Mohon tunggu...
Husen Smith
Husen Smith Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa Fakultas Administrasi Niaga, Universitas Indonesia

Awareness is one of the universal aspects that's matter.

Selanjutnya

Tutup

Money

Tepung Porang, Calon Pendongkrak Ekspor Tanah Air

27 Desember 2019   19:43 Diperbarui: 28 Desember 2019   22:34 903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Indonesia terkenal dengan nuansa ke "agraris-an"nya, yang sebagian besar penduduknya memiliki peranan penting di bidang pertanian. Terlebih, penduduk indonesia tidak bisa jauh dengan yang namanya nasi, sampai lahirnya candaan bahwasanya belum bisa dikatakan sudah makan jika belum memakan nasi. Hal tersebut didasari ketergantungan masyarakat indonesia yang bersender di tanah pertanian. Akan tetapi, masihkah tanah moyang kita ini dapat dikatakan negara agraris dewasa ini ? Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Produk Domestik Bruto (PDB) tertinggi Indonesia adalah sektor industri dengan memberikan sumbangan pertumbuhan ekonomi sebesar 19,66 persen, bukan dari sektor pertaniannya. Sektor pertanian hanya ikut andil pada urutan ke-2 saja, jika tidak cepat ditangani maka pertumbuhan ekonomi negara ini akan ditopang oleh sektor industri dan perdagangan saja. Apabila negara ini didefinisikan sebagai negara yang perekonomiannya dikaitkan dengan sektor pertaniannya, maka Indonesia sudah tidak pantas untuk disebut "Negara Agraris".

Mengapa hal demikian bisa terjadi? Sudah tidak asing lagi perbincangan bahwa negara kita sudah masuk perangkap ketergantungan impor pangan. Jika kita melihat scope luas dari tanah air ini, Indonesia mempunyai sumber daya alam (SDA) yang sangat berlimpah. Pertanyaan yang sudah dilontarkan berulang kali, mengapa Indonesia masih belum bisa mengelola SDA nya dengan maksimal ? Jangankan maksimal, strategi pengelolaan SDA Indonesia yang benar saja masih jarang terdengar di telinga masyarakat. Indonesia tengah berada dalam keadaan rawan pangan, bukan dikarenakan krisis pangan, melainkan rakyatnya yang bergantung kepada pasokan luar negeri. Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) menjelaskan bahwa Indonesia berada dalam perangkap ketergantungan pangan dari luar negeri atau food trap hingga menjadi disinsentif bagi usaha pertanian di dalam negeri. Hal tersebut membuat peningkatan di bidang impor yang semakin membengkak, dan bidang ekspor yang semakin menciut.

Fenomena ini mengakibatkan Indonesia lemah dalam bidang ekspornya, penurunan persentase ekspor-impor sudah menjadi hal yang biasa bagi rakyat. Kebiasaan meminta dibanding memberi sudah mulai mengakar ke jantung tanah air, hingga merembet ke lingkup agraris negara.

Terkait informasi tersebut, kami melihat celah untuk mengembangkan suatu ide sebagai bentuk usaha men-dongkrak persentase ekspor negara, dengan membentuk perusahaan yang bergerak dibidang agraris yaitu PT. Porang Maju Jaya. Perusahaan tersebut bergerak di bidang pertanian yang mempunyai konsep bisnis dan sosial, dengan menampung para petani tanaman porang agar mereka tidak kewalahan dalam mencari pasar dalam menjual porangnya saat jadwal panen tiba. Tanaman porang ini sendiri masih terdengar asing bagi mayoritas masyarakat kota, karena memang berasal dari hutan dan belum banyak dibudidayakan. Porang (iles-iles) atau Konjac adalah tanaman umbi-umbian dari spesies Amorphophallus muelleri. Manfaat dari tanaman dan umbi porang ini sangatlah banyak, tergantung pengolahannya, antara lain, bahan baku tepung porang, kosmetik, penjernih air, bahan pembuatan lem, dan makanan "jelly". Produk dari perusahaan PT. Porang Maju Jaya adalah tepung porang, dengan menggunakan mesin-mesin yang berkualitas, hasil tepung porang yang diproduksi akan mempunyai standar mutu internasional.  Porang tersebut sangat digemari oleh negara Jepang, Vietnam, China, Australia serta negara lainnya, negara-negara tersebut rela mengimpor porang ini dengan jumlah yang sangat besar.

Target perusahaan PT. Porang Maju Jaya difokuskan pada pasar ekspor, karena memang produk tersebut sudah menjadi bahan makanan pokok di luar negeri, contohnya di negara Cina. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan produk ini juga akan dipasarkan di dalam negeri jika masyarakat sudah mulai tertarik dengan tepung porang ini. Harga ekspor tepung porang ini berkisar antara Rp60.000,00 hingga Rp150.000,00 per kilogram nya, sehingga PT. Porang Maju Jaya dapat mengembalikan modal yang diberikan oleh investor melalui Profit yang ada dalam jangka waktu 2 tahun 2 bulan.

Alasan pembuatan produk tepung porang adalah karena kompetitor dalam bisnis porang masih sedikit, dan sesuai visi dari PT. Porang Maju Jaya yaitu "Menjadi pemasok tepung porang terbaik di mancanegara dan sebagai produk ekspor unggulan Indonesia". Selain itu di zaman sekarang masyarakat banyak yang  mementingkan kesehatannya, oleh karena itulah terbentuknya inisiatif untuk menjalankan bisnis tepung porang ini karena tepung porang terkenal karena memiliki berbagai khasiat yang baik untuk tubuh. Salah satu alasan yang mendukung kami untuk menjalankan bisnis ini adalah karena seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, tepung porang sudah menjadi salah satu bahan makanan pokok di luar negeri.

Dengan menjalankan bisnis tepung porang ini, diharapkan dapat meningkatkan persentase pertumbuhan ekonomi negara di bidang ekspor. Kedepannya, PT. Porang Maju Jaya dapat menjadi pemasok tepung porang dalam negeri yang dapat diandalkan oleh dunia internasional serta ikut berkontribusi dalam meningkatkan ekspor tanah air tercinta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun