*Cerpen ini telah dimuat pada Berita Pagi Palembang edisi Minggu, 31 Januari 2016 dan pada buku antologi Tuhan Tahu dan Tidak Menunggu pada tahun 2016
---------------------------------------------------------------------
Pukul 21.20 WIB
Tuk, tuk, tuk....
"Ah, suara ketukan jari ini benar-benar mengganggu," gumamku.
Aku berharap sudah menuliskan beberapa kalimat untuk tulisan yang kamu minta. Kali ini, aku benar-benar ingin menuliskan sesuatu tentangmu. Tema Kilau Persahabatan yang diberi Bang Benny untuk proyek buku ini langsung membuatku memikirkanmu. Tetapi ketika kubaca berulang-ulang hasil karyaku, rasanya agak kurang fokus dan tidak pula bagus. Karya yang---pada akhirnya---kuanggap tidak bagus begini biasanya akan segera kututup begitu saja dengan cara mengklik simbol "X" di sudut kanan dokumen. Lalu aku akan menyimpannya di folder sembarang dan dengan nama entah. Soalnya aku tidak tahu, dan tidak yakin, apakah akan membukanya lagi atau tidak di masa depan. Jujur saja, aku malas membukanya dan aku tidak tahu bagaimana caranya mengubah tulisan sampah menjadi berlian---seperti yang biasa dilakukan oleh para penulis.
"Paragraf-paragraf yang buruk terkadang bisa digunakan sebagai ide untuk tulisan berikutnya. Jadi simpanlah dia, siapa tahu kamu bisa membuat mahakarya darinya," jelasmu suatu kali.
Ah, kamu pasti lupa sehingga menganggap temanmu ini adalah orang yang rapi sehingga mau menyimpan tulisan-tulisan yang belum jadi, atau tulian buruk itu, ke dalam folder khusus supaya mudah ditemukan. Untuk itu, haruskah aku berterima kasih padamu karena telah berpikiran positif? Dan pertanyaan itu, jika kukirimkan melalui pesan pendek akan kusertai ikon orang yang tertawa terbahak-bahak.
Apa yang harus aku tuliskan tentangmu, Teman?
Pukul 21.30 WIB
Apa yang sedang kamu lakukan?