Virus Corona atau n-COVID19 yang sejak beberapa bulan lalu telah menguras banyak energi dunia tersebut semakin hari kian menakutkan. Virus yang disinyalir berawal dari Kota Wuhan itu hingga saat ini telah menewaskan lebih dari 2.800 penduduk China dan beberapa korban tewas berasal dari belahan negara lain.Â
Berdasarkan pengamatan data real-time dari GIS Johns Hopkins CSSE yang menunjukkan pergerakan spasial dari laporan kasus virus Corona di seluruh dunia, setidaknya tercatatat sudah ada 82.549 kasus, di mana 99% kasus berasal dari negeri Tirai Bambu tersebut.
Kondisi ini tentu menjadi perhatian seluruh dunia, beberapa negara telah melakukan antisipasi darurat dengan menutup pintu bagi para turis China, termaksud di antaranya Indonesia.
Akibatnya, sejak diserang virus Corona hingga detik ini, pertumbuhan ekonomi China dikabarkan melemah sebesar 1 persen, pelemahan tersebut dipicu oleh menurunnya belanja domestik untuk produk makanan dan minuman.
Sementara sektor pariwisata menciptakan kerugian  sebesar 128 miliar dollar AS pada dua bulan pertama di tahun 2020. Begitupun dengan penjualan mobil di dua pekan pertama Februari 2020 menurun 92 persen dari tahun sebelumnya pada bulan yang sama. Tentunya, hal tersebut dipicu oleh tutupnya Showroom.
Belakangan, World Bank memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi China di tahun 2020 akan terkoreksi sebesar 0,2 basis poin dari tahun sebelumnya, yaitu dari 6,1 persen di tahun 2019 menjadi 5,9 di tahun 2020.
Selain karena virus Corona yang beberapa waktu lalu melanda negeri yang terkenal dengan bela diri kungfu tersebut, beberapa indikator seperti intensitas perang dagang dengan Amerika menjadi salah satu pemicu melemahnya pertumbuhan ekonomi China.
Meskipun demikian, Bank central China telah melakukan langkah antisipasi dengan membiarkan yuan terjun bebas di harga 7 yuan per dollar AS Agustus 2019 lalu sebagai reaksi atas proteksionis Amerika terhadap barang impor China.Â
Kendati diproyeksikan akan mengalami resesi, seiring pelemahan ekonomi global dan pukulan seketika akibat kehadiran virus Corona yang menghambat pertumbuhan, ekonomi China masih belum dapat dipastikan akan anjlok tajam hingga kuartal keempat 2020 dan 2021.
Hingga detik ini, rilisan resmi terkait kondisi makro ekonomi China belum nampak, beberapa memang ada yang telah melakukan forecast terkait dengan dampak dari virus Corona terhadap perekonomian China.