Mohon tunggu...
christi kevin kyken
christi kevin kyken Mohon Tunggu... Petani - Warrior God of Agriculture

- Senang berimprovisasi - Sedang berlatih untuk berpikir kritis dan open minded - Sangat ingin menjadi ahli botani, arsitek pertanian dan filsuf

Selanjutnya

Tutup

Nature

Analisa Penyebab Banjir di Jakarta

10 Januari 2020   17:10 Diperbarui: 10 Januari 2020   17:12 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pada awal tahun baru kemarin Ibukota Jakarta mengalami musibah banjir. Musibah banjir tahu ini juga merupakan banjir yang paling parah. Daerah-daerah yang sebelumnya tidak pernah terkena banjir pada tahun sebelumnya, namun kini terkena banjir. Sebut saja daerah Kelapa Gading, kawasan elite di Jakarta terkena banjir juga. Curah hujan yang mengguyur Kota Jakarta pada malam tahun baru cukup tinggi dan lumayan lama. Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), curah hujan pada pergantian tahun baru kemarin merupakan yang tertinggi di Indonesia sejak tahun 2007. Curah hujan pada tahun 2007 sebesar 340 mm/hari, pada tahun 2020 ini curah hujannya sebesar 377 mm/hari. Ada beberapa faktor  penyebab banjir di Jakarta pada tahun ini menjadi paling parah.

Pertama, perubahan iklim yang sudah tidak menentu. Sebagaimana yang kita tahu sekarang pemanasan global semakin tinggi, sehingga perubahan iklim menjadi tidak menentu. Perubahan iklim ini membuat persiapan akan bencana banjir ini agak sedikit kesulitan. Hujan yang turun pun juga tidak dapat diketahui yang berdampak pencegahan terhadap banjir menjadi kurang.

Kedua, kerusakan lingkungan yang terjadi di Ibukota dan sekitarnya. Pohon dapat membantu dalam penyerapan air dan menampung air pada tanah. Dengan kerusakan lingkungan yang semakin parah, membuat air hujan yang turun tidak ada yang membendung. Air hujan langsung mengalir ke sungai/gorong-gorong atau menggenang ditanah karena tidak ada pohon yang dapat menyerap air hujan tersebut. Kemudian karena air hujan langsung ke sungai, dan sungai sudah tidak dapat menampung lagi, akhirnya terciptalah banjir. Dengan intesitas waktu yang cukup lama, membuat luapan air sungai juga semakin tinggi.

Ketiga, kurangnya kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai, gorong-gorong atau tempat penyaluran air lainnya. Sampah membuat sungai/gorong-gorong menjadi tersumbat. Dengan tersumbatnya aliran air ini, membuat jalannya air menjadi terganggu dan akhirnya air meluap. Dapat dilihat pada saat sebelum banjir, sampah-sampah memenuhi sungai dan membuat sungai tersumbat. Ketika hujan tiba, banjir tidak dapat terhindar lagi.

Keempat, pemerintah daerah telat melakukan pencegahan banjir. Pada saat hujan yang begitu lama, seharusnya pompa air sudah dihidupkan terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya banjir. Pompa air ini berfungsi untuk memindahkan air yang berada disungai atau tempat aliran air ke tempat yang lain. Pemompaan air ini juga dilakukan untuk mengurangi kenaikan air pada daerah aliran sungai sehingga air tidak naik ke jalan dan menyebabkan banjir.

Kelima, kekurangan pemerintah daerah dalam mengelola sungai-sungai dan air hujan. Sampah-sampah pada sungai di Jakarta tidak dibersihkan sehingga membuat aliran sungai tersumbat. Kemudian disaat hujan, biasanya ada ranting-ranting pohon yang nyangkut disaringan tanggul, namun tidak dibersihkan. Oleh karena itu air sungai menjadi meluap dan akhirnya banjir. Naturalisasi yang disuarakan pun tidak dilaksanakan. Air hujan yang dulu langsung dialirkan ke laut, sekarang mau dimasukkan ketanah. Padahal normalisasi yang dilakukan dulu sudah membuat Jakarta terhindar dari banjir yang parah.

Keenam, pembangunan tata kota yang masih kurang. Pembangunan yang tidak sesuai juga dapat membuat air hujan tidak langsung ketanah atau tidak dapat menuju sungai karena tidak ada gorong-gorong. Makanya dalam setiap ingin membangun sebuah bangunan harus ada IMB dan sesuai AMDAL. Jika sesuai dengan IMB dan AMDAL, ekosistem sekitar menjadi terjaga dan air hujan dapat ditanggulangi oleh alam dengan mudah.

Disaat seperti ini tidak seharusnya kita tidak saling menyalahkan sana sini. Cukup melakukan apa yang bisa dilakukan. Kita sebagai masyarakat dapat membantu dengan membuang sampai pada tempat sampah, mengurangi penggunaan plastik, dan masih banyak lagi. Pemerintah daerah dapat melakukan perawatan terhadap sungai-sungai atau gorong-gorong. Sampah-sampah yang masih ada di sungai/gorong-gorong dapat diangkat agar tidak menyumbat aliran air. Sungai-sungai yang dangkal dapat dikeruk agar menjadi dalam. Pompa-pompa air diaktfikan ketika hujan sudah mengguyur.

Banjir merupakan musibah yang dimana tidak dikehendaki semua orang. Namun banjir ini tidak datang dengan sendirinya pasti ada pemicunya. Maka dari itu, mari kita berintrospeksi diri masing-masing dan tidak usah menyalahkan orang lain terlebih dahulu. Jika diri sendiri sudah melakukan hal yang benar, ajaklah orang lain untuk melukan hal yang benar juga. Kalo sudah begitu hasilnya kita juga yang akan menikmatinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun