Mohon tunggu...
Hotman Nainggolan
Hotman Nainggolan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pegiat Marketing Persahabatan,Fasilitator dan Konsultan

Penulis,Pegiat Marketing Persahabatan, Penulis, fasilitator/pengajar dan Konsultan. Penulis buku "Anak Kampoeng dari RoeraBagas" dan "Beyond Marketing Persahabatan". Jangan lupa kunjungi facebook saya"Marketing Persahabatan Society" untuk mendapatkan tips-tips dalam Marketing Persahabatan dengan DNA C2N. Saat ini tinggal di rumah inspirasi "Sopo RoeraBagas"

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Persahabatan Dalam Secangkir Kopi Pahit (edisi Pilpres 2019)

30 Mei 2019   18:59 Diperbarui: 30 Mei 2019   19:17 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Edisi Kopi Pilpres 2019


"Pagi ini Segelas Kopi bercerita kepadaku bahwa kalah itu  tidaklah selalu pahit dan yg pahit itu tidaklah selalu hitam. Tapi hitam dan pahit itu adalah warna dan rasa dari sebuah persahaBATan" #dalamsecangkirkopi pahit persahaBATan/hotman

Kopi itu hitam warnanya, pahit rasanya. Tapi kalau kopi pahit itu kita seruput , aromanya tidaklah sepahit rasanya dan sehitam warnanya. Aromanya sangat menggoda, pun rasa pahitnya sangatlah bersahabat. Itulah filosophi  kopi, hitam pahit penuh persahabatan.

Pilpres 2019 sejatinya sudah selesai setelah KPU pada tanggal 21 Mei 2019 mengumumkan kontestan yang keluar sebagai juara, yakni paslon 01 Jokowi-Ma'aruf Amin.  Dan keluar sebagai juara II (runner up) adalah Paslon 02 Prabowo -Sandiaga Uno.  Kini saatnya paslon 01 serta pendukungnya dan paslon 02 bersama pendukungnya melakukan ritual ngopi bersama, dalam sebuah meja persahabatan sambil seruput secangkir kopi pahit dan bercerita tentang masa depan Indonesia.

Mari kita melihat Pilpres sebagai sebuah Kontestasi (asal kata contest) politik dan bukan sebagai sebuah Kompetisi. Karena dalam kontestasi yang terjadi adalah perlombaan/adu ke indahan (melalui penawaran berbagai  visi/misi dan program). Sedangkan dalam kompetisi/pertandingan yang timbul adalah nuansa pertarungan yang semata-mata hanya menghasilkan "kalah dan menang" . 

Sedangkan dalam kontestasi/perlombaan menghasilkan juara sebagai pemenang, ada juara I , ada juara II dst.  Dalam kompetisi, yang kalah  akan berusaha melakukan latihan-latihan yang baik untuk menghadapi kompetisi berikutnya. Sedangkan bagi kontestasi, juara dua dan seterusnya akan berupaya memperbaiki konsep program, visi dan misi untuk ditawarkan pada masyarakat sehingga bisa meraih simpati dari masyarakat dan pada kontes berikutnya keluar sebagai juara I .

Itu makanya dalam  pemilu baik Pilpres maupun Pilleg dikenal istilah kontestan, bukan kompetitor. Untuk itu baik paslon 01 bersama TKNnya maupun paslon 02 bersama BPNnya harus bisa  melihat Pilpres sebagai sebuah kontestasi dari kacamata persahaBATan. TKN yang mengusung Capres 01 maupun BPN yang mengusung Capres 02 merupakan kumpulan dari orang orang heBAT dan para sahaBAT yang sedang mengikuti sebuah kontes keindahan. Bukan dalam arti fisik, tapi cantik dalam berdemokrasi, indah dalam permainan dan saling mengadu program-program, visi dan misi untuk masa depan Indonesia.  Setelah selesai kontes maka biasanya para peserta/kontestan akan saling bersalaman ,saling merangkul, saling memuji dan saling mengakui. 

Bukankah sebenarnya jauh sebelum kontes pilpres dilaksanakan Jokowi dan Prabowo dalam beberapa kesempatan pernah melakukan ritual kebangsaan dan persahaBATan ini dengan saling merangkul,bersalaman dan saling memuji ? Mengapa setelah kontestasi pilpres selesai  justru ritual kebangsaan seperti ini tidak dilaksanakan lagi? Apakah terlalu pahit kopi persahaBATan ini dirasakan, sehingga lidah menjadi kelu dan tidak mampu lagi sekedar mengucapkan selamat atau sekedar saling memuji diantara kedua paslon yang mengikuti kontes Pilpres? Ahhh......, kopi sepertinya tidak ada yang terlalu pahit untuk dirasakan bila kita nikmati dengan hati yang penuh persahaBATan. Hanya hati yang penuh permusuhanlah yang bisa membuat aroma kopi menjadi penuh kecurigaan, penuh kebencian dan ketika ini terjadi maka kopi persahaBATan akan diraskan terlalu pahit.  
           

Yang keluar sebagai juara (pemenang) dalam Pilpres harus bisa merasakan bahwa  kopi itu rasanya adalah tetap pahit. Jangan merasakan bahwa kopi pahit itu terasa manis. Artinya menjadi pemenang  itu juga harus bisa merasakan bahwa yang dikalahkan dalam kontes  pilpres juga adalah sahabat mereka, sehingga dapat merasakan pahitnya hati dari seorang sahabat ketika kalah dalam sebuah kontes. Sejatinya Pemilu bukanlah sebuah pertandingan,yang hasil akhirnya adalah kalah menang,  tapi sebuah kontes diantara sahabat-sahabat, yang menang adalah sahabat pun yang kalah juga adalah sahabat. Inilah sebenarnya spirit yang harus dilahirkan dan dipelihara dalam setiap kontestasi politik yang bernama Pilpres.
          

Yang kalah kontes  akan merasakan bahwa kopi itu rasanya terlalu pahit, namun mengingat yang menang tersebut juga adalah sahabat nya , maka kopi yang terlalu pahit tersebut harus bisa dirasakan sebagai rasa kopi pahit yang menyehatkan dan menggugah hati penuh kedamaian. Bukan sebaliknya dipenuhi aroma permusuhan, apalagi kerusuhan. Itulah makna persahabatan dalam secangkir kopi pahit . Yang berlomba adalah antar sahabat, tentu yang menang sebagai juara juga adalah sahabat dan yang kalah juga adalah sahabat. Tidak terlalu sulit untuk mengatakan bahwa kita adalah Indonesia maju, Indonesia Hebat. 

Sudah saatnya Pak Jokowi bersama TKN dan Pak Prabowo bersama BPN dapat melakukan ritual kebangsaan minum kopi bersama dalam sebuah meja persahabatan, bercerita tentang  Negara Kesatuan Republik Indonesia  (NKRI) sambil seruput secangkir kopi persahabatan. Dimeja kopi persahabatan, semua akan seruput secangkir kopi yang sama. Hitam pahit tidak ada perbedaan, demi kesehatan demokrasi Indonesia . 

Mari TKN dan BPN angkat cangkirmu seruput kopi pahit mu sembari  ulurkan tangan bersalaman, berdamai dan saling merangkul. Untuk Indonesia maju, untuk Indonesia hebat sama-sama merasakan pahit hitamnya secangkir kopi persahaBATan. 

Para elit bangsa, yang mengaku negarawan sejati, politikus  bermartabat, tidak perlu menunggu siapa yang akan memulai duluan, lakukan diplomasi kopi pahit dalam meja persahaBATan. Duduk menikmati kopi bersama sahabat bisa bermakna lebih dari sekedar  melepaskan segala macam hegemoni kekuasaan yang tanpa disadari telah membelenggu tiap-tiap individu maupun kelompok, pada akhirnya menghambat persahaBATan...
Belum terlambat........................

(hotman Nainggolan, sopo RoeraBagas, Jakarta Mei 2019)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun