Sisia-sada Ina adalah sebutan untuk keturunan Siborupareme dan Siraja Lontung yang kemudian menjadi tujuh marga besar: Sinaga, Situmorang, Pandiangan, Nainggolan, Simatupang, Siregar, Aritonang. Inilah kisah Siborupareme yang kawin dengan Siraja Lontung, anak sendiri.
Adalah penghulu Sianjurmulamula, Si Raja Batak yang memiliki tiga putra: Guru Tatea Bulan dan kemudian disebut Naimarata, Si Raja Isumbaon disebut juga Nai Sumbaon, sedangkan anak ketiga Toga Laut kemudian merantau ke negeri Gayo di daerah Aceh. Sementara Guru Tatea Bulanmemiliki sepuluh anak, lima laki-laki dan lima anak perempuan.
Anak pertama memiliki banyak nama, Raja Uti atu disebut juga Raja Miokmiok, Raja Hatorusan, Raja Nasora Mate, Raja Nasora Matua, Partompa Mubauba, Sipagantiganti Rupa, dan wajahnya mirip celeng. Anak kedua Saribu Raja, anak ketiga Siborupareme, anak keempat Siboru Biding Laut atau disebut juga Boru Anting Haomasan. Anak kelima, Limbong Mulana. Anak keenam Siboru Anting Sabungan. Anak ketujuh Siboru Haomasan atau disebut juga Bunga Haomasan. Anak kedelapan Sagala Raja. Anak kesembilan Malau Raja atau disebut juga Silau Raja. Dan anak siampudan adalah perempuan bernama Nantinjo Nabolon.
Saribu Raja dan Siborupareme adalah anak kembar. Sejak kecil keduanya dekat dan terlihat tidak laiknya seperti namariboto, saudara kandung. Diam-diam keduanya jatuh cinta dan melakukan asusila. Malang tidak bisa ditolak. Tanpa sepengetahuan Siraja Batak kedua insan ini melanggar adat, mencoreng nama keluarga penghulu Sianjurmulamula. Keduanya tak mampu menahan diri mereka, keduanya bercinta disaksikan alam Pusuk Buhit.
Yang bau tetaplah bau, semua kesalahan mereka tidak bisa dibendung, Siborupareme hamil. Oleh karena itu, Siraja Batak, sang penguasa Sianjurmulamu marah. Apalagi saudara mereka. Perbuatan yang dianggap biadab itu harus diganjal hukuman dengan membunuh keduanya: karena melanggar uhum kuno yang sudah dijejakkan oleh Debata Mula Jadi Nabolon, bahwa yang sedarah tidak bisa menikah.
Kesalahan tetaplah menjadi dosa yang dikenangan, tetapi tidak boleh dilupakan. Simalau Raja, anak kesembilan membantu ito dan abangnya lari ke hutan belantara meninggalkan Sianjurmulamula. Di hutan itu, Saribu Raja tetap dihantui perasaan bersalah dan takut kalau-kalau adik-adiknya datang mengejar dan membunuhnya.
Kecintaan pada Siborupareme mengalahkan ketakutannya pada rasa bersalah. Akhirnya dia lari. Lari terhuyung-huyung di tengah hutan. Saribu Raja meninggalkan Siborupareme seorang diri di hutan yang dipercaya dihuni seekor harimau ganas.
Saribu Raja lari. Lari dengan sangat ketakutan. Lari menyeberang lembah Sianjurmulamula, naik turun gunung menuju huta Barus di mana abangya yang beraut wajah seperti celeng itu sudah terlebih dahulu diantarkan Siraja Batak ke pesisir Barus.
Nasib Siborupareme? Lama tinggal di hutan ditinggalkan pria yang juga iboto-nya. Tak disangka bertemulah Siborupareme dengan seekor harimau bernama Babiat Sitelpang, penguasa hutan belandara di atas Sianjurmulamula.
Tatkala kedua makhluk bertemu, Siborupareme dan Babiat Sitelpang saling kaget. Siborupareme lari tidak mungkin, karena dia hamil, dia pasrah pada nasib. Entah itulah yang disebut takdir, dia akan dimangsa sang raja hutan. Ternyata tidak, Babiat Sitelpang makin mendekati, makin dekat di sisi Siborupareme. Berlahan-lahan, seperti dituntun alam, keduanya mulai mengerti bahasa masing-masing. Siborupareme butuh perlindungan Babiat Sitelpang, demikian juga babiat ini juga sangat mengharapkan pertolongan dari gadis malang itu.
Babiat Sitelpang sama sekali tidak mengganggu, mencakar pun tidak, malah sang harimau ini meraung-raung mendekat di bekapan Siborupareme sambil membuka mulutnya lebar-lebar menunjukkan di kerongkonganya ada tersangkut tulang dari mangsa yang dia makan. Sudah berminggu-minggu penderitan Babiat Sitelpang ini dia hadapi sendiri.