Mohon tunggu...
Ian Kassa
Ian Kassa Mohon Tunggu... Freelancer - Merdeka dalam berpikir.

Percaya bahwa tak ada eksistensi tanpa perbedaan. Serta percaya pada proses, bukan pada mitos.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pesantren Bukan "Bengkel" Moral

23 Januari 2020   08:30 Diperbarui: 23 Januari 2020   08:36 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Tahun ajaran baru sebentar lagi akan dimulai. Berbagai sekolah di Indonesia kini telah membuka jalur pendaftaran. Tak terkecuali dengan pesantren.Orang Indonesia mana yang tak mengenal pesantren? Kita semua paham bahwa,  pesantren merupakan tempat edukasi yang menitik beratkan pada nilai-nilai keislaman.

Pemahaman inilah yang  mengendap di benak kebanyakan warga Indonesia. Sebuah pemahaman yang kemudian menjelma menjadi motivasi bagi orang tua untuk menyekolahkan anaknya di pesantren.

Akan tetapi, tahukah kita, motivasi di atas bukan satu-satunya stimulus yang mendorong banyak orang tua untuk menyekolahkan anaknya di pesantren? Ada dorongan lain. Yakni, anggapan bahwa pesantren adalah "bengkel" moral.

Ada yang seperti ini? Ada. Walau pun memang tidak semuanya. Melihat pesantren layaknya bengkel moral merupakan cara pandangan yang keliru mengenai pesantren.

"Begini pak, anak saya ini nakal. Saya takut kalau pergaulannya semakin menyimpang,"

Kurang lebih begitulah keluhan-keluhan para orang tua. Biasanya, keluhan seperti ini lebih dominan datang dari orang tua yang status anaknya adalah pindahan. Mereka mengira jika berada di pesantren, maka ahlak anaknya akan seketika berubah menjadi baik.

Apakah salah jika banyak orang tua yang berharap anaknya menjadi semakin baik ketika bersekolah di pesantren? Tidak. Tak ada yang salah dengan berharap demikian. Salah itu ketika beberapa orang tua mempersepsikan bahwa pesantren menjamin kebaikan.

Berdasarkan pengalaman pribadi, sekian lama penulis berstatus santri, tiga tahun lebih penulis menjadi tenaga pengajar di sebuah pesantren, tak satu pun pesantren yang menggaransikan ke orang tua dan peserta didik bahwa dengan bersekolah di pesantren pasti moralnya akan baik. Yang tadinya bermoral buruk, kemudian berstatus santri, seketika moralnya menjadi baik. Tidak ada pesantren yang menjamin seperti itu.

Pesantren adalah tempat di mana ikhtiar para pengurus, kyai, dan ustadz-ustadz terakumulasi guna mengarahkan para santri untuk menjadi baik atau bermoral. Ingat! Bukan jaminan tetapi ikhtiar.

Ikhtiar dalam kacamata Islam adalah upaya atau usaha para hamba Allah. Mereka yang mengambil bagian di sebuah pesantren dalam mendidik anak-anak tak lain dan tak bukan hanya berusaha. Bukan menjamin atau memberi kepastian bahwa peserta didik pasti menjadi baik moralnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun