Saya orang Batak. Lahir dan besar di Pulau Jawa. Tepatnya, Kabupaten Jepara, salah satu daerah pesisir di pantai utara. Tempat kelahiran pahlawan emansipasi wanita, R.A. Kartini. Daerah yang tersohor dengan kerajinan ukiran kayu.
Selama belajar di sana, saya mendapat mata pelajaran muatan lokal berupa Bahasa Jawa. Saya dahulu lancar menulis huruf Jawa. Bicara berbahasa Jawa sampai sekarang masih mampu dengan logat kental.Â
Bahkan, beberapa teman Batak heran, mengapa saya gampang berbaur dan bercakap dengan teman dari Pulau Jawa. Lingkungan sekitarlah yang membentuk saya.
Sepanjang belajar bahasa Jawa dari SD, SMP, hingga SMA, saya terpukau dengan satu peribahasa yang hingga kini menjadi pedoman hidup saya. Tidak sembarang alasan saya mendasarinya.
Peribahasa merupakan kata-kata pilihan penuh filosofi
Betapa saya mengerti bahwa seluruh peribahasa dalam berbagai bahasa adalah kata-kata bijak penuh makna yang tercetus dari seseorang -- biasanya tanpa nama karena terlalu lampau sehingga sulit dicari -- yang teracik dari pahit manisnya pengalaman hidup.
Ia sudah melewati berbagai rintangan dan belajar sebuah pelajaran dari setiapnya. Ia tidak ingin kesalahan dan penderitaan sama terjadi pada generasi selanjutnya. Ia meninggalkan pesan baik tersurat maupun tersirat lewat peribahasa.
Urip Kaya Cakra Manggilingan
Apa peribahasa kesukaan Anda? Mengapa pula Anda memilih dan menjadikannya sebagai salah satu bahan renungan, yang kerap membuat Anda bertahan dan mengerti tentang kehidupan?
Saya punya satu, dalam bahasa Jawa:
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!