Pademi covid-19 mau tak mau memaksa sejumlah daerah untuk menerapkan pembatasan sosial berskala besar PSBB atau PKKM . Imbasnya, banyak perusahaan terpaksa merumahkan atau melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap para pegawainya. Karena kehilangan sumber penghasilan, daya beli masyarakat pun ikut menurun.
Pemerintah sangat cepat merespons situasi tersebut dengan meluncurkan sejumlah paket kebijakan, seperti Pademi covid-19 mau tak mau memaksa sejumlah daerah untuk menerapkan pembatasan sosial berskala besar PSBB atau PKKM . Imbasnya, banyak perusahaan terpaksa merumahkan atau melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap para pegawainya. Karena kehilangan sumber penghasilan, daya beli masyarakat pun ikut menurun.
pemerintah juga meluncurkan paket bantuan sembako, kartu prakerja, pembebasan dan diskon tarif listrik, dan lain-lain.
Karena pola pengangguran seperti itu, angka pengangguran saat pandemi rasanya tetap tidak akan berkurang signifi kan meski pemerintah telah mengucurkan sejumlah paket stimulus ekonomi kepada dunia usaha
pengangguran memiliki pola perilaku yang identik dengan virus. Makin lama seseorang menganggur, peluang untuk mendapatkan pekerjaan berikutnya makin kecil.Â
Akibatnya, rasio penganggur jangka panjang terhadap total pe ngangguran akan meningkat.
Atas dasar itu, maka pengangguran kali ini perlu dilihat sebagai epidemi yang tersembunyi daripada sekadar fenomena siklus bisnis. Tanpa perubahan cara pandang, penanganan pengangguran saat pandemi tetap tidak akan optimal.
Di luar itu, peta pengangguran tersebut juga perlu dilengkapi dengan profil kerentanan ekonomi dan sosial masing-masing penganggur, seperti keterbatasan akses terhadap makanan, air, dan sanitasi, perumahan, pendidikan, layanan kesehatan, transportasi, dan lain-lain.
Dalam konteks pandemi, pengangguran perlu ditangani layaknya penanganan penyakit menular yang mensyaratkan adanya pelacakan yang agresif dan penyediaan fasilitas karantina. Artinya, para penganggur kala pandemi akan ditangani layaknya penanganan pasien covid-19. Sebagai langkah awal, pemerintah perlu menyusun peta pengangguran, dengan mengidentifikasi dan memetakan sektor, individu, atau komunitas yang paling rentan terkena dampak negatif pandemi covid-19.
Kondisi kali ini harus diakui memang tidak mudah dan bahkan jauh lebih kompleks karena pandemi covid-19 hampir melumpuhkan seluruh aktivitas perekonomian. Namun, dengan memandang pengangguran sebagai epidemi tersembunyi dan ditangani layaknya pasien covid-19, agenda penurunan lonjakan pengangguran rasanya tetap tidak mustahil untuk dicapai.stimulus fiskal, restrukturisasi kredit, pemberian pinjaman lunak, dan yang lain lagi.
I Nyoman Tri Guna JuliawanÂ
TUGAS OPINI