dan Dein pula yang langsung menghubungi Wenger ketika masih di Jepang.

Seperti di awal, kehadiran Wenger menimbulkan reaksi tak sedap. Sayangnya justru datang dari kapten tim, Tony Adams. Orang Prancis, tak punya pengalaman cukup, dan datang dari Jepang, begitu kira-kira ungkapan Adams.

Wajar, Wenger memang tidak memiliki nama besar di Inggris, bahkan ia tak sekalipun pernah didengar. Nama Wenger tak lebih tenar ketimbang Alex Ferguson atau Alan Shearer. Tetapi ia sama sekali tak bisa diremehkan.

Di laga debutnya ia langsung membuktikan ketika mengahadapi Blackburn Rovers -tim yang diperkuat Shearer. Saat itu Arsenal menang dua gol tanpa terbobol. Sejak itu perjalanan karier Wenger kian moncer, dua tahun berselang dwigelar -FA Cup dan Liga Inggris- dibawa ke Highbury.

Dwigelar tadi bukan pertama, di musim 2001/2002 prestasi itu kembali dibukukan ditorehkan Wenger. Bahkan khusus titel FA Cup dia raih tiga kali beruntun sejak 2002 hingga 2005.

Tapi dari seluruh juara yang pernah diraih Wenger, semua sepakat, bahwa paling teristimewa adalah juara Liga Inggris di musim 2003/2004. Meriam London juara tanpa merasakan sekalipun kekalahan. Tak heran media ternama, The Times, menjuluki para anak asuh Wenger pada musim itu sebagai tim yang memperagakan seni menyerang mematikan nan indah. Dan akhirnya berkat Le Professeur Arsenal menjadi satu-satunya tim -dan belum pernah ada tim manapun hingga kini- yang pernah mencatatkan hasil manis itu di era Liga Primer.

Wenger dikenal sebagai pelatih dengan misi, visi, dan ambisi kuat pada tiap tim yang ia nahkodai. Karenanya kita kerap dipertontonkan permainan atraktif dan menarik. Tontonan itu juga tak lepas dari apa yang ia bentuk di luar lapangan, dan ia bahkan tak segan untuk merombak hal-hal fundamental, seperti menu latihan dan porsi makanan.

Kebanyakan, kalau sulit mengatakan semua, tim-tim di Inggris menerapkan durasi panjang untuk latihan, porsi terbesarnya adalah ketahanan fisik. Sedangkan Wenger, ia justru memperpendeknya namun menambah intensitasnya, dan lebih banyak variasi.

Demikian juga dengan sajian makanan para pemain. Wenger memang tidak begitu lama di Jepang, namun ia mempelajari banyak hal di sana termasuk kebiasaan orang Jepang yang ia bawa ke dapur masak Arsenal. Di Jepang Wenger mengaku tak pernah melihat orang melakukan diet daging dan gula. Di sana ia hanya melihat orang-orang memakan sayur, sayur, dan sayur. Ditambah ikan dan nasi.

Menu semacam itu plus latihan keras ala atlete sepakbola akan menjadi sebuah kombinasi terbaik. Atau setidaknya akan memperpanjang 'umur' sang pemain, setidaknya begitu baginya, sebagaimana dilansir The Guardian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun