Mohon tunggu...
HIMIESPA FEB UGM
HIMIESPA FEB UGM Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada

Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi (HIMIESPA) merupakan organisasi formal mahasiswa ilmu ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada DI Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Money

Indonesia Poverty Condition: The Responsibility of Education

7 Juli 2021   10:00 Diperbarui: 7 Juli 2021   10:06 955
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Oleh: Kefas Prajna Christiawan (Ilmu Ekonomi 2020) Dok. HIMIESPA

Kondisi kemiskinan di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) menjelaskan konsep kemiskinan di Indonesia diukur melalui kemampuan setiap  individu dalam memenuhi kebutuhan dasar atau basic needs approach. Maka dari itu, kemiskinan adalah penduduk yang memiliki pendapatan per kapita di bawah garis kemiskinan. Konsep garis kemiskinan (GK) dijelaskan juga oleh BPS sebagai berikut, penjumlahan antara garis kemiskinan makanan (GKM) dan garis kemiskinan non-makanan (GKNM). Dimana, garis kemiskinan makanan (GKM) adalah nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan sebesar 2100 kilokalori per kapita per hari. Sedangkan, garis kemiskinan non-makanan (GKNM) adalah nilai kebutuhan umum sektor sandang, perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Kedua indikator inilah yang digunakan BPS dan  Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) untuk mengukur kondisi kemiskinan di Indonesia. 

Pada tahun 2020, tingkat kemiskinan di Indonesia mengalami kenaikan. Pada bulan September 2020 persentase penduduk miskin di Indonesia sebesar 10,19 persen dan jumlah penduduk miskin sebesar 27,7 juta jiwa. Angka ini meningkat sebesar 0,97 persen dari tahun sebelumnya. Sebenarnya, jika kita menilik data 10 tahun terakhir kondisi kemiskinan di Indonesia, grafik menunjukan adanya penurunan kemiskinan secara perlahan-perlahan hingga September 2019 (9,22 persen). Namun, dampak dari pandemi covid-19 membuat kondisi kemiskinan di Indonesia naik pada Maret 2020 dan kembali naik pada September 2020. Sedangkan, garis kemiskinan di Indonesia pada Maret 2020 sebesar Rp454.652,-/ kapita/bulan (Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp335.793 dan  Garis Kemiskinan Bukan Makanan sebesar Rp 118.859) dan garis kemiskinan rata-rata rumah tangganya sebesar  Rp2.118.678,-/rumah tangga miskin/bulan (Badan Pusat Statistik 2020). Namun, dampak  dari    pandemik    Covid-19  membuat kondisi kemiskinan di Indonesia naik pada Maret 2020 dan kembali naik pada September 2020. Semakin memburuknya kasus Covid-19 di Indonesia di 2021, dikhawatirkan peningkatan penduduk miskin di Indonesia semakin tidak terkontrol. 

Grafik 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia, periode 2010-September 2020. Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) 2021.
Grafik 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia, periode 2010-September 2020. Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) 2021.
Indonesia memiliki kondisi ekonomi yang tidak terlalu buruk, sebagai anggota G-20, populasi terbesar keempat di dunia, dan urutan ke-10 ekonomi terbesar di dunia. Penurunan kondisi kemiskinan yang cukup signifikan sejak krisis 1999 hingga saat ini, menjadi salah satu indikator yang membuat Indonesia dapat bergabung ke dalam negara status pendapatan menengah ke atas (World Bank 2021).

Tabel 1. Negara-Negara yang Berganti Statusnya Menjadi Negara Berpenghasilan Menengah ke Atas. Sumber : World Bank 2020
Tabel 1. Negara-Negara yang Berganti Statusnya Menjadi Negara Berpenghasilan Menengah ke Atas. Sumber : World Bank 2020
Pertumbuhan dan perkembangan positif perekonomian Indonesia masih menemui beberapa kendala. Saat ini pandemi menjadi salah satu yang utama dalam memukul kondisi perekonomian dan kemiskinan di Indonesia. Hal ini dikarenakan banyak hal, seperti banyaknya pengangguran, menurunnya kemampuan konsumsi masyarakat, krisis kesehatan, ketidakmampuan memenuhi obligasi, dan hal lainnya.  Namun, ada hal lain yang tak bisa dilewatkan yaitu mengenai sumber daya manusia (SDM) dan human capital. Pada tahun 2018 Indeks modal manusia Indonesia berada di peringkat ke-6 dengan nilai sebesar 0,53. Hal ini menjelaskan apabila setiap anak yang baru lahir di Indonesia hanya dapat mencapai 53 persen dari kemampuan maksimum produktivitas mereka, ketika mendapatkan pendidikan dan kesehatan yang lengkap. Di tahun 2020 indeks modal manusia naik ke angka 0,54. Sehingga, produktivitas dipengaruhi oleh banyak faktor dan sangat penting untuk meningkatkan perekonomian dan menekan kemiskinan di Indonesia (World Bank 2019). 

Tabel 2. Indeks Modal Manusia Indonesia berada di urutan 6 di ASEAN (2018) Sumber : World Bank 2018
Tabel 2. Indeks Modal Manusia Indonesia berada di urutan 6 di ASEAN (2018) Sumber : World Bank 2018

Several Factors that Influence Poverty in Indonesia

Laju pertumbuhan populasi di suatu wilayah juga menjadi faktor yang krusial. ketika populasi suatu negara mengalami uncontrolled growth atau pertumbuhan yang tidak terkontrol, hal ini dapat menyebabkan masalah timbul di berbagai sektor kehidupan. Populasi yang tidak terkontrol juga menyebabkan meningkatnya pengangguran, jumlah pasar, gangguan lingkungan, dan kualitas human capital yang membuat jumlah penduduk miskin di Indonesia bertambah. Alasan tingginya population growth rate di Indonesia seringkali dikarenakan kurangnya kualitas pendidikan (edukasi seks dan keluarga berencana) dan kesehatan. 

Dilansir dari Todaro dan Smith (2006), salah satu faktor penting dalam kesejahteraan adalah kesehatan. Untuk menentukan living standards suatu negara, produktivitas menjadi kunci utama. Sehingga, ketika masyarakat memiliki kondisi kesehatan yang baik dan fasilitas yang memadai, hal ini akan membuat sumber daya manusia (SDM) lebih produktif. Kesehatan menjadi tolak ukur keberhasilan dan evaluasi suatu negara, selain itu tentu saja memiliki peran terhadap kemiskinan sesuai dengan konsep garis kemiskinan non-makanan (GKNM). Seringkali life expectancy menjadi parameter kesuksesan negara dalam menggagas sektor kesehatan. Di ASEAN data 2018 menempatkan Indonesia di urutan ke-6 dengan life expectancy sebesar 71,51 tahun. Singapura sebagai satu-satunya negara maju di ASEAN memiliki nilai tertinggi di ASEAN sebesar 83,15 tahun. VeryWellHealth mengatakan apabila life expectancy rata-rata di ASEAN adalah 73.3, sedangkan Indonesia masih berada di bawah rata-rata.

Grafik 3. Life Expectancy Negara-Negara di ASEAN (2018) Sumber : Statista 2020
Grafik 3. Life Expectancy Negara-Negara di ASEAN (2018) Sumber : Statista 2020

Hubungan antara kesehatan dan penduduk miskin suatu negara sering digambarkan dengan vicious cycle of poverty. Penduduk yang tidak dapat memenuhi kebutuhan kesehatan nya dengan baik akan kehilangan produktivitasnya, tidak dapat saving, rendahnya penghasilan, dan kesulitan mendapatkan pendidikan yang baik. Sehingga, mereka akan terjebak dalam sebuah lingkaran kemiskinan, seringkali keturunannya juga mengalami hal yang sama. Robert Fogel, seorang ekonom peraih nobel, menjelaskan sebuah siklus antara nutrisi yang baik dan produktivitas. Ketika seseorang dapat memenuhi nutrisinya dengan baik, dia akan produktif dan mampu memenuhi nutrisinya kembali (Fogel, Robert 1994). 

Gambar 1. Siklus Hubungan antara Kesehatan, Pendidikan, Income, dan savings terhadap Kemiskinan.
Gambar 1. Siklus Hubungan antara Kesehatan, Pendidikan, Income, dan savings terhadap Kemiskinan.

1-60e4590906310e714a032012.png
1-60e4590906310e714a032012.png

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun