Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Apakah Cerpen Sekadar Curhat?

8 Maret 2021   20:27 Diperbarui: 8 Maret 2021   21:04 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Petikan kalimat di atas ada pada cerpen berjudul "Malin Kundang, Ibunya Durhaka" karya A.A. Navis, merupakan Cerpen Kompas Terpilih 1986. Singkat cerita, dikisahkan lakon utamanya ingin membuat pertunjukan sandiwara dengan skenario berbeda dari biasanya. Bila yang sudah tenar adalah Malin Kundang durhaka, maka dalam imajinasi lakon, dituliskanlah kisah ibunya yang durhaka.

Tetapi, pada akhir cerita, seperti petikan di atas, kata "itu" yang merujuk pada skenario hasil imajinasi, disadari bertentangan dengan hukum di bumi. Secara tidak langsung, cerpen tersebut mengingatkan bahwa moral manusia tetap harus dan sampai kapan pun menghormati ibu.

Alat Menyampaikan Pendapat dan Kritik

Bagian ini saya rasa tidak perlu contoh. Terlalu banyak dan telah lazim bagi Anda menemukan cerpen jenis ini. Bagaimana dalam cerpen dituliskan pendapat cerpenis yang disamarkan sebagai perkataan lakon, bahkan tidak jarang mengkritik keadaan sosial yang sudah kelewat batas. Cerpenis tidak suka menuliskannya khusus pada artikel opini, tetapi lebih mengasyikkan mengeluarkan unek-uneknya melalui cerita.

Jadi, karena saya tahu betapa mulianya peran cerpen bagi kehidupan manusia, maka saya tidak pernah bercanda dalam belajar dan menulis cerpen. Saya memang bukan cerpenis andal. Bukan. 

Saya hanya orang yang berusaha menulis cerpen sebaik-baiknya. Semoga hasil belajar ini berguna untuk kemajuan penulisan cerpen di negara kita. Salam cerpen.

...

Jakarta

8 Maret 2021

Sang Babu Rakyat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun