Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

(Tidak) Semua Patut Bergembira atas Rizieq Shihab yang Positif Covid-19

25 November 2020   15:01 Diperbarui: 25 November 2020   15:02 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: twitter/@DTanjung15

Ada pemandangan menarik sekaligus memprihatinkan di jagad sosial media Indonesia hari ini, yaitu berita tentang positifnya Rizieq Shihab yang tertular covid-19.

Semua seolah bergembira atas kabar duka tersebut, khususnya kepada mereka yang memang kontra dengan sikap Rizieq. Ya, Saya memang banyak kontranya dengan Rizieq, tetapi saya tidak mungkin bergembira atas berita menyedihkan itu.

Hari ini Saya menemui sebuah postingan di twitter, berisi tentang sebuah foto karangan bunga dari Dewi Tanjung. Karangan bunga tersebut memang mengandung kalimat "turut berduka", namun sayangnya ekspresi yang ditunjukkan seolah, menggambarkan kalau wanita yang berfoto di sebelah karangan bunga tersebut menunjukkan ekspresi yang bahagia. Ditambah lagi dengan banyaknya komentar yang justru ikut bergembira atas kabar positifnya Rizieq Shihab, menurut Saya reaksi seperti itu tidak perlu diumbar ke media sosial.

Saya paham, apa yang dialami oleh Rizieq merupakan "karma" atas kerumunan yang ia buat saat kepulangannya ke Indonesia. Namun tetap saja bagi Saya, "bergembira" di atas penderitaan orang lain adalah hal yang sangat disayangkan, walau yang bersangkutan ulahnya sering membuat banyak pihak emosi.

Ada hal yang paling jelas, yang sangat menonjol dari pemandangan di atas, yaitu politik identitas. Mereka yang bergembira atas kabar duka itu, yang ikut memberikan reaksi atas karangan bunga dari Dewi Tanjung, rata-rata adalah pendukung Jokowi, kontra dengan Rizieq Shihab dan juga Anies Baswedan. Ya, sangat jelas kalau mereka adalah kelompok yang biasa disebut dengan buzzer.

Ketika hal di atas berbanding terbalik, anggap saja salah satu pentolan pendukung Jokowi tertular Covid-19, bisa dipastikan bahwa yang bergembira atas kabar duka itu, rata-rata adalah mereka yang biasa disebut dengan kadrun.

Fenomena politik identitas masih bertahan hingga kini, dan tidak tahu akan bertahan sampai kapan. Yang jelas, politik identitas tidaklah sehat, justru semakin membuat kondisi jagad media sosial tidak kondusif.

Dengan semakin kacaunya jagad media sosial di Indonesia, membuat munculnya fenomena "puasa medsos" oleh orang-orang yang sudah merasa jenuh dengan konflik buzzer vs kadrun. Dan Saya pun lambat laun sudah tidak lagi aktif bermain media sosial, bahkan, Saya berencana menonaktifkan akun media sosial Saya.

Hal itu Saya pikir, saat ini media sosial lebih banyak tidak bermanfaatnya karena konten politik identitas, konten jamet, konten tiktok, konten yang minim edukasi semakin menguasai lini media sosial, sehingga membuat Saya semakin merasa jenuh.

Ketika kita mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan, tidak lantas membuat kita melakukan hal yang sama kepada yang bersangkutan. Sama halnya dengan berita Rizieq Shihab yang positif Covid-19, Saya rasa tidak perlu ada tagar, reaksi gembira atas kabar itu.

Kalau Saya jadi mereka, Saya lebih memilih diam walau dalam hati Saya "lumayan puas" atas kabar itu. "Loh, kalau begitu, bedanya kamu dengan mereka apa?". Bedanya, Saya tidak mengumbar reaksi Saya, dan memilih untuk diam, tidak melontarkan umpatan kepada Rizieq Shihab. "Berarti kamu tipikal orang yang munafik dong?", silahkan menilai Saya seperti itu, Saya tidak akan mempermasalahkannya. Kenapa? Karena semakin Saya menyangkal, artinya Saya semakin denial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun