Mohon tunggu...
Hilma Nafiah Shalihah
Hilma Nafiah Shalihah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Berbicara tentang perkenalan diri, tentu banyak hal yang bisa dimuat. Mungkin sebelum saya ‘bercerita’ tentang diri saya, saya ingin memperkenalkan diri sebagaimana mestinya. Nama saya Hilma Nafi’ah Shalihah, atau akrab disapa Hilma di kalangan keluarga atau teman. Saya lahir di Kota Bekasi, tepatnya pada tanggal 14 April 2003. Tahun depan saya genap dua puluh tahun –tidak menyangka sudah sejauh itu saya berkelana di dunia kehidupan. Saya anak pertama dari empat bersaudara. Ya, saya anak perempuan pertama lebih tepatnya. Ketiga adik saya ada yang perempuan usia 17 tahun, laki-laki usia 7 tahun, dan adik perempuan saya yang terakhir usia 6 tahun. Saya sangat dilihat sebagai kakak yang harus memberikan contoh yang baik dirumah, walaupun hingga kini saya merasa masih jauh dari gelar ‘kakak yang baik’. Saya memiliki kedua orang tua yang sangat mencintai saya. Bagi saya, orang tua adalah rumah terbaik dan tempat terbaik untuk hidup yang penuh pahit –manis. Saya juga masih memiliki nenek dan kakek yang diberi umur panjang oleh Tuhan, saya masih bisa membersamai hari-hari mereka walau kini saya harus pergi lagi untuk meneruskan pendidikan di kota lain. Mungkin tetntang diri saya dan keluarga adalah perihal kesederhanaan. Saya memang terbilang hanya punya sedikit relasi kekeluargaan karena sudah banyak yang wafat, ataupun berjauhan. Saya mempunyai hobi atau kebiasaan menulis. Bagi saya menulis adalah separuh dari jiwa saya. ketika saya merasa manusia tidak cukup untuk mendengarkan dan merespon, tidak bisa mengerti, tidak ada keberadaannya saat dibutuhkan, saya hanya mampu menuangkan ide-ide, keluh- kesah, atau isi kepala saya pada tulisan. Saya suka menulis residu dari sepanjang saya berkelana hari ke hari. Dulu sebelum saya menginjakkan kaki di jenjang perkuliahan ini –yang notabene nya penuh kesibukan, saat di SMA kemarin Saya lebih sering menulis ketika ingin tidur. Mungkin disini konteks tulisannya lebih kearah tentang diri saya sendiri. Dari hobi menulis itu, Saya cukup bisa mengenal diri saya sejauh apa ia mampu bertahan, berubah, dan merasakan emosi-emosi atas apa yang telah ia lalui. Sekian tentang perkenalan diri saya, Selamat mendengarkan cerita-cerita saya di blog sederhana ini. Salam kenal.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cerita #2: Ngomongin Review Film Horor Indonesia "Ivanna"

1 Oktober 2022   07:24 Diperbarui: 1 Oktober 2022   07:28 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seiring berjalannya waktu, dunia perfilm-an Indonesia juga terus merilis banyak film-film baru di pertengahan tahun dua ribu dua puluh dua dari beberapa genre: horror, romansa, aksi, atau dokumenter. Salah satu film yang akan saya ceritakan berdasarkan cerita teman saya, Gitarani Salsabila, adalah film dengan judul "IVANNA".  Film ini rilis pada 14 Juli 2022 di seluruh bioskop Indonesia. Film Ivanna menceritakan tentang sosok wanita Belanda bernama Ivanna van Dijk yang mati dibunuh oleh tentara Jepang lalu jasadnya menjadi arwah dan menganggu aktivitas manusia khususnya orang melayu karena menyimpan dendam yang teramat sangat kepada mereka. 

Tokoh- tokoh dalam cerita ini terdiri dari: Ambar sebagai tokoh utama yang memiliki cacat fisik pada matanya namun dapat merasakan hal-hal gaib disekitarnya. Ia mempunyai adik laki-laki yang bernama Dika dengan wataknya yang polos nan ceroboh. Lalu ada beberapa penghuni panti jompo seperti: Nenek Ani, Kakek Farid, Oma Ida dan cucunya, Arthur, serta dua perawat panti jompo yakni  Agus dan Rina. Selain penghuni panti jompo, dalam film ini juga hadir peran polisi, tentara Jepang, dan tentunya tokoh hantu Ivanna itu sendiri.

Cerita ini bermula ketika Ambar dan adiknya pergi ke sebuah panti jompo yang berada jauh dari keramaian kota. Karena kedua orang tua nya yang meninggal, mereka akhirnya memutuskan untuk mengunjungi tempat tersebut, ingin mencari rasa nyaman di rumah yang lain. Sesampainya di panti jompo, Ambar dan Dika melihat penghuni panti jompo yang menyambut mereka dengan senang hati. Meski keterbatasan pengelihatan yang dirasakan Ambar, hal itu tidak menjadi penganggu keharmonisan antar penghuni panti jompo tersebut. Suasana sore itu masih terlihat akrab walau ada sedikit konflik para lansia antara Nenek Ani dan Omah Ida.

Setelah melepas lelah perjalanan, Dika bermain bola di area luar panti tanpa izin kepada kakaknya. Ambar pun khawatir dan mencari Dika bersama Agus dan Arthur. Malangnya, saat Ambar sedang masuk ke sebuah tempat kosong, ia terjeblos kedalam ruang bawah tanah dan membuat Arthur dan Agus khawatir. Mereka bertiga akhirnya terjebak dan merasa kebingungan didalam tempat itu. Tak lama, Agus menemukan sebuah patung tanpa kepala yang ditutupi kain putih dengan posisi terduduk, kotor, dan berdebu. Arthur yang wataknya cuek pun tidak meanganggap patung itu menyeramkan namun Agus punya firasat lain. Beberapa saat kemudian mereka pun kembali ke panti jompo karena langit yang mulai gelap dan turun hujan.

Keesokan hari nya, semua penghuni panti jompo terkejut dengan adanya patung tanpa  kepala itu di depan pintu rumah. Lebih terkejut lagi ketika Agus dan Arthur yang melihatnya kemudian mereka saling menuduh pelaku yang membawa patung menyeramkan itu ke dalam rumah. Tak ada satu orang pun yang tau sebab adanya patung itu. Siang itu berlalu dengan muncul keanehan adanya patung tanpa kepala di depan rumah. Tapi siapa sangka, pagi itu adalah awal dari arwah Ivanna yang mulai meneror para penghuni panti jompo.

Malam hari pun tiba. Semua orang kembali ke kamar masing-masing karena hujan yang lebat membuat lampu mati dan suasana menjadi gelap. Nenek Ani keluar kamar untuk mengecek sebuah suara yang berasal dari piringan lagu di ruang tamu. Suasana di ruang tamu pun sedikit mencekam, namun nenek Ani tetap memberanikan diri untuk keluar ke kamar mandi. Tapi siapa sangka kalau Nenek Ani lah yang menjadi sasaran utama terror hantu Ivanna? Nenek Ani akhirnya diteror, dikejar hingga mati dicekik hantu Ivanna di kamar mandi. Keesokannya, saat lebaran tiba, para penghuni panti jompo itu keheranan mencari Nenek Ani yang tiba-tiba menghilang. Ternyata mereka sangat terkejut dan panik ketika Ambar menemukan jasad Nenek Ani yang mengenaskan telah tergeletak dengan bau darah yang amis. Pihak polisi pun datang dan ingin mengevakuasi jasad Nenek Ani, namun mereka tak sanggup dengan aroma busuk yang menyengat di kamar mandi itu.

"Pas adegan itu aku  bener-bener gak berani lihat sih, dari yang awal kepalanya mau dicopotin sampe pas adegan ditunjukkin kepalanya pas ditemuin, karena aku tau bakal keingetan terus" Komentar Gita sambil bergidik ngeri. 

Melihat kejadian itu, seluruh penghuni panti jompo pun ketakutan. Arthur dan Omah Ida  bersikeras untuk pergi dari rumah itu, namun Agus sebagai perawat pun tetap menahan mereka. Pertengkaran terjadi dan membuat suasana makin genting. Ambar yang tidak bisa melihat namun bisa merasakan ada energi lain di rumah itu perlahan berjalan menuju arah piringan lagu tua. Tiba-tiba Ambar seperti masuk ke dunia lain, keadaan sebelum ia buta dan melihat Ivanna yang sedang disiksa oleh tentara Jepang dan rakyat pribumi. Saat itu Ivanna dan temannya Dimas disiksa hingga Ivanna sendiri akhirnya mati dibunuh dengan ditebas kepalanya oleh Matsuya, tentara Jepang yang sangat dendam pada orang Belanda. Sebelum dibunuh, Ivanna sudah mengecam pada rakyat pribumi bahwa ia akan meneror siapa saja karena telah menyiksa dan membunuhnya. Kepala Ivanna pun dibuang ke sumur, dan badannya dibawa Dimas ke ruang bawah tanah, lalu dijadikan patung dan ditutupi kain. Semua asal kejadian itu dilihat oleh Ambar dan akhirnya menemukan sebuah solusi.

Namun ketika mereka ingin cepat-cepat pergi dari panti itu, Ivanna kembali meneror dengan membunuh satu persatu anggota panti. Agus yang menjadi korban pertama, disusul Omah Ida dan Arthur. Polisi, Ambar, Dika, Rina, dan Kakek farid yang tersisa pun akhirnya mencoba ke sumur untuk mencari kepala hantu Ivanna. Ambar dan Dika terjeblos kedalam sumur, dan menemukan tengkorak kepala itu lalu cepat-cepat membakarnya. Setelah peristiwa itu, ketegangan pada malam itu pun selesai, dan hantu Ivanna tidak meneror rumah itu lagi.

"Sebenernya beberapa jam setelah nonton biasa aja sih, masih asik gitu, filmnya bisa dibilang seru, worth it banget buat ditonton," Ujar Gita setelah bercerita. 

"Tapi pas udah di rumah, vibes terrornya kebawa dan sukses bikin aku gak bisa tidur empat malem. kalaupun tidur pasti gak nyenyak, kebangun gitu deh. yaa kalau kebangun yang kebayang pertama kali muncul di otak si hantu Ivanna ini" Katanya menambahkan. 

Sekian review film dari teman kita, terima kasih Gita sudah mau bercerita. 

Sampai jumpa di cerita yang lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun