Mohon tunggu...
Hyasint Asalang
Hyasint Asalang Mohon Tunggu... Human Resources - Pergo et Perago

Bisnis itu harus menyenangkan!!!!!

Selanjutnya

Tutup

Money

Mengimplementasikan Pembangunan Ekonomi Bebasis Koperasi Pertanian di Indonesia

22 Mei 2019   14:41 Diperbarui: 22 Mei 2019   14:58 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prolog

Pembangunan ekonomi merupakan sebuah proses sebuah bangsa dalam meningkatkan ekonomi, politik, dan kesejahteraan sosial rakyatnya. Di dalam proses tersebut, ada usaha dan kebijakan pemerintah demi mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja dan peningkatan produk domestik bruto (PDB).

Salah satu sektor utama yang berperan penting dan menyumbang potensi terbesar dalam menggerakkan perekonomian nasional ialah pertanian. Data BPS Nasional Triwulan 1 2019 tentang struktur PDB menurut lapangan usaha, menunjukkan bahwa sektor Pertanian menduduki posisi ketiga setelah sektor Industri dan Perdagangan, dengan persentase sebesar 12,65%. Meskipun demikian pada periode yang sama, sektor pertanian menduduki posisi paling lambat pertumbuhannya dengan PDB hanya 1,81% dibandingkan dengan sektor terbesar dari Jasa perusahaan yang mencapai 10,36%.

Bertitik tolak kondisi tersebut, maka perhatian akan pertumbuhan di bidang sektor pertanian yang menyerap banyak tenaga kerja merupakan hal yang urgen dan mendesak dalam perencanaan dan perumusan kebijakan dari pemerintah maupun para pemangku kepentingan (stakeholders).

Belajar dari Korea Selatan

Mengapa kita perlu belajar dari Korea Selatan? Alasan pertama ialah karena Indonesia dan Korea Selatan merdeka dan memulai pembangunan secara bersamaan. Korea Selatan merdeka pada tanggal 15 Agustus 1945 (meski baru mulai dirayakan pada 15 Agustus 1948) sedangkan Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Alasan lainnya ialah Indonesia dan Korea Selatan adalah dua negara yang jumlah penduduknya miskin ketika memulai pembangunan ekonomi dan industri. Catatan penting bahwa pada tahun 1960 Korea Selatan merupakan negara miskin dengan pendapatan per kapita US$ 79 bahkan tanpa sumber daya alam yang memadai (tradingeconomics.com). Sedangkan Indonesia pada tahun yang sama merupakan Negara yang memiliki kelimpahan sumber daya alam yang memadai.

Lantas, mengapa tingkat kemajuan Korea Selatan jauh melampaui Indonesia? Perbedaannya, Korea Selatan melakukan penerapan strategi industrialisasi berorientasi ekspor yang ditunjang oleh fokus pembangunan pada sumber daya manusia dalam wadah Koperasi secara intensif dan meluas. Melalui pendekatan dan strategi tersebut, Korea Selatan mampu meningkatkan produktivitas sumber daya manusia nasional mereka secara efisien, sehingga pada tahun 2016 pendapatan per kapita mereka menjadi US$ 25.458,90 atau meningkat sekitar 322 kali dalam 56 tahun (tradingeconomics.com). Bandingkan dengan Indonesia yang meski memiliki sumber daya alam berlimpah, namun ketinggalan jauh dengan hanya berpendapatan per kapita US$ 3.974,10 pada 2016 (tradingeconomics.com).

Jika ditelusuri lebih dalam, Korea Selatan mengembangkan Koperasi yang memiliki skala usaha ekonomis dalam ruang lingkup yang ekonomis. Koperasi pertanian mereka didirikan pada 15 Agustus 1961 dengan nama National Agricultural Cooperative Federation (NACF). Perkembangan NACF Korea Selatan bertumbuh sangat pesat dengan perhitungan pada tahun buku 2012, NACF telah memiliki 3.306 unit koperasi dan 1.167 cabang utama yakni mengepalai Koperasi Regional (968 buah); Koperasi Komoditas Pertanian untuk buah-buahan (25 buah), sayur-sayuran (17 buah), hortikultura (3 buah); Koperasi Peternakan Regional (118 buah); Koperasi Susu (13 buah), Koperasi Babi (7 buah), Koperasi Unggas (2 buah), Koperasi Pemeliharaan Lebah (1 buah), Koperasi Kelinci dan Rusa (1 buah); dan Koperasi Komoditas Ginseng (12 buah). Di samping itu, Koperasi Pertanian (NACF) Korea Selatan memiliki berbagai lini bisnis: perbankan dan asuransi, pemasok dan pemasaran pertanian, pemasok dan pemasaran peternakan, jasa-jasa pelayanan, yang memiliki anggota pada tahun 2011 sebanyak 2,446,836 orang petani dan associate members sebanyak 15,262,611 orang.

Dari perkembangan yang dramatis itu, omzet dari NACF pada tahun 2014 adalah US$ 63.76 Milyar atau setara dengan Rp. 892 Trilyun, adalah nomor satu di dunia untuk koperasi dalam sektor pertanian dan industri makanan. Bahkan pada tahun yang sama omzet ini lebih besar dari omzet penjualan perusahaan konglomerat LG Electronics yang hanya mencapai US$ 55,91 Milyar atau Rp. 782 Trilyun atau 114% dari hasil penjualannya (US$ 1=Rp 14.000).

Salah satu aspek yang mendorong pertumbuhan pesat itu ialah karena perhatian pemerintah pada koperasi-koperasi di Korea Selatan yang telah memberikan kontribusi signifikan bagi pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan masyarakat Korea Selatan. Perhatian pemerintah tersebut dilakukan dengan hanya Tidak Mengatur koperasi-koperasi tersebut. Manajemen koperasi dilakukan secara professional tanpa intervensi langsung dari pemerintah karena digerakkan sebagai salah satu unit bisnis mandiri.

Koperasi-koperasi koperasi di Korea Selatan dikelola secara bisnis terintegrasi. Kerangka yang dipakai ialah sistem industri Agricultural Lean Supply Chain Management yang sangat efisien, produktif, dan berkualitas, yang bukan hanya dari dan di antara industri atas dan menengah, melainkan juga sampai industri kecil yang dikoordinir secara bisnis terintegrasi, tanpa meninggalkan rantai pasokan yang terputus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun