Mohon tunggu...
Husen Aljufri
Husen Aljufri Mohon Tunggu... Mahasiswa - TETAP SEMANGAT 🐣

Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kebijakan Pertahanan China

18 April 2022   11:45 Diperbarui: 18 April 2022   11:56 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada awalnya kita perlu mengetahui bagaimana situasi keamanan internasional saat ini, saat ini dunia sedang mengalami suatu perubahan yang besar, yang sudah tak terlihat sejak satu abad ini. Pada saat ini Ketika globalisasi ekonomi, informasi dari masyarakat dan verifikasi budaya yang saat ini berkembang menjadi multikutub dan perdamaian serta pembangunan pembangunan dan juga Kerjasama yang saling menguntungkan tetap masih menjadi tren zaman. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang menonjol dan ketidakpastian dalam keamanan internasional. Saat ini terjadi penataan kembali kekuatan internasional yang semakin cepat dan kekuatan pasar antar negara berkembang dan negara berkembang terus tumbuh dan konfigurasi kekuatan strategis menjadi lebih seimbang. Namun, sistem dan ketertiban keamanan internasional dirusak oleh tumbuhnya hegemonisme, politik kekuasaan, unilateralisme dan konflik dan perang regional yang terus-menerus.

Sampai saat ini persaingan strategi internasional masih meningkat. Terutama negeri Amerika Serikat yang telah menyesuaikan strategi keamanan dan pertahanan nasionalnya, dengan mengadopsi kebijakan sepihak. Tindakan ini telah memprovokasi dan mengintensifkan persaingan di antara negara-negara besar, secara signifikan meningkatkan pengeluaran pertahanannya, dan mendorong kapasitas tambahan di bidang nuklir, luar angkasa, pertahanan siber dan rudal, serta merusak stabilitas strategis global. Isu keamanan global dan regional semakin meningkat. Upaya pengendalian dan pelucutan senjata internasional telah mengalami kemunduran, dengan tanda-tanda perlombaan senjata yang semakin meningkat. Saat ini situasi keamanan Asia-Pasifik Secara umum tetap stabil. Negara-negara Asia-Pasifik semakin sadar bahwa mereka adalah anggota komunitas dengan pola jalan yang selaras atau sama. Akan tetapi, ketika pusat ekonomi dan strategis dunia terus bergeser ke arah Asia-Pasifik, kawasan ini telah menjadi fokus persaingan negara-negara besar, membawa ketidakpastian pada keamanan negara setempat. Amerika Serikat semakin memperkuat aliansi militer Asia-Pasifiknya dan memperkuat penyebaran dan intervensi militer, serta menambah kompleksitas pada keamanan regional.

Risiko dan tantangan sistem keamanan di China tidak dapat diabakan. Sampai saat ini Tiongkok terus menikmati stabilisasi politik yang ada, persatuan etnis, serta stabilisasi sosial. Dapat dilihat saat ini ada peningkatan yang mencolok dalam kekuatan nasional China secara keseluruhan, adanya pengaruh global serta ketahanan terhadap risiko yang ada. Saat ini China masih dalam periode penting mengenai strategis untuk pembangunan. Akan tetapi, saat ini masih menghadapi adanya ancaman dan tantangan keamanan yang beragam dari berbagai macam sudut. Pihak berwenang Taiwan, yang dipimpin oleh Partai Progresif Demokratik (DPP), dengan keras kepala berpegang pada "kemerdekaan Taiwan" dan menolak untuk mengakui Konsensus 1992, yang mewujudkan prinsip satu China. Saat ini mereka telah melangka jauh ke jalur separatism dengan meningkatkan upaya untuk memutuskan hubungan dengan daratan demi kemerdekaan bertahap, serta mereka mendorong kemerdekaan "de jure", mengintensifkan permusuhan dan konfrontasi, kemudian meminjam kekuatan pengaruh asing. Pasukan separatis "kemerdekaan Taiwan" dan tindakan mereka tetap menjadi ancaman langsung paling berbahaya bagi perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan dan penghalang terbesar yang menghalangi reunifikasi damai pada negara itu. Serta adanya pasukan separatis eksternal untuk "kemerdekaan Tibet" dan pembentukan "Turkistan Timur" sering melancarkan aksi, yang mengancam keamanan nasional dan stabilitas sosial China.

Saat ini keamanan China masih menjadi ancaman. Adanya sengketa wilayah pertahanan yang masih belum terselesaikan. Sengketa yang masih ada dalam kedaulatan territorial dari beberapa pulau dan terumbu karang serta demarkasi laut. Negara-negara dari luar kawasan sering melakukan pengintaian jarak dekat di China melalui jalur udara dan laut, dan secara ilegal memasuki perairan teritorial China dan perairan dan wilayah udara di dekat pulau-pulau dan terumbu China, sehingga merusak keamanan nasional China. Kemudian Kepentingan luar negeri China terancam oleh adanya ancaman langsung dari gejolak internasional dan regional, terorisme, dan adanya pembajakan. Serta adanya ancaman terhadap luar angkasa dan keamanan di dunia maya menjadi besar dan ancaman masalah dibidang keamanan non-tradisional yang ditimbulkan oleh bencana alam dan epidemi besar semakin meningkat.

Stategi untuk menjaga kedaulatan, keamanan dan kepentingan pembangunan di Tiongkok. Ada beberapa tujuan yang mendasar dari pertahanan nasional China di Era baru saat ini meliputi mencegah dan melawan agresi, menjaga keamanan politik nasional, keamanan rakyat, serta stabilisasi sosial, dan menentang serta menahan "kemerdekaan Taiwan", menindak para pendukung Gerakan separatis seperti "Kemerdekaan Tiber" dan pembentukan "Turkistan Timur", menjaga kedaulatan, kesatuan, keutuhan wilayah dan keamanan nasional, untuk melindungi hak dan kepentingan maritim China, untuk menjaga keamanan China di luar angkasa, ruang elektromagnetik dan dunia maya, untuk melindungi kepentingan luar negeri China serta mendukur pembangunan berkelanjutan negara.China dengan tegas menjaga kedaulatan nasional dan integritas teritorialnya. Kepulauan Laut Cina Selatan dan Kepulauan Diaoyu adalah bagian tak terpisahkan dari wilayah China. Dan saat ini China berkomitmen untuk menyelesaikan sengketa terkait melalui negosiasi dengan negara-negara yang terlibat langsung atas dasar menghormati fakta sejarah dan hukum internasional. China terus bekerja sama dengan negara-negara kawasan untuk bersama-sama menjaga perdamaian dan stabilitas.

Memenuhi misi serta tugas Angkatan bersenjaga China di Era baru sebagai menjaga kedaulatan teritorial nasional dan hak dan kepentingan maritim, berhubungan dengan tujuan pertahanan nasional. Sejak tahun 2012, Angkatan Bersenjata China telah mengerahkan kapal di lebih dari 4.600 patroli keamanan maritim dan 72.000 dalam operasi perlindungan dan penegakan hukum, serta menjaga perdamaian, stabilitas, dan ketertiban maritim.Reformasi di Pertahanan Nasional dan Angkatan Bersenjata China, bertujuan untuk pembebasan Rakyat, komposisi kekuatan, serta kebijakan dan institusi merupakan hasil dari pemerintahan Xi Jinping, dan ini dengan jelas menunjukkan bahwa Polri sedang dalam proses reformasi. Pada 10 Januari 2018, Polri akhirnya dirombak dan ditempatkan di bawah Komando Militer Pusat, sehingga membentuk satu kesatuan komando. Adanya perebutan kekuasaan internal di China kemungkinan besar menjadi alasan mengapa angkatan Polisi Bersenjata tidak dapat direformasi sampai tahun 2018. Sebelum reorganisasi, Angkatan Polisi Bersenjata berada di bawah Kementerian Keamanan Publik (Polisi), sebuah lembaga negara. Meskipun begitu, dianggap berada di bawah komando langsung Komisi Militer Pusat, Angkatan Polisi Bersenjata berada di bawah kendali Komisi Pusat Politik dan Hukum Partai Komunis Tiongkok, yang merupakan organisasi kepemimpinan. Sampai saat ini pertahanan dan ancaman juga berasal dari internal itu sendiri.

Saat ini, Tentara Pembebasan Rakyat China telah berusaha untuk menstandarisasi dan mengembangkan persenjataannya secara berurutan, dan postur ini dengan jelas menetapkan tindakan tersebut. Adanya berbagai senjata, seperti tank Tipe 15, perusak Tipe 052D, pesawat tempur J-20, serta rudal balistik jarak menengah dan jarak jauh DF-26, ini menandakan bahwa senjata tersebut akan dikerahkan dalam jumlah besar oleh Tentara Pembebasan Rakyat China untuk berfungsi sebagai kemampuan inti di masa depan. Di antara senjata-senjata ini, mengenai rudal balistik jarak menengah sebagai kemampuan utama menuntut perhatian. Peningkatan kemampuan rudal balistik jarak menengah China telah menghasilkan hasil yang membuat dan mengkhawatirkan Amerika Serikat dan kemajuan ini juga terkait dengan penarikan Amerika Serikat dari Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah, sehingga ini juga dapat menyebabkan perubahan dalam aturan yang mengatur pencegahan nuklir.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun