Pada tanggal 30 Juni 2022, Presiden Jokowi telah bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. Pada hasil pertemuan tersebut, disorot beberapa hal dan yang banyak dikomentari oleh netizen Indonesia adalah rekonstruksi Ukraina. Diketahui Presiden Ukraina Zelensky mengundang kalangan usaha Indonesia untuk berpartisipasi dalam rekonstruksi Ukraina pascaperang.Â
Saya juga menyorot pernyataan "dengan kemampuan yang ada, pemerintah Indonesia berusaha memberikan kontribusi bantuan termasuk obat-obatan dan komitmen rekonstruksi rumah sakit di sekitar Kyiv".Â
Dari kalimat tersebut, tertulis komitmen rumah sakit yang berarti hanya atau mungkin saja ke rekonstruksi yang lain untuk pasca. Lalu apakah ini merupakan bentuk harapan yang ingin disampaikan atau formalitas harapan atau sekaligus peluang? Perlu dibedah terlebih dahulu rekonstruksi infrastruktur yang perlu dilakukan.
Berdasarkan laporan oleh Sekolah Ekonomi Kyiv (Maret 2022), sejak awal perang Rusia vs Ukraina pada 24 Februari 2022, tercatat kerusakan infrastruktur Ukraina mencapai US$62,88 miliar Rp900 triliun.Â
Para ahli Ukraina menghitung bahwa lebih dari 8.000 jalan, 260 jembatan, dan 4.431 tempat tinggal telah lenyap. Setelah itu ada 92 pabrik atau perusahaan, 378 lembaga pendidikan, 138 fasilitas kesehatan, 2 pelabuhan, 12 bandara sipil dan militer, serta 8 pembangkit listrik, termasuk pembangkit nuklir telah rusak dan disita.Â
Dana Rp900 triliun untuk rekonstruksi infrastruktur merupakan jumlah uang yang besar. Pasti banyak yang melirik untuk membantu rekonstruksi ini tetapi darimana uangnya berasal?Â
Mengutip dari artikel dw.com, beberapa opini muncul bahwa Rusia yang akan membiayai rekonstruksi Ukraina. Dana tersebut berasal dari cadangan mata uang Rusia dalam kisaran tiga digit miliar yang berada di bank-bank di luar Rusia: aset negara yang dibekukan sebagai bagian dari sanksi.
Terlihat seperti perampasan dan meskipun usaha dari Indonesia membantu pasti berbentuk Konsorsium. Konsorsium yang dibentuk bisa dari BUMN,swasta, atau gabungan keduanya.Â
Pertanyaannya perusahaan apa yang potensial ikut serta? Mengutip dari inews.id, BUMN yang sudah global antara lain Wijaya Karya Tbk, Pertamina, Perum Peruri, INKA, Kimia Farma Tbk, dan Telkom Indonesia Tbk. Namun karena sifatnya membangun infrastruktur maka peserta potensial sebagai berikut.
<<  PT Wijaya Karya Tbk  dan PT PP Tbk
WIKA memiliki pengalaman di luar negeri. WIKA beroperasi di sembilan negara, yakni tiga negara di Afrika, satu di Timur Tengah, dan lima di daerah Asia Pasifik.Â