Mohon tunggu...
Baenur Sidiq
Baenur Sidiq Mohon Tunggu... Freelancer - Yang sedang belajar menulis dan berbagi

Seorang pria, lulusan pendidikan bahasa jepang, translater dan interpreter di perusahaan asing.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Alih Bahasa, Tidak Perlu untuk Berpikir?

20 Agustus 2019   08:47 Diperbarui: 20 Agustus 2019   08:50 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Kita tentu tahu layanan terjemahan mesin multibahasa gratis yang dikembangkan oleh Google, untuk menerjemahkan teks. Program itu dinamakan Google Translate yang mendukung lebih dari 100 bahasa di berbagai tingkatan dan melayani lebih dari 500 juta orang setiap hari.

Jika kita bicara konteks terkait "Alih bahasa", tentu saja dengan google translate saja mungkin dirasa cukup, walau terkadang tidak semuanya benar. Variasi ini timbul akibat dari memori bahasa yang dipunyai google yang masih kurang untuk kosakata, polakalimat, ataupun input dan pesan dari user yang agak membuat "Google Translate" tidak bisa menerjemahkan dengan baik dan benar.

Terkait dengan input dan pesan dari user, Memang seorang "alih bahasa" tidak mempunyai kosakata dan kemampuan ragam bahasa yang sepadan dengan "Google Translate". Namun, yang tidak kita sadari adalah seorang "alih bahasa" akan lebih jauh mengekspresikan keinginan user, memproses input user yang terkadang tidak sesuai pakem (Misal : SPOK) dan lain sebagainya, menjadi output yang benar dan mudah dipahami.

Banyak yang masih salah kaprah terhadap seorang alih bahasa, mereka berpendapat bahwa "alih bahasa" hanya  mengalihkan bahasa tanpa perlu mengetahui latar belakang, konteks, dan maksud si pembicara. Untuk hal tersebut memang ada benarnya jika syaratnya input dari User benar dan lengkap. 

Tetapi jika hal tersebut tidak terpenuhi, yang timbul hanya "miss komunikasi" dan pemahaman-pemahaman liar yang "Out of konteks. Pekerjaan ini memerlukan pemahaman lebih, serta pengalaman dan pengetahuan terkait bidang terjemahan yang sedang dialih bahasakan.

Kita bisa bandingkan antara dua orang "alih bahasa", dimana orang pertama adalah seorang "fresh graduate" dan orang kedua adalah seorang "yang memiliki pengalaman". Kita dapat memberikan mereka input yang sama, namun output yang muncul akan berbeda. Mengapa demikian???, sekali lagi pengalaman dan pemikiran seorang "alih bahasa" masuk didalamnya.

Seandainya "petugas" alih bahasa hanya mengalihkan bahasa, apa bedanya dengan google???,dan juga hal yang saya tuliskan pada paragraf sebelumnya juga tidak akan mungkin terjadi. Pekerjaan ini masih banyak yang memandang remeh, padahal jika tanpa mereka seorang "alih bahasa" pekerjaan "alih teknologi" dan alih

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun