Mohon tunggu...
Hotman Nainggolan
Hotman Nainggolan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pegiat Marketing Persahabatan,Fasilitator dan Konsultan

Penulis,Pegiat Marketing Persahabatan, Penulis, fasilitator/pengajar dan Konsultan. Penulis buku "Anak Kampoeng dari RoeraBagas" dan "Beyond Marketing Persahabatan". Jangan lupa kunjungi facebook saya"Marketing Persahabatan Society" untuk mendapatkan tips-tips dalam Marketing Persahabatan dengan DNA C2N. Saat ini tinggal di rumah inspirasi "Sopo RoeraBagas"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gereja HKBP Kernolong Jakarta dalam Lintasan Sejarah Pergerakan Kemerdekaan Indonesia

26 Mei 2019   20:58 Diperbarui: 26 Mei 2019   21:06 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh : Hotman Nainggolan *)

1.Pendahuluan .

            Setelah berakhirnya Perang Batak pada tahun 1907 hubungan komunikasi antara daerah daerah sekitar Tanah Batak/Tapanuli dan dunia luar semakin terbuka. Dengan berakhirnya perang Batak tersebut, maka secara praktis tanah Batak sepenuhnya dikuasai oleh Belanda. Akibatnya banyak pemuda Batak yang dengan berbagai alasan keluar dan merantau ke berbagai daerah dan keluar dari Tanah Batak. Demikianlah pada awal abad ke XX mulailah datang beberapa pemuda Batak Kristen merantau ke Jakarta yang pada waktu itu masih disebut Batavia.

            Salah seorang pemuda Batak Kristen yang pertama datang merantau ke Jakarta sekitar tahun 1907 adalah Simon Hasibuan, seorang tamatan Seminari Pansurnapitu di Tapanuli. Oleh karena Pemuda Kristen Batak jumlahnya masih sedikit dan kebaktian berbahasa Batak belum ada maka mereka menumpang beribadah/kebaktian di gereja gereja yang saat itu sudah ada di Jakarta.              Keberadaan orang Batak Kristen di Jakarta sejak tahun 1907 dari tahun ke tahun semakin bertambah banyak. Menurut catatan  F. Harahap dan M. Nababan yang sudah berada di Jakarta sejak tahun 1910-an, pada tahun 1917 sudah ada di Jakarta lebih kurang 30 orang Batak yang beragama Kristen. Lima diantaranya sudah berkeluarga, sedangkan yang lainnya adalah pelajar di Ambach School (Sekolah Tehnik) di Kampung Jawa Kota dan Perawat di RS Salemba dan RS PGI Cikini yang sekarang. Sebagian besar dari mereka pada saat itu tinggal di sekitar Sawah Besar.

            Karena belum adanya jemaat Batak, maka para Pemuda Batak ini dalam beribadah setiap hari Minggu berganti-ganti dari satu gereja ke gereja yang lain. Sebut saja beberapa gerja yang sering dikunjungi oleh para pemuda Batak tsb antara lain yaitu: Indische Kerk (Gereja Protestan di Indonesia), Gereformeerde Kerk (Gereja Kristen Indonesia), Gereja Methodis dan Gereja Katolik. Dari sekian banyak jemaat di Jakarta, jemaat Kwitang-lah yang lebih sering didatangi oleh para pemuda Batak. Ds. L.  Tiemersma sebagai pendeta jemaat Gereformeerde Kerk (Gereja Kristen Indonesia) sangat gigih memberikan pelayanan kepada orang Batak Kristen meskipun ada larangan dari Pemerintah Hindai Belanda. Pada tahun 1917 Ds. L. Tiemersma meminta agar para pemuda Batak menghadiri kebaktian di jemaat mereka di Hollands Cinesche School di Gang Chasse disamping rumah Ds.L. Tiemersma. Kebaktian dilakukan bersama-sama dengan orang Tionghoa, Ambon, Menado, dan Jawa di dalam bahasa Melayu. Ds.L. Tiemersma sangat suka bilamana mendengarkan para orang Batak tadi menyanyikan koor pada saat ibadah. karena suaranya yang bagus dan dapat bernyanyi dengan suara satu sampai suara empat Setelah kebaktian berlangsung 4 bulan lamanya, pada tanggal 10 Oktober 1917 Ds. L. Tiemersma bersama dengan Guru F. Harahap memprakarsai untuk menyewa tiga buah rumah, satu untuk ditempati Guru F. Harahap dan dua lagi untuk ditempati pemuda Batak lainnya. Sewa ketiga rumah tersebut ditanggung oleh Gereja Kwitang. Letak rumah yang disewa tersebut di perbatasan Sawah Besar dan Kebun Jeruk No.18.

Migrasi para pemuda Batak dari Tapanuli ke Jakarta semakin banyak jumlahnya, apalagi setelah terbitnya sebuah pengumuman (boa-boa) yang dimuat sebagai pemberitahuan dalam "Surat Keliling Immanuel" yang dicetak di Laguboti. Pemberitahuan yang merupakan iklan itu berbunyi:


Boa-Boa
Manang ise sian hamoe ama manang ina,
na naeng marsoeroe ianakkon moena toe Betawi,
parsikkola manang mandjalahi karedjo,
asa torang diboto hamoe baritana,
tu ahoe ma ibana di soeroe ro.
Alamathoe: F. Harahap, tinggal di perbatasan ni
Sawah Besar dohot Keboen Djeroek No. 18 Betawi

2.Sejarah hari Lahir  Gereja HKBP Kernolong.

           Sesudah pengumuman yang terbit di "Surat Kuliling Immanuel" tersebut beredar maka semakin banyaklah berdatangan para pemuda Batak Kristen ke Jakarta yang mencapai dua atau tiga orang setiap bulan mereka berangkat dari Tanah Batak menuju Batavia. Pada umumnya para pemuda ini cukup rajin datang ke gereja, karena disamping ingin menghadiri kebaktian, mereka juga ingin saling bertemu satu dengan yang lain. Lama kelamaan jumlah orang Batak di Jakarta semakin banyak. Beberapa diantaranya ada yang dapat berbahasa Belanda dan Melayu (Indonesia), tetapi lebih banyak pemuda Batak tersebut  praktis hanya menguasai bahasa Batak. Oleh karenanya wajarlah kalau beberapa dari orang Batak sangat berkeinginan diadakan saja kebaktian berbahasa Batak agar mereka dapat memahami khotbah-khotbah yang disampaikan pada saat ibadah. Permintaan dan keinginan untuk melaksanakan Kebaktian berbahasa Batak inipun disampaikan kepada Ds.L. Tiemersma yang kemudian menyetujuinya.

            Atas persetujuan dan dukungan  Ds.Tiemersma maka pada tanggal 20 September 1919 diadakanlah kebaktian/ibadah ber bahasa Batak yang pertama. Kebaktian ber-bahasa Batak ini dipimpin oleh Guru S. Hasibuan, F, Harahap dan Sutan Harahap. Anggota jemaat sementara sudah mencapai 50 0rang. Diantaranya terdapat Merari Siregar, salah satu pelopor Bahasa Indonesia yang kemudian terkenal dengan bukunya: Azab dan Sengsara . Dengan terlaksananya kebaktian/ibadah ber bahasa Batak yang pertama tgl 20 September 1919 maka  tanggal inilah yang oleh rapat panitia ulang tahun ke-89 dan majelis Parhado HKBP Kernolong ditetapkan menjadi hari lahirnya HKBP Kernolong Ressort Jakarta.  Selanjutnya Panitia Jubileum 100 tahun HKBP Kernolong dan Majelis HKBP Kernolong selanjutnya menetapkan dan menguatkan hari lahirnya HKBP Kernolong tgl 20 September 1919 yang dan menjadi dasar dari rencana Perayaan Jubileum 100 tahun bagi HKBP Kernolong.

           Karena kebutuhan akan pelayanan yang lebih baik maka diputuskan untuk meminta ke HKBP Pusat di Tarutung untuk mengutus seorang pendeta yang dapat menjadi pelayan penuh di Huria Kristen Batak di Jakarta. Pada bulan Maret 1922 tibalah di Jakarta dari Sipirok Pdt. Mulia Nainggolan beserta keluarga (isteri dan tiga orang anak) yang ditugaskan untuk melayani di HKBP Jakarta.


3.Peran Gereja HKBP Kernolong Dalam Lintasan Sejarah Pergerakan Kemerdekaan Indonesia.

          Sebagai gereja HKBP tertua diluar Sumatera Utara, gereja HKBP Kernolong yang didirikan jauh sebelum Kemerdekaan RI diproklamirkan tgl 17  Agustus 1945, tepatnya Gereja HKBP Kernolong ini  berdiri tgl 20 September 1919, maka Gereja ini telah berperan dalam masa masa pergerakan Kemerdekaan Indonesia dan tidak dapat dipungkiri juga bahwa pada masa-masa pergerakan kemerdekaan Indonesia gereja ini banyak berperan mendidik tokoh tokoh Pemuda Kristen yang merupakan bagian dari tokoh tokoh pemuda aktivis pergerakan Kemerdekaan yang sangat aktif dalam perjuangan kemerdekaan RI pada masa itu. Beberapa sumber sejarah yang patut di catat adalah, bahwa pada masa kebangkitan nasional sampai pergerakan kemerdekaan  Indonesia banyak tokoh tokoh pemuda Batak yang aktif beribadah dan menjadi bagian dari pemuda gereja di HKBP Kernolong. Sebut saja Mr.Amir Syarifuddin, tokoh sumpah pemuda 28 oktober 1928 yang pernah beberapa kali menjadi Perdana Menteri dan Menteri pada masa awal awal kemerdekaan dan pada masa tsb. Amir Syarifoeddin Harahap dibabtis menjadi Kristen adalah di gereja HKBP Kernolong pada tahun 1931 oleh Pdt.Peter Tambunan yang saat itu menjadi Pendeta di HKBP Kernolong.  Amir Syarifoeddin juga merupakan pendiri dan ketua Jong Bataks Bonds yang didirikan tepat pada hari Minggu, 9 Desember 1917 dan juga menjadi Pengurus di Jong Sumatranen Bonds. Ada juga sastrawan angkatan 45 Merari Siregar yang  terkenal dengan romannya yang berjudul " Azab dan Sengsara".

Selain itu melihat letak posisi strategis Gedung Gereja HKBP Kernolong yang sangat dekat dengan Pusat Pergerakan Pemuda (Indonesisch Clubgebouw)  yang juga dikenal sebagai asrama pelajar pada masa itu yakni Gedung Kramat Raya No. 106 yang menjadi tempat perumusan naskah Sumpah Pemuda. Kedekatan lokasi dengan Gedung asrama pelajar Kramat Raya 106 membuat  keberadaan Gereja HKBP Kernolong yang walaupun secara kelembagaan tidak terlibat langsung dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia, namun sejarah mencatat bahwa perannya dalam mendidik pemuda Kristen yang ikut andil dalam perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia sangatlah besar.

           Berdasarkan catatan sejarah Mahasiswa yang pernah tinggal Gendung Kramat Raya 106 tercatat ada Muhammad Yamin, Amir Sjarifoedin, Soerjadi (Surabaya), Soerjadi (Jakarta), Assaat, Abu Hanifah, Abas, Hidajat, Ferdinand Lumban Tobing, Soenarko, Koentjoro Poerbopranoto, Mohammad Amir, Roesmali, Mohammad Tamzil, Soemanang, Samboedjo Arif, Mokoginta, Hassan, dan Katjasungkana. Sejak tahun 1927 Gedung Kramat 106 digunakan sebagai basis oleh berbagai organisasi pergerakan pemuda untuk melakukan kegiatan pergerakan. Bung Karno dan tokoh-tokoh Algemeene Studie Club Bandung juga sering hadir di Gedung Kramat 106 untuk membicarakan format perjuangan dengan para penghuni Gedung Kramat 106.

Kalau kita berkaca kedalam pengertian sejarah dari Moh. Hatta  yang mengatakan bahwa sejarah bukan sekadar melahirkan kriteria dari kejadian di masa lalu, tetapi pemahaman masa lampau yang mengandung berbagai dinamika, mungkin berisi problematik pelajaran bagi manusia berikutnya, maka kita dapat memahami dinamika dan peran penting pemuda Batak Kristen yang merupakan bagian dari jemaat HKBP Kernolong pada masa pergerakan Kemerdekaan RI dan menjadi pelajaran berharga pada kita saat ini sebagai warga jemaat HKBP Kernolong masa kini.

           Secara kelembagaan, Gereja HKBP Kernolong  memang tidak ada terlibat langsung  dalam hiruk pikuk pergerakan kemerdekaan Indonesia. Namun harus diakui bahwa  kehadiran HKBP Kernolong yang berdiri ditengah  jalur pergerakan pemuda saat itu ( Jalur Sekolah Kedokteran Stovia yg saat ini dikenal dengan Museum Kebangkitan Nasional di jl.Abdul Rahman Saleh 26, jalan Kwitang 28 saat ini berdiri gedung GKI Kwitang, jl.Kramat raya 106 yg saat ini dikenal sebagai gedung sumpah pemuda dan  Jl.Kernolong Dalam tempat berdirinya gereja HKBP Kernolong) tidak boleh begitu saja dilupakan. Jalur jalan dari Gedung Stovia, Kwitang, Kramat Raya 106 dan Kernolong bagi tokoh-tokoh pemuda Batak Kristen aktivis Pergerakan Kemerdekaan Indonesia pada masa itu adalah jalur yang bisa dijangkau dengan jalan kaki karena jaraknya yang sangat berdekatan.

Menurut catatan penulis yang dikutip dari berbagai sumber, ada beberapa bukti sejarah  yang boleh dicatat sebagai bukti peran sejarah kehadiran HKBP Kernolong  pada masa masa pergerakan kemerdekaan tersebut, yakni :

1.Di Gereja HKBP Kernolonglah tokoh pemuda Pergerakan Nasional Kemerdekaan Indonesia Amir Syarifoeddin Harahap dibabptis pada tgl   Tahun 1931 oleh Pdt.Peter Tambunan pada saat itu. Di gereja HKBP Kernolong ini jugalah  kemudian Amir Syarifoeddin aktif beribadah  dan menjadi anggota Pemuda Gereja (sekarang disebut dengan Naposobulung HKBP-NHKBP).Selain Amir Syarifoeddin,di gereja ini juga aktif beribadah dan menjadi anggota pemuda gereja Sastrawan angkatan 45 Merari Siregar yang sangat terkenal dengan buku romannya " Azab dan Sengsara".

2.Tokoh senior HKBP pada masa-masa Pergerakan Kemerdekaan RI yakni  Todung Sutan Gunung Mulia Harahap yang namanya diabadikan sekarang dalam nama Badan Penerbit Kristen (BPK) Gunung Mulia sering beribadah di HKBP Kernolong dan sangat banyak membantu pengembangan pelayanan di HKBP Kernolong. Seperti kita ketahui dari berbagai catatan sejarah, Sutan Gunung Mulia Harahap yang merupakan saudara sepupu dari Mr.Amir Syarifoeddin  juga merupakan salah satu tokoh Pemuda yang banyak terlibat dalam perjuangan Kemerdekaan RI pada masa itu. Gunung Mulia tercatat pernah menjadi menjadi anggota Volksraad dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada awal-awal Kemerdekaan tahun 1945.

3.Letak posisi gereja HKBP Kernolong yang cukup strategis berada dijalur lintas  para pemuda Kristen/aktivis pergerakan kemerdekaan, yakni jalur  Kernolong (HKBP Kernolong), Kramat Raya 106 (Museum Sumpah Pemuda), Kwitang (GKI Kwitang) terus ke gedung Stovia Abdul Rahman Saleh (Museum Kebangkitan Nasional).


4.Penutup.

           Dari penjelasan diatas dan catatan beberapa sumber sejarah, maka dapat dikatakan bahwa sejarah berdirinya Gereja HKBP Kernolong tidak terlepas dari dinamika dan sejarah Pergerakan Kemerdekaan RI, khususnya peran para pemuda batak Kristen pada masa-masa pergerakan kemerdekaan Indonesia. Karena periode berdirinya gereja HKBP Kernolong kebetulan bersamaan dengan lahirnya semangat kebangsaan di jaman penjajahan yang kemudian telah melahirkan aktivitas pergerakan Kemerdekaan yang dipelopori oleh Pemuda-pemuda Indonesia saat itu. Termasuk didalamnya beberapa tokoh pemuda Batak Kristen yang menjadi bagian jemaat dan bagian Pemuda Gereja HKBP Kernolong. Sebut saja tokoh Pemuda Batak Kristen yang ikut andil dalam melahirkan Sumpah Pemuda 1928 dan  aktif Pergerakan Kemerdekaan RI , yakni Todung Sutan Gunung Mulia, Amir Syarifoeddin dan Merari Siregar.

           Sebuah tantangan bagi  warga jemaat HKBP Kernolong masa kini, terlebih lebih menjelang perayaan jubileum 100 tahun yang akan jatuh tepat pada tanggl 20 September 2019 yang akan datang bahwa semangat para pemuda Batak yang menjadi warga jemaat pada masa-masa Pergerakan Kemerdekaan RI harus bisa dilanjutkan dan diteladani jemaat sekarang ini dalam mengisi Kemerdekaan dan mengisi Pembangunan melalui berbagai kegiatan pemberdayaan Pelayanan dan Perberdayaan Jemaat, sehingga siap menghadapi berbagai dinamika yang terjadi ditengah masyarakat , Bangsa dan Negara. Nilai nilai kejuangan para pemuda Batak yang menjadi anggota jemaat Gereja Kernolongpada masa pergerakan Kemerdekaan kiranya dapat diwarisi oleh seluruh jemaat dan majelis gereja menjadi nilai nilai dan semangat kebersamaan dalam upaya yang terus menerus membangun Gereja HKBP Kernolong , baik secara fisik terutama pembangunan dan pengembangan pelayanan dimasa mendatang.

Selamat Menyongsong Jubileum 100 Tahun bagi semua warga jemaat HKBP Kernolong. Tuhan Yesus Memberkati. Shaloom.


*) Ditulis dalam rangka menyambut Perayaan Jubileum 100 Tahun Gereja HKBP Kernolong Jakarta ( 20 Sept 1919-20 Sept 2019).

Sumber bacaan

1.Seratus Tahun Kekristenan dalam Sedjarah Rakjat Batak, diterbitkan oleh Panitia Distrik IX Perajaan Jubileum 100 Tahun HKBP Djakarta 1961.

2.Sekelumit Kisah Gereja HKBP Kernolong, diterbitkan oleh Panitia Pembangunan Gereja HKBP Kernolong Djakarta, tahun  1986.

3.https://leimena.org/blog/2018/08/10/kekristenan-dan-nasionalisme/

4.https://sampurannauli.wordpress.com/2008/11/18/hkbp-kernolong-merayakan-ulang-tahun-ke-89

5.Pdt. Dr. Zakaria J. Ngelow "Nasionalisme: Perjumpaan Umat Kristen Protestan dengan Pergerakan Nasional Indonesia 1900-1950", Aug 10, 2018 | Papers 2018 Copyright Institut Leimena. All Rights Reserved. Pdt. Dr. Zakaria J. Ngelow, Anggota Majelis Pekerja Harian, Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI)


Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun