Mohon tunggu...
Sosbud

Angkot Masuk Kampung, Solusi Macet atau Tambah Semrawut?

15 Maret 2017   11:10 Diperbarui: 15 Maret 2017   11:31 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Predikat kota terburuk se-dunia bagi pengendara versi Waze pada 2016 masih terngiang di telinga. Ini pula yang membuat Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor tancap gas melakukan gebrakan. Setelah mener­apkan Sistem Satu Arah (SSA), kini penambahan trayek baru angkot hingga ke kampung-kampung pun dilakukan. Lewat peluncuran program rerouting, pemerintah sengaja membuat jalur anyar untuk mengurangi penumpukan di ten­gah kota. Lalu, akankah rencana ini berja­lan mulus? Atau justru makin semrawut?

UNTUK mengurai kemac­etan yang selama ini belum terselesaikan, Pemkot Bogor akhirnya meresmikan pro­gram transportasi rerouting. Dalam rerouting tersebut Pemkot Bogor menggeser sejumlah angkutan yang ada di tengah kota menjadi feeder yang nantinya akan menjang­kau sejumlah wilayah yang belum terjangkau angkot.

Walikota Bogor Bima Arya mengatakan, memang se­lama ini kemacetan menjadi persoalan yang belum bisa terselesaikan olehnya. Na­mun dengan adanya program rerouting ini, Bima berharap dapat mengurangi kemac­etan yang ada di pusat Kota Bogor. Karena dengan begitu angkutan di pusat kota akan beralih ke wilayah pinggiran. “Ini merupakan reformasi an­gkot setelah berbadan hukum dan rerouting ini dijalankan tahapan demi tahapan sampai nantinya ke konversi angkot,” ujarnya kepada Metropolitan.

Dengan rerouting ini, ang­kot yang sebelumnya hanya menjangkau 40 persen, bisa bertambah menjadi 85 persen. Terobosan ini juga diyakini dapat mengurangi beban an­gkutan di pusat kota. “Setelah launching ini, 2-3 minggu tahap stikerisasi. Angkot yang sudah dipasangi stiker bisa beroperasi sesuai trayek ba­runya menjadi feeder. Setelah itu baru persiapan menuju konversi. Tiga angkot yang ada akan diganti menjadi Transpakuan. Nanti, operator trayek tengah ini diberikan pil­ihan mau beroperasi di pusat kota atau digeser ke pinggir menjadi feeder,” terangnya.

Pemkot Bogor akan mem­berikan waktu sekitar enam bulan dan Bima juga berharap selama waktu yang diberikan sudah ada bus yang bisa beroperasi untuk menghen­tikan angkot di jalur tengah.

“Operator-operator ini akan ada kerja sama dengan pihak ketiga untuk pengadaan ar­mada bus, lalu mengajukan subsisdi ke Pemkot Bogor lalu akan kita anggarkan. Dan semua ini akan kita realisa­sikan pada 2017,” paparnya.

Sesuai dengan Surat Kepu­tusan Kepala Dinas Perhubun­gan Kota Bogor Nomor 800/Dishub tentang rute lintasan trayek angkutan perkotaan ada tujuh trayek baru dibuat Pemkot Bogor. Rute itu akan dilalui angkutan massal beru­pa bus.

Sedangkan, sebanyak 30 trayek lainnya akan dilalui feeder atau angkutan peng­umpan yang akan disebar ke kampung-kampung. Totalnya mencapai 2.712.

Peluncuran program ini pun langsung mendapat reaksi warga. Lewat media sosial banyak netizen mengomen­tari rencana Walikota Bogor melebarkan trayek angkot ke kampung-kampung.

Ada yang setuju, ada pula yang bingung dengan makin banyaknya trayek angkot di Kota Bogor. “Jadi kalau dari Laladon ke Taman Kencana naik apa yaa? 😞 #bingung,” tulis pemilik akun Atika Ma­yang Sari.

Tak hanya itu, ada pula ne­tizen yang mempertanyakan rencana pemkot memindah­kan angkutan ke kampung-kampung. Akankah sesuai tujuan atau hanya memind­ahkan kemacetan dari pusat kota ke pinggiran?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun