Mohon tunggu...
Husein Al Ghifary
Husein Al Ghifary Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya sedang menempuh program studi S1 Ilmu Komunikasi di UPN Veteran Jawa Timur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mendekati Komunitas, Mendengar Sungai: Catatan Lobi Seorang Mahasiswa

19 Juni 2025   22:32 Diperbarui: 19 Juni 2025   22:32 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Kegiatan Kolaborasi dengan Mahasiswa Universitas Airlangga (Sumber: Dokumentasi PSS)

Berawal dari tugas mata kuliah Lobi dan Negosiasi, saya memutuskan untuk tidak sekadar menyelesaikan kewajiban akademik. Saya ingin belajar langsung dari mereka yang bergerak di garis depan isu lingkungan. Pilihan saya jatuh pada Komunitas Peduli Sungai Surabaya (PSS), sebuah komunitas yang sebelumnya hanya saya kenal sebatas nama. Dari sana, proses pencarian informasi berubah menjadi perjalanan penuh makna.

Proses lobi saya mulai dengan mengirimkan Direct Message (DM) ke akun Instagram resmi PSS, menyampaikan maksud saya untuk melakukan wawancara. Tak lama, saya diarahkan ke kontak WhatsApp Mbak Nurul, Manajer Eksekutif PSS. Kami berdiskusi singkat melalui pesan, lalu menetapkan jadwal wawancara via Google Meet. Semua berjalan lancar dan justru penuh cerita inspiratif.

Dari Sungai Kotor ke Gerakan Kolektif

Dalam wawancara, Mbak Nurul membuka kisah berdirinya PSS. Komunitas ini lahir pada tahun 2017 atas inisiatif Winardi Litanto, seorang pengusaha mebel yang tinggal di kawasan Keputran daerah yang dilintasi Sungai Brantas. Sejak remaja, ia menyaksikan bagaimana sungai di dekat rumahnya digunakan sebagai tempat membuang sampah.

"Pak Winardi bukan aktivis, dia murni pengusaha. Tapi hatinya tergerak karena setiap hari melihat sungai semakin kotor," ujar Nurul. Dengan semangat itu, ia mengajak teman-temannya membentuk komunitas kecil yang fokus pada pemberdayaan masyarakat di bantaran sungai.

Setelah beberapa tahun bergerak secara mandiri sebagai komunitas akar rumput, tahun 2020 menjadi titik penting dalam perjalanan PSS. Mereka memantapkan langkah dengan membentuk badan hukum bernama Yayasan Peduli Sungai Sejahtera. Transformasi ini bukan sekadar perubahan nama, tapi juga perluasan peran tetap hadir sebagai komunitas sosial yang menyapa generasi muda, sekaligus menjadi lembaga resmi yang mampu menjalin kerja sama dengan berbagai institusi dan mitra strategis.

Program yang Tumbuh Bersama Tantangan

Perjalanan PSS bukan tanpa tantangan. Mereka sempat mengalami vakum saat pandemi dan kekurangan SDM. Namun, pada 2023, PSS kembali aktif dan mulai memfokuskan diri pada edukasi lingkungan sebagai program utama.

"Kami sadar, resik-resik (bersih-bersih sungai) itu penting, tapi tidak cukup. Masalah sampah tidak akan selesai kalau pola pikir masyarakat tidak berubah," kata Nurul. Dari situlah lahir program khas mereka: "Bijak Nyampah", sebuah pendekatan yang tidak menuntut hidup bebas sampah, tapi mengajarkan konsumsi yang bertanggung jawab.

Green Heroes: Dari Edukasi ke Aksi Nyata

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun