Mohon tunggu...
Himmatul uliyah
Himmatul uliyah Mohon Tunggu... Guru - Berusaha hidup lebih bermanfaat dan bermartabat

Himmatul uliyah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Berbagi Cerita Cara Berbakti Pada Orangtua

17 Februari 2021   20:56 Diperbarui: 17 Februari 2021   21:07 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Assalamualaikum, Anak-anak semoga semangat tholabul 'ilmi kalian tetap berapi-api meski dalam masa pandemi ". sapaanku pada anak-anak ketika Pembelajaran Jarak Jauh lewat  di grop WA. Kutulis kata sapaan  dengan semangat meski sebagian dari mereka  masih bersikap manis manja dengan malasnya sesekali terlena dengan keadaan tuk enggan membuka grop WA. Tapi aku tak boleh patah semangat, karena di wajah mereka terpancar masa depan yang cemerlang . pembelajaran secara daringku hari ini. Selang beberapa menit ku sapa lagi " Halo anak-anak yang cantik -cantik dan ganteng-ganteng ", satu persatu mulai jawab, namun masih ada saja tidak jawab, meski belum ada yang jawab tetap ku tulis tugas hari itu. 

Hari itu aku melanjutkan materi " Cara Berbakti Pada Orang Tua" Pada PJJ sebelumnya sudah aku jelaskan tentang berbakti pada orang tua dalam Q. S. Al Imran ayat : 23-24 dan Hadits. 

Untuk kali ini saya ingin tahu bagaimana anak - anak berbakti pada orang tua mereka. Maka saya ingin berbagi cerita dengan mereka, maka untuk itu saya awali dari kisah saya. Ini sedikit ceritaku:

Pada tahun 1990 saat aku lulus SMA :" Nduk! Nanti setelah lulus SMA kamu ke pesantren saja hafalkan Qur'an, melanjutkan ke Perguruan Tinggi nanti setelah selesai ngafalno Qur'an "
Itulah kalimat-kalimat emak 30 tahun yang lalu yang masih terngiang di telingaku, waktu itu dengan sepatah kata kuucapkan, " Nggeh Mak. Meski di hati kecilku, aku pingin kuliah dan mondok di pesantren. Tapi apa hendak di kata, saat itu sulit untuk bisa dapat beasiswa, tidak seperti saat ini. Sedangkan kondisi ekonomi keluarga saat itu hanya mengandalkan hasil sepetak sawah dan kebun belakang rumah yang tidak menentu, sedang biaya hidup yang utama yaitu makan satu keluarga dengan jumlah sembilan orang, sungguh tidak bisa di tekan, meski untuk kebutuhan pendidikan bisa di tekan dengan sekolah yang tidak tinggi biayanya dan untuk kebutuhan papan dan pakaian menjadi urutan nomor terakhir. Sungguh Allah Maha....alhamdulillah emakku punya ketrampilan menjahit yang bisa sekedar bantu penuhi kebutuhan sehari-hari.
Dengan melihat kondisi orang tua itulah yang aku bisa lakukan sam'an watho'atan setidaknya mengurangi beban pikiran mereka dan menjadi cara aku untuk berbakti pada orang tua.
Bagaimana cerita kalian ayo saling berbagi kebaikan agar menjadi inspirasi bagi yang lain.

dari pertama aku bercerita pada mereka akhirnya satu persatu mereka berbagi cerita, diantara cerita mereka dalam berbakti pada orang tua di bawah ini : 

Cara berbaktinya Kurnia

Di desa terpencil yang di kenal dengan daerah santri bagian dari kecamatan ngajum aku dilahirkan dan dibesarkan. Buruh tani kadang Buruh serabutan, kadang juga nganggur tidak ada yang membutuhkan jasanya menjadi sumber penghasilan orang tuaku yang hanya berpendidikan sampai Sekolah Dasar, sehingga kurang begitu faham akan pentingnya sebuah pendidikan, yang penting anaknya shalat dan ngaji Diniyah. Tapi pilihan pendidikan diserahkan pada aku, mereka tinggal merestui dan mendukung sebisanya apa yang menjadi keputusanku.
Pada suatu hari ada penawaran dari saudara dan rekomendasi dari ranting NU dimana aku tinggal untuk bisa melanjutkan SMP sampai SMA bahkan bisa sampai ke PT dengan tanpa biaya.
Dengan restu orang tua aku tinggal di asrama hingga saat ini sudah 4 tahun setengah. 2 bulan sekali aku melepas rindu dengan keluarga, kupergunakan waktu dengan sebaik-baiknya tuk tunjukkan baktiku pada orang tua dengan membereskan semua pekerjaan rumah mulai dari menyapu, mengepel dan memasak dan lain sebagainya.
Disamping melepas rindu tentu ada maksud lain ketika aku pulang, yaitu sekedar minta uang buku, jajan dan keperluan pribadi lainya, dalam hal ini aku berusaha untuk ungkapkan dengan kata-kata yang halus biar tak sampai menyinggung perasaan mereka.
Belajar dengan rajin, mematuhi semua peraturan Asrama, membantu sebisanya pekerjaan di ndalem itu yang ku lakukan ketika di Asrama.
Sebagai kesimpulan bahwa cara saya berbakti pada orang tua adalah:
1. Memilih mukim di Asrama untuk bisa lanjut pendidikan yang lebih tinggi
2. Membantu pekerjaan rumah
3. Berkata dengan baik pada orang tua
4. Belajar yang rajin
5. Membantu pekerjaan di ndalem Asrama sebagai ganti orang tua di rumah

Kedua : Cara berbaktinya Sabrina

Sejak usia 7 tahun kebersamaanku dengan Bapak dan Ibu yang melahirkanku hilang karena suatu perceraian, akhirnya tumbuh kembangku digantikan oleh nenek dan pak lek, merekalah yang berubah posisi menjadi orang tua asuh. Akan tetapi Pada saat aku atau Orang tuaku ada kesempatan tuk bisa bertemu kami gunakan tuk curahkan semua kerinduan yang terpendam.
Nenekku orang yang hebat dalam mengasuh cucu, curahan kasih, nasihat-nasihatnya menjadikanku remaja yang tidak broken, tidak punya rasa kesal pada orang tua seperti kebanyakan anak yang ditinggal cerai orang tuanya ,  justru aku ingin mengambil pelajaran dari mereka, membahagiakan dengan belajar yang rajin, aku yakin bahwa tidak ada orang tua yang tidak sayang pada anaknya, hanya saja waktu serta dalam mewujudkan kasih sayang saja ayang berbeda.

Cara berbaktinya hermawan 

Sedari kecil aku memang kurang sehat secara fisik dibanding dengan teman-teman yang lain, yaitu dari kecil aku punya penyakit asma, tapi tetap aku syukuri bahwa itu sebagai garis hidupku dengan tak lupa aku dan keluarga selalu berusaha untuk kesehatanku.
Dengan kondisiku yang kurang sehat sebisa mungkin aku tetap berusaha berbakti pada orang tua, yaitu :
1. Menjalankan ibadah shalat lima waktu
2. Menuruti apa yang menjadi saran orang tua seperti: tidak begadang, tidak merokok dan lain-lain
3. Membantu pekerjaan orang tua yang ringan-ringan, seperti: menyapu, mencuci piring setelah makan, membereskan tempat tidur sendiri
4. Memilih sekolah SMA yang dekat dengan rumah, karena dengan begitu aku bisa meringankan orang tua dalam hal biaya sekolah.

Itu beberapa kisah dari sebagian anak didikku, Mudah-mudahan ada kisah lagi dari mereka tuk tebar manfaat. 

Salam

Himmatul uliyah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun