Di luar sana banyak manusia yang menyiapkan bekal. Kebaikan, amal baik, sedekah, beribadah, dlsb. Katanya manusia hidup di dunia ini hanya sementara, sedang hidup yang kekal adalah setelah kematian.Â
Terlalu banyak macam praduga yang menyelimuti hati yang gelisah, kiranya setelah mati akan menempati surga atau neraka. Kegelisahan-kegelisahan itu terus saya berkembang, hingga pada suatu masa orang beriman memusuhi orang yang dikata tak beriman. Menghancurkan kepercayaannya, menghancurkan tempat ibadahnya, menghancurkan tradisinya, bahkan menghancurkan orangnya.
Ketakutan hidup berdampingan dengan orang kafir membuat mereka merasa risih, terganggu. Yang mana perselisihan-perselisihan akan terjadi, spekulasi-spekulasi akan tercipta. Dan semua itu karena iman, karena Tuhan yang berbeda.
Tapi lain orang, lain pemikiran. Aku tak memandang kehidupan setelah mati itu ada. Bahkan tentang surga dan neraka seperti kata kebanyakan orang. Bagiku dunia ini adalah campuran surga dan neraka. Air dan api. Baik dan buruk. Benar dan salah. Siang dan malam. Semuanya berpasangan, begitu juga surga dan neraka.
Surgaku adalah ketika aku tertawa, tersenyum, bahagia. Sedang nerakaku adalah ketika aku menangis, kalah, kecewa, dan juga patah semangat.
Disinilah aku hidup setelah mati. Dan ketika aku tutup usia, ruh-ku akan melayang bebas, terlepas dari semua karma yang menghiasi setiap hidupku yang fana. Dan ke mana ruh-ku pergi? Tak ada yang tahu. Bisa saja menempel pada janin binatang buas. Bisa juga hinggap di benih tumbuhan. Atau, hinggap pada janin yang belum terisi nyawa.