Mohon tunggu...
Uut63
Uut63 Mohon Tunggu... Dosen - Pendidik UPGRIS

Sebagai seorang pendidik (sejak 1981), saya selalu ingin meningkatkan kualitas diri. terutama sebagai pribadi Muslim, saya sangat interest dengan berbagai ajaran yang mengajak ke jalan kebaikan, dan keselamatan dunia akherat. Di setiap tatap muka dengan mahasiswa, saya juga selalu mengingatkan akan hal ini. Di usia yang tidak lagi muda, saya ingin selalu bisa menebar kebaikan. Mudah-mudahan tidak saja bermanfaat untuk diri saya sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Saat ini, saya sedang ingin membuktikan talenta pemberian Allah yang tidak saya sadari. Membaca, menyimak (mendengarkan dan memcermati), kemudian menuliskannya. Sesekali saya masih suka bergabung dengan teman, sahabat untuk menyanyi. Sembari menunggu anugerah Allah untuk bisa segera menuntaskan studi S3, saya ingin melakukan apa saja hal-hal yang bermanfaat. Setidaknya ini merupakan salah satu bentuk syukur pada-Nya. Semoga Allah ridla.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Pragmatika Tokoh Utama di Balik Cadar Aisha

9 Desember 2022   22:17 Diperbarui: 9 Desember 2022   22:35 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Assalamu'alaikum, Halo Sahabat Kompasiana di manapun Anda berada. Semoga ini hari yang membahagiakan kita. Sobat, pertama saya ingin menyampaikan terima kasih pada Om Jay. Karena beliau saya mendapat ide untuk meneliti Tokoh Utama 'Di Balik Cadar Aisha' ('DBCA'). Setelah membaca ulasan Om Jay tentang Aisha, saya penasaran. Saat itu juga saya berburu novel ini. Beruntung, 'DBCA' adalah Noveltoon, yaitu novel digital, yang cara menikmatinya tidak perlu ke mana-mana. Cukup di tempat, gratis pula. Dengan menggunakan Laptop, sesekali Hp (jika harus beranjak dari meja), saya nikmati, dengan cermat, sesekali mencatat jalan ceritanya yang sempat menjadi buah bibir, bahkan dalam versi cetak konon sampai di kategori best seller.  

Ternyata benar, novel ini memang luar biasa. Penulisnya Almaira sangat mahir mengemas cerita dengan bahasa yang sederhana, lugas, tetapi sarat makna. So educated. Karya fiksi ini serasa potret kehidupan nyata. Nah, di mata saya yang mempelajari Linguistik, lebih khusus lagi Pragmatik, dalam kisah perjodohan hingga membina rumah tangga dengan segala persoalannya ini banyak ditemukan fenomena pragmatik. Akhirnya, saya benar-benar menerokanya dari sudut pandang ini. 

Untuk menggarapnya, saya menggunakan Metode Analisis Deskriptif, pengolahan datanya saya pakai Metode Analisis Isi dan Metode Interpretatif. Melalui pembacaan Heurmenetik, dengan pendekatan Sosiologi Sastra dan Feminisme, saya benar-benar larut dalam kerja analisis yang mengasyikkan. Hasil penelitian yang bersifat Kualitatif Deskriptif ini, tadi siang baru saya presentasikan di Seminar Nasional SEMITRA. Peserta yang hadir, kebanyakan dari kalangan Guru SD, SMP, SMA dan Mahasiswa S2 PBSI merespons dengan antusias hasil kerja saya. Banyak pertanyaan berkaitan dengan cara kerja penelitian fenomena Sosial-Budaya sebagaimana isi cerita 'DBCA'. 

Sobat Kompasiana, di antara hasil yang saya temukan, banyak tuturan yang menunjukkan lebih dari satu tindak tutur. Bahkan terdapat pula banyak tuturan yang berimplikasi, demikian pula dengan ganti gilir bicara yang menunjukkan tertib dalam  komunikasi antara penutur dan lawan tutur, tetapi banyak pula yang melanggar prinsip kesantunan.  

Sungguh, membaca 'DBCA' kita seperti diajari memecahkan persoalan yang akrab dengan kehidupan kita. Almaira melalui tokoh utama ciptaannya mahir menyelesaikan konflik internal maupun eksternal yang terjadi dalam komunikasi sehari-hari antar anggota keluarga, suami-istri, antar kekasih, sahabat, dsb. Menariknya pula, kisah dengan latar belakang Pondok Pesantren ini secara tidak langsung mengajari pembaca atau pendengar (melalui Audiotoon) tentang hakikat manusia sebenarnya, berdasarkan akidah yang kuat, dan syariat Islam. Semua itu tercermin dari setiap tuturan tokoh utama, yang sering menohok dan membuat mati kutu lawan bicara.

Masih banyak yang bisa ditelisik dari novel bergenre Romantis ini. Hayo...Sahabat Kompasiana, yuk kita cermati 'DBCA' ini dari sudut pandang lain, selain dari studi tentang penggunaan bahasanya.  Luangkan waktu untuk membacanya, akan banyak hal positif kita temukan. Siapa tahu kita juga menemukan pemecahan masalah kita dari membaca novel ini. Wallahu'alam bissowab.  Terima kasih. Sampai jumpa. Wassalamu'alaikum,

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun