Menurut data dari FishStat FAO (2021), Indonesia termasuk negara dengan akuakultur terbesar ke-2 di dunia setelah China. Jika orang yang tidak memahami budidaya mungkin akan terkejut dengan fakta ini. Sayangnya, Nilai produksi Indonesia sebesar 16.600.000 ton masih jauh dengan China yang sebesar 63.700.00 ton. Berdasarkan data KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan), pada tahun 2018 beroperasi sekitar 8.500 hektare dan 26.000 ha tambak intensif dan semi intensif dengan luas masing-masing sekitar 6.100 ha dan 15.700 ha dan masih ada 300.000 ha tambak tradisional. Produktivitas rata-rata masih tergolong rendah, masing-masing hanya sekitar 30 ton dan 7 ton/ha/tahun. Produktivitas yang masih rendah, harga rata-rata produk naik 3 persen, dan ekspor selalu meningkat setiap tahunnya menjadi peluang untuk masuk ke usaha tambak. Diketahui tujuan terbesar ekspor udang budidaya adalah Singapura, Malaysia, Tiongkok, Hongkong, dan Korea Selatan. Lalu ingin tau berapa keuntungan untuk budidaya udang vaname?
Mengutip dari Menteri Kelautan dan Perikanan, dari 2.000 meter tambak udang bisa menghasilkan panen sebanyak 12-15 ton. Dari 2.000 meter jika setengahnya untuk tambak udang, panen 10 ton bisa menghasilkan Rp600 juta per tahun. Pihak KKP merinci apabila harga 1 kilo atau 35 ekor udang mencapai Rp60.000. Dengan harga rata-rata udang Rp80.000/kilo. Maka pendapatan bisa mencapai Rp800 juta. Sebanyak to% dari Rp600 juta bisa digunakan untuk ongkos produksi/operasional termasuk gajinya pengelola tambak. Maka 300 juta adalah keuntungan sekali panen.
Mengutip dari Investree, anda setidaknya membutuhkan Rp51 Juta untuk memulai usaha tambak udang vaname. Sebagai modal anda dapat mengajukan bantuan ke Kemendes PDTT atau mengakses BLU-LPMUKP Â (Badan Layanan Umum Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan) dengan bunga 3% per tahun dan KUR bunganya 6%.Â
