Mohon tunggu...
Geraldo Horios
Geraldo Horios Mohon Tunggu... Lainnya - 没有人 v ホセ

menulis saat banyak pikiran

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Literasi Asuransi Rendah Sedangkan Prospek Asuransi Besar di Indonesia

8 April 2022   06:53 Diperbarui: 8 April 2022   06:55 1186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berdasarkan survei OJK 2019, Tingkat literasi asuransi jiwa penduduk Indonesia sebesar 19,4 persen dan inklusi sebesar 13,15 persen. Berdasarkan data Bank Dunia 2020, penetrasi Asuransi di Indonesia berada di level 2,92 persen pada 2020. Nilai ini lebih rendah jika dibandingkan dengan negara berkembang lainnya seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina.Masih sedikitnya jumlah warga Indonesia yang memiliki asuransi menunjukkan masih ada ruang pertumbuhan besar di sektor asuransi. Berdasarkan analisis Globaldata, nilai pasar asuransi di Indonesia bisa mencapat $6.3 bn (Rp96.6 triliun) pada tahun 2025. Nilai pasar ini lebih tinggi dari Vietnam yang sebesar $3.5 bn. Setidaknya ada empat penyebab asuransi belum diminati di Indonesia (Katadata & Zurich, 2017):

  • Pendapatan per kapita masih kecil

Berdasarkan data dari Worldbank yang diolah oleh Katadata, Pendapatan per kapita Indonesia pada 2020 sebesar US$3.869,59. Nilai ini berada di urutan nomor 5 di ASEAN, dimana Singapura berada teratas dengan nilai $59.797.75, Brunei Darussalam (27.466,34), Malaysia (10.401,79), dan Thailand ($7.189,04). Pendapatan Indonesia sebesar $3.869,59 atau Rp56,9 juta yang berarti rata-rata pendapatan penduduk Indonesia sebesar Rp56,9 juta per tahun atau Rp4,7 juta per bulan. Jumlah ini terlalu kecil mengingat besarnya kebutuhan hidup individu di Indonesia. Contohnya saja di Jakarta dengan pendapatan perkapita yang cukup tinggi di Indonesia, pengeluaran individu per bulan bisa mencapai Rp4,86 juta per bulan. Pengeluaran ini lebih kecil jika dibandingkan rata-rata pendapatan perkapita di Indonesia. Mengingat pendapatan per kapita yang masih kecil, wajar bagi orang Indonesia masih enggan untuk membeli asuransi jiwa dan mengeluarkan uang untuk membayar premi.

  • Edukasi dan sosialisasi yang masih rendah

Pendidikan tentang keuangan, produk keuangan, investasi dan asuransi tidak pernah diajarkan sedari dini. Pendidikan tentang keuangan menjadi tanggung jawab keluarga dan tidak pernah diajarkan di sekolah. Dari sudut pandang saya, pendidikan tentang cara mengelola uang paling dasar yang diajarkan di setiap keluarga adalah menabung dan tidak mengeluarkan uang secara berlebihan. Dari sekian banyak produk keuangan yang diajarkan di keluarga, asuransi berada di list terakhir untuk diajarkan karena sifatnya yang tidak pasti.

Sosialisasi terkait asuransi juga sangat minim. Jika dibandingkan dengan investasi saham dan obligasi pemerintah, tidak ada badan khusus dari pemerintah yang mengenalkan asuransi. Sebagai contoh, Bursa Efek Indonesia dan berbagai sekuritas bekerjasama dengan berbagai universitas di Indonesia untuk membentuk kelompok studi pasar modal (KSPM) yang bertugas memperkenalkan dan mengajarkan investasi buat mahasiswa dan masyarakat sekitar universitas. Kurang gencarnya sosialisasi terkait betuk, fungsi, dan manfaat asuransi menjadi faktor masyarakat tidak melirik asuransi.

  • Belum dianggap sebagai kebutuhan pokok

Kebutuhan pokok di Indonesia mencakup sandang, pangan, papan. Kuota internet menjadi salah salah satu kebutuhan pokok. Asuransi yang sifatnya tidak pasti membuat masyarakat tidak melirik produk asuransi baik asuransi jiwa, dan kesehatan. Secara sederhana, BPJS Kesehatan yang merupakan program dari pemerintah saja, tidak begitu diminati dan masyarakat enggan untuk membayar tiap bulannya. Terkecuali bagi orang-orang yang sedang sakit.

  • Tingkat pendidikan sebagian besar masyarakat masih rendah

Tingkat pendidikan memengaruhi tingkat literasi seseorang. Orang yang pada umumnya memiliki pendidikan akhir tinggi, memiliki pola pikir yang lebih baik terhadap proteksi kesehatan dan asset milik mereka. Mereka mengetahui secara baik fungsi dan manfaat dari asuransi secara jelas meskipun ada keraguan kemungkinan peristiwa buruk bisa terjadi.

Empat alasan tersebut menjadi alasan utama masyarakat Indonesia rata-rata belum memiliki asuransi. Namun ada satu alasan yang penulis pikirkan, dan tambahkan yaitu: Belum adanya kondisi yang mengharuskan seseorang untuk membeli asuransi.  Sebagai contoh, pada 2021, banyak orang membeli saham dikarenakan bisa menjadi pemasukan tambahan. Asuransi tidak demikian, namun beberapa faktor bisa menjadi seseorang harus membeli asuransi. Salah satunya adalah biaya kesehatan yang semakin mahal. Mengutip dari beberapa negara, biaya memanggil ambulan saja bisa dikenakan biaya belasan juta. Bayangkan biaya ini berlaku di Indonesia, dan setiap orang yang ingin melahirkan akan mengeluarkan uang yang sangat banyak hanya untuk proses persalinan. Kejam sekali bukan? Terlepas dari itu, tidak ada salahnya jika anda membeli asuransi sebagai proteksi terhadap pendidikan anak anda, jiwa dan kesehatan anda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun