Rabu (4/3/2020) siang, tepat pukul 11.03 seorang mahasiswa duduk mematung di sudut ruang baca seperti hendak bertafakur, matanya menatap ke arah deretan rak buku, tiba-tiba memekik kaget karena kejahilan temannya yang menaruh ular karet di atas bukunya. Sambil tergopoh-gopoh temannya itu meraih buku dan telepon genggamnya lalu menghilang dari pandangan si mahasiswa itu.
Di ruang sirkulasi suara berdehem terdengar berkali-kali, dan sesekali gelak tawa petugas keamanan di pintu utama Perpustakaan, merespon guyonan para mahasiswi yang duduk di kursi sofa dekat meja security, persis di depan tangga menuju ke lantai dua.
Siang itu, ruang koleksi referensi perpustakaan IAIN Ternate terlihat ramai dikunjungi mahasiswa, sebagian menyibukkan diri membaca kitab-kitab kuning, dan lainnya menyisir sejumlah rak buku mencari literatur-literatur penting untuk mengerjakan tugas yang diserahi dosen mereka.
Beberapa gelintir gadis cantik tiba-tiba "menerobos" masuk di ruang koleksi referensi dan melempar senyum pada pengunjung yang lebih dulu berada di dalam ruangan, mereka mulai menghampiri sejumlah rak buku dan meneliti satu persatu referensi yang tersedia.
Gadis-gadis cantik itu dari Program studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir pada Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah. Mereka langsung menuju rak buku deretan ketiga, di rak itu tersusun rapih kitab al-Maraghi, dan kitab-kitab lainnya, sejumlah kitab tafsir al-Maraghi mereka pinjam lalu menaruh di atas meja baca, kitab al-Maraghi adalah kitab kontemporer yang membahas tentang ayat-ayat Al-Quran yang ditulis Ahmad Mustafa al-Maraghi.
Ahmad Mustafa Al-Maraghi merupakan ulama Mesir, namanya mulai terkenal sebagai salah satu ahli tafsir kontemporer sejak ia mulai menyelesaikan karya monumentalnya berjudul tafsir al-quran al-karim, yang saat ini tersebar di seluruh Perguruan Tinggi Islam maupun sekolah-sekolah agama dan pesantren dan dikenal dengan kitab tafsir al-Maraghi.
Konon penulisan kitab al-Maraghi dilatari oleh sebuah kenyataan bahwa orang enggan membaca tafsir, alasannya karena sukar dipahami, serta istilah-istilah di dalam tafsir hanya dapat pahami oleh orang yang ahli dalam bidang tafsir.
Inilah menjadi alasan bagi al-Maraghi untuk menulis tafsir al-quran al-karim (al-Maraghi) dengan bahasa sederhana serta mudah dipahami oleh pembacanya. Tujuannya agar pembaca dapat memahami rahasia-rahasia yang terkandung dalam al-quran tanpa adanya kesulitan.
Dalam menyelesaikan tafsir al-Maraghi yang berjumlah 30 Juz, konon Ahmad Mustafa Al-Maraghi membutuhkan waktu kurang lebih 10 tahun (1940-1950), menurut sejumlah literatur, ulama bernama lengkap Ahmad Mustafa bin Muhammad bin Abdul Mu'nim al-Maraghi ini pada tiap hari hanya membutuhkan waktu 4 jam untuk beristirahat, sedangkan 20 jam ia gunakan untuk menulis dan mengajar.
Penulisan tafsir al-Maraghi rampung dan mulai terdistribusi pada Perguruan Tinggi --- sejumlah Universitas di Timur Tengah lalu memuji al-Maraghi sebagai seorang Muffasir, bahkan pujian itu datang dari para ulama, yang menganggap murid dari Syaikh Muhammad Abduh itu sebagai pembaharu dalam bidang tafsir, terutama mengenai metode, sistematika dan gaya bahasa yang digunakan dalam kitab tafsirnya.
Kitab al-Maraghi memang sangat familiar bagi mahasiswa Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, setiap saat mereka fokus mempelajarinya karena terkait dengan mata kuliah yang diajari dosen mereka. Sering membaca kitab al-Maraghi membuat mahasiswa tahu betul posisi kitab itu pada rak buku di ruang koleksi referensi perpustakaan.