Tanpa survei, saya begitu yakin sebagian besar kita ingin menjadi pribadi yang disukai. Upayanya beragam, seperti memantaskan diri menjadi idola dengan mempercantik penampilan, mengubah kelakuan yang berpotensi merusak citra pribadi, sampai mengatur sedemikian rupa segala hal tentang diri, yang tampil di media sosial.Â
Semua ingin menunjukkan kebaikan dan kelebihan masing-masing. Mungkin, agar mendapat tombol Likes yang banyak. Punya berjubel pengikut. Dicap sebagai orang yang memberi inspirasi.Â
Kehadirannya pun dielu-elukan banyak orang. Selalu ditunggu-tunggu. Tidak ada yang tidak suka dengan sosoknya. Berbagai kalangan nyaman dengan keberadaannya. Bukankah itu yang diharap tiap-tiap kita? Sempurna tanpa cacat?
Pujian terus datang silih berganti. Setiap unggahannya kerap dibagikan para pengikut. Intinya, bila setiap hari tidak ada berita tentangnya, sukacita orang bisa berkurang.
Tidak ada yang salah dengan itu. Adalah baik menjadi pribadi yang disukai. Tetapi, dalam beberapa hal, mungkin kita perlu berefleksi. Baik pula sesekali, menjadi pribadi yang tidak disukai, atau bahkan sampai taraf dianggap aneh. Kita tidak tertarik dan tidak bergantung pada likes orang-orang.Â
Kokoh mempertahankan idealisme
Banyak orang terus berhasil mempertahankan idealismenya dengan menjadi pribadi yang tidak disukai orang. Semisal, ada seorang murid tidak suka menyontek. Ia begitu pintar karena terus belajar.
Prinsipnya, semua nilai harus mencerminkan jerih lelah sendiri. Ia tidak menghalalkan cara untuk beroleh nilai lebih baik dengan menyontek. Ia juga tidak mau memberikan sontekan, karena itu perbuatan tidak terpuji.
Bagi sebagian teman, ia pasti tidak disukai. Ia akan disukai jika menolong dan berbagi jawaban saat ujian. Ia tidak tertarik untuk itu. Temannya mungkin kesal, menganggapnya sebagai orang yang tidak bisa bekerja sama. Apalagi untuk yang bodoh, pasti beranggapan, mengapa ia begitu egois dan sangat tega tidak mau menolong waktu ujian?
Contoh nyata, saya suka dengan hakim Almarhum Artidjo Alkostar. Beliau hakim terbaik menurut saya. Ketegasan dan keadilannya dalam menghukum pelaku tindak kejahatan, saya acungi dua jempol. Tetapi, tentu beliau tidak disukai sebagian orang, yang berupaya meringankan hukuman lewat segala cara.
Menjadi teladan