Mohon tunggu...
Hudriyanto
Hudriyanto Mohon Tunggu... Relawan - Mahasiswa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dengan menulis manusia dapat mengekalkan dirinya.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Merestorasi Kembali Jalan Kebangkitan

10 Agustus 2021   20:37 Diperbarui: 25 Agustus 2021   10:29 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Hudriyanto.

Kebangkitan akhir-akhir ini menjadi sajian hangat dibicarakan. Di tengah gelombang tumbangnya satu persatu rezim diktator buatan negara penjajah, ditambah dengan arus revolusi yang kian nyaring terdengar. Umat manusia menuntut perubahan di tengah arus yang tak menentu ini. Melakukan ikhtiar politik untuk keluar dari jeruji diktator yang membelit kehidupan mereka.

Melihat manusia saat ini yang berada di dalam keterpurukan sangat parah, mereka dijadikan permainan dan bahan persengkongkolan negara-negara penjajah, mereka terpuruk di berbagai aspek kehidupan, baik di pentas regional maupun internasional. Dalam ruang internal kaum muslimin mengalami degradasi yang menyanyat, di pintu eksternal mereka tak mampu mendijadikan Islam sebagai kekuatan yang mempengaruhi. Jadilah mereka sebagai permainan negara-negara serakah, sekaligus memperkokoh hegemoni Barat terhadap dunia Islam.

Mengapa semua ini terjadi? Siapa yang harus disalahkan? Kepada siapa kita mengadukan nasib atas semakin tebalnya kabut keterbelakangan di dalam jantung kaum muslimin? Bukankah Allah SWT telah berjanji, bahwa kita adalah umat yang terbaik yang pernah dilahirkan untuk manusia lainnya? Apakah firmanya salah? Atau cara kitalah yang salah dalam merespon kemuliaan dan kebaikan yang ia telah janjikan? Jawabannya, pasti ada yang salah dengan cara kita bertindak. Bahkan mungkin cara kitalah yang salah dalam mencari contoh operasional bagi kejayaan dan kebangkitan.

Terlepas dari semua ekspektasi itu, pada tulisan ini kita akan mempetakan arah kebangkitan yang akan kita tuju dalam upaya menangkal konspirasi liberalisme yang bertentangan dengan Islam. Mulai dari ide kebangkitan sampai pada tahap aplikatif nyata.

Pengertian kebangkitan (ash-shahwah) yang terlintas di dalam benak kita adalah, shaha-yashhu, yakni bangun dari tidur. Akan tetapi ketika kita membicarakan kebangkitan Islam (ash-Shahwah al-Islamiyah) maka maknanya benar-benar berbeda, meskipun umat ini sedang dalam kondisi terlena dari agamanya. Keadaan umat ini bagaikan keadaan seorang yang sedang tidur, terlena dari kesadarannya.

Kedua pengertian tersebut memiliki banyak kedekatan makna, karena itu penjelasan makna ash-Shahwah (kebangkitan) secara bahasa dan istilah sangat bermamfaat untuk menjelaskan maksud dari mewujudkan kebangkitan.

Di dalam kamus al-Muhith dinyatakan, ash-Shahwah (kebangkitan) adalahl lenyapnya mendung atau mabuk, meninggalkan masa kanak-kanak dan kebatilan. Dalam Mukhtar as-Shihah dinyatakan Shaha min Sukri shah [an] (dia benar-benar bangkit [sadar] dari mabuknya) dan as-Sukran shab [in] (orang mabuk telah bangkit/telah sadar).

 Ash-shahwah (kebangkitan) pada asalnya untuk menyatakan kekuatan kesadaran pada diri manusia yang diungkapkan dengan hati atau kesadaran atau akal.  Sesuatu yang membuat limbung umat adalah sama dengan apa yang membuat limbung individu, yaitu hilangnya kesadaran baik jangka panjang maupun pendek akibat tidur dan terlenanya umat dari dalam diri umat sendiri atau dari luar akibat tidur yang dipaksakan kepadanya oleh pihak lain. Jadi ash-shahwah (kebangkitan) artinya kembalinya kesadaran dan kembalinya kewaspadaan umat yang sebelumya telah hilang.

Definisi an-Nahdhah "kebangkitan" secara istilah adalah irtifa'u 'i-fikriy, meningkatnya atau tingginya taraf berfikir, bukan meningkatnya taraf ekonomi atau meningkatnya nilai moral.

Pada faktanya, manusia sebagai mahluk memiliki naluri (gharizah) untuk bangkit dari keadaan yang menimpanya. Misalnya ketika krisis multidimensional yang menimpa negaranya, maka secara naluriah mereka akan berusaha bangkit dari permasalahan tersebut. Ketika kemiskinan menderanya, dia akan berusaha bangkit keluar dari keadaan itu dengan melewati berbagai usaha. Ketika mereka sakit maka ia ingin bangkit sembuh dari penyakitnya. Itulah watak dasar manusia. Jadi pada ghalibnya manusia memiliki keinginan untuk bangkit dan hidup pada kedudukan yang bermartabat dan terhormat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun