Mohon tunggu...
I NyomanTri Guna Juliawan
I NyomanTri Guna Juliawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa STAHN Mpu Kuturan Singaraja Prodi Ilmu Komunikasi

Tetap Semangat Pasti Berhasil

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tingkat Pengangguran di Indonesia yang Bertambah

27 Januari 2021   07:50 Diperbarui: 27 Januari 2021   08:09 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pademi covid-19 mau tak mau memaksa sejumlah daerah untuk menerapkan pembatasan sosial berskala besar PSBB atau PKKM . Imbasnya, banyak perusahaan terpaksa merumahkan atau melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap para pegawainya. Karena kehilangan sumber penghasilan, daya beli masyarakat pun ikut menurun.

Pemerintah sangat cepat merespons situasi tersebut dengan meluncurkan sejumlah paket kebijakan, seperti Pademi covid-19 mau tak mau memaksa sejumlah daerah untuk menerapkan pembatasan sosial berskala besar PSBB atau PKKM . Imbasnya, banyak perusahaan terpaksa merumahkan atau melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap para pegawainya. Karena kehilangan sumber penghasilan, daya beli masyarakat pun ikut menurun.

pemerintah juga meluncurkan paket bantuan sembako, kartu prakerja, pembebasan dan diskon tarif listrik, dan lain-lain.

Karena pola pengangguran seperti itu, angka pengangguran saat pandemi rasanya tetap tidak akan berkurang signifi kan meski pemerintah telah mengucurkan sejumlah paket stimulus ekonomi kepada dunia usaha

pengangguran memiliki pola perilaku yang identik dengan virus. Makin lama seseorang menganggur, peluang untuk mendapatkan pekerjaan berikutnya makin kecil. 

Akibatnya, rasio penganggur jangka panjang terhadap total pe ngangguran akan meningkat.
Atas dasar itu, maka pengangguran kali ini perlu dilihat sebagai epidemi yang tersembunyi daripada sekadar fenomena siklus bisnis. Tanpa perubahan cara pandang, penanganan pengangguran saat pandemi tetap tidak akan optimal.

Di luar itu, peta pengangguran tersebut juga perlu dilengkapi dengan profil kerentanan ekonomi dan sosial masing-masing penganggur, seperti keterbatasan akses terhadap makanan, air, dan sanitasi, perumahan, pendidikan, layanan kesehatan, transportasi, dan lain-lain.

Dalam konteks pandemi, pengangguran perlu ditangani layaknya penanganan penyakit menular yang mensyaratkan adanya pelacakan yang agresif dan penyediaan fasilitas karantina. Artinya, para penganggur kala pandemi akan ditangani layaknya penanganan pasien covid-19. Sebagai langkah awal, pemerintah perlu menyusun peta pengangguran, dengan mengidentifikasi dan memetakan sektor, individu, atau komunitas yang paling rentan terkena dampak negatif pandemi covid-19.

Kondisi kali ini harus diakui memang tidak mudah dan bahkan jauh lebih kompleks karena pandemi covid-19 hampir melumpuhkan seluruh aktivitas perekonomian. Namun, dengan memandang pengangguran sebagai epidemi tersembunyi dan ditangani layaknya pasien covid-19, agenda penurunan lonjakan pengangguran rasanya tetap tidak mustahil untuk dicapai.stimulus fiskal, restrukturisasi kredit, pemberian pinjaman lunak, dan yang lain lagi.

I Nyoman Tri Guna Juliawan 

TUGAS OPINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun