Mohon tunggu...
Matrimony Lesmana
Matrimony Lesmana Mohon Tunggu... Ilmuwan - Tukang Sosiologi Budaya

dengan ikhlas dan senang hati menyerukan bahwa perbedaan sosial budaya sama sekali bukan alasan pemisahan masyarakat;

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Status "Keturunan", Agitasi terhadap Nilai Kebangsaan Indonesia

25 Januari 2020   08:30 Diperbarui: 26 Januari 2020   15:58 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: dokumentasi pribadi)

Selapis masyarakat golongan pedagang dan industrialis tiba-tiba jumlahnya turun drastis, ikut angkat kaki bersamanya aset-aset yang perjuangkan untuk Indonesia.

Pada saat itu tak satupun ke-primordial-an mampu membendung keruntuhan kebangsaan yang selama ini dibangun.

Ide negara kebangsaan, kalau diibaratkan, pasti bukan seperti 'kakek renta' di hadapan 'darah muda' globalisasi. Bersamanya batas politis suatu negara mulai tidak lagi bisa menghambat lalulintas manusia, melainkan sudah harus jadi orang tua bijak dan matang pengalaman menghadapi keterbukaan dan perubahan.

Setiap usaha untuk mengisolasi hakekat dasar manusia dalam mengekspresikan pandangannya pada ruang hidup akan berujung pada konflik.

Dalam konteks pemerintahan yang mengatur akan frustasi kalau tidak memberikan perintah atau menghukum dan yang diatur hidup resah kalau tidak melawan. 

Kasus-kasus konflik antar etnis seperti di bekas negara Yugoslavia salah satu faktornya adalah pemaksaan kepentingan supremasi budaya atas kekuasaan.

Sebaliknya pembebasan keragaman kehidupan berbudaya yang diatur dalam skala nasional jelas menambah kekayaan dan kekuatan negara atas kesatuan dengan azas saling tarik menarik dan melengkapi kekurangan. Prinsipnya, manusia dan budaya akan selalu membentuk cara untuk bertahan hidup melalui proses.

Budaya manapun bersifat kreatif/mencipta, bukan destruktif/menghancurkan. Meskipun budaya akan selalu membentuk batasan bila bertemu yang lain' atau asing', sifatnya hanya akan selalu berasosiasi pada pijakan bagaimana hidup berdampingan.

Seperti kutipan lengkap kitab Sutasoma terbitan sekitar abad 14, karya Mpu Tantular, pupuh 139, bait 5 ini:

"RwAneka dhAtu winuwus Buddha Wiswa,
BhinnEki rakwa ring apan kena parwanosen,
Mangka ng Jinatwa kalawan Ziwatatwa tunggal,
BhinnEka tunggal ika tan hana dharma mangrwa."

Tafsirnya kira-kira:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun