Bisakah seseorang menulis cerpen tanpa membaca cerpen lebih dulu? Saya tidak sedang menanti jawaban Anda layaknya memilih mana yang lebih dulu, telur atau ayam.Â
Seseorang bisa dengan mudah bercerita dengan teman dekatnya sedetik setelah berpapasan muka. Dengan keberadaan aplikasi perpesanan, bercerita lebih mudah terjalin.
Apa saja bisa diceritakan. Mulai dari remeh temeh sampai yang njelimet soal pemaknaan hidup. Dari cerita tentang diri sendiri hingga menceritakan orang lain.
Hipotesis saya waktu proses penceritaan itu adalah disampaikan lewat bahasa sehari-hari alias cenderung nonbaku. Iyalah, kecil kemungkinan antarteman bercerita dengan patuh pada kaidah bahasa. Kita tidak sedang belajar bahasa Indonesia, bukan?
Cerpen juga sama, adalah cerita. Kalau bercerita biasa, tanpa membaca, mudah dilakukan. Tapi, apakah semudah itu orang tanpa membaca, bisa menulis cerpen? Saya mengajukan beberapa alasan, mengapa tanpa membaca, orang cenderung kesulitan bahkan tak akan bisa menulis cerpen.
Mengerti panjang cerpen
Apakah cerpen itu merupakan kumpulan kata puisi yang dirasa lantaran kepanjangan, maka digolongkan sebagai cerpen? Apakah dengan menyajikan 400 kata, kita sudah bisa mengatakan itu cerpen?
Cerpen sendiri ada aturan mainnya. Jika tidak membaca, maka tidak akan tahu. Antara 500 s.d. 700 kata, disebut cerpen pendek. Cerpen sedang memuat 700 hingga 1000 kata. Sedangkan cerpen panjang lebih dari 1000 kata, bisa sampai 5000, tetapi tidak lebih dari 10.000 kata.
Cerpen-cerpen para pengarang besar biasanya antara 1.000 s.d. 1.500 kata.
Memperkaya kosakata