Malam terus merayap. Deru suara layang-layang memecah keheningan. Ya, pada musim yang lebih mendekati kemarau seperti belakangan ini, para pemuda desaku biasanya keranjingan membuat dan bermain layang-layang di malam hari. Layang-layang yang mereka buat bukanlah layang-layang pada umumnya, melainkan ditambah aksesoris menyerupai busur yang akan berbunyi jika diembus angin. Semakin kencang angin berembus, akan semakin kencang pula suara layang-layang ini. Ukurannya bermacam-macam, mulai dari berukuran mini hingga jumbo dengan bentuk yang juga unik. Sedangkan benang yang digunakan rerata tampar kecil.
Para sobat biasanya mulai menaikkan layang-layang ini sejak petang sampai tengah malam. Bahkan tak jarang di antara mereka yang mengudarakannya hingga pagi, dengan ditambatkan di pematang sawah yang diberi pasak kayu cukup kuat. Yang membikin seru, bunyi setiap layang-layang ini sehingga asyik banget dinikmati. Para sobat bermain layang-layang macam itu, sambil melekan layaknya ronda. Sebab, pencurian sapi masih saja terjadi sekali tempo di desa kami. Entahlah, padahal zaman sudah modern seperti kini, namun tampaknya pencurian sapi warga desa tidak menarik dijadikan agenda pembangunan (desa) maupun dalam rangka meningkatkan kinerja pengayoman, pelayanan dan perlindungan oleh aparat penegak hukum.
Waktu semakin larut. Angin terasa semakin kencang berembus, menimbulkan gemericit derit reranting pohon-pohon di luar rumah. Ups, suara layang-layang yang tadi berderu sudah tak terdengar lagi. Berganti gemuruh sorak penonton dalam tayangan ulang pertandingan Timnas semalam, diiringi deraan angin yang menjatuhkan buah-buah asam di atap dan menelusup di sela-sela celah dinding bambu rumah. Mata pun serasa masih bersemangat ’45. Padahal tubuh sedang lunglai menerima anjangsana inluenza dan batuk hehehe...
Hmmm... kadang hidup memang bagai layang-layang: mengudara, berderu riuh, sesekali bergoyang ke kanan dan ke kiri dihempas angin. Suatu saat terbentang kencang, tapi pada saat lain mengendur, bahkan bisa jadi pula terputus, untuk kemudian turun atawa diturunkan seperti sedia kala. Yang penting, hidup bukan lakon angin-anginan dan sepatutnya menyajikan hiburan yang menenteramkan bagi sesama. Bagaimana menurut sampean?
Gubuk tercinta, 30.07.11
http://risalahans.blogspot.com/
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI