Mohon tunggu...
Hilham Muhammad
Hilham Muhammad Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KKN 143 : Memunculkan Kembali Budaya Deta di Ranah Minangkabau

9 Agustus 2022   11:16 Diperbarui: 19 Agustus 2022   11:01 1750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada sebuah pituah Minangkabau yang mengatakan "Mumbang jatuah kalapo jatuah, jatuah bairiang kaduonyo. Rusak adaik hancua pusako habih kebudayaan nan usai" memiliki maksud sebagai kalau tidak hati-hati dan tidak dibina dan dikembangkan kebudayaan asli (adat Minangkabau) hancurlah kebudayaan asli kita (Tempo minang ,2022)

Berbicara mengenai kebudayaan alam Minangkabau tentu merupakan sebuah hal yang menarik apalagi di zaman sekarang. Hal tersebut dikarenakan di dalam kebudayaan tersebut selain diselimuti oleh kecantikan atas yang dimilikinya namun juga Memiliki arti kehidupan yang mendalam bagi wilayah yang memiliki kebudayaan tersebut.  Oleh karena itulah Sebagian orang tertarik untuk melakukan perdagangan dengan kebudayaan menjadi barang yang diperjual belikannya, hal ini selain juga untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah juga untuk mengenalkan ke masyarakat luas mengenai kebudayaan yang menjadi kebangaan dari wilayah tersebut.

Salah satu kebudayaan Minangkabau yang saat ini mulai dinaikkan pamornya adalah kebudayaan deta, deta mmerupakan sebuah penutup kepala yang sering dipakai oleh kaum laki-laki dari minangkabau, dulu mereka beranggapan bahwasanya apabila tidak menggunakan deta untuk menutup kepala mereka, mereka beranggapan bahwasanya di dalam mereka berpakaian tidak menggunakan deta ada yang kurang dari pakaian mereka, dari sini dapat terlihat jelas begitu pentingnya deta pada zaman dahulu bagi kaum laki-laki minang.

Dokpri
Dokpri

Hal ini lah yang ingin dibangkitan Kembali oleh beberapa orang, salah satunya adalah pria yang Bernama Febri Yandi, beliau mengatakan di dalam bisnis ini dimulai Ketika beliau ditantang oleh pimpinannya dahulu yang bersuku jawa yang dimana Ketika ditanya apa maksud dari deta tersebut tidak ada yang tahu, hal tersebut membuat pemimpinnya tidak menerima jawaban yang disampaikan oleh bapak yandi dan juga teman-temannya, oleh karena itulah beliau bertekad untuk mempelajari lebih dalam mengenai deta ini dan mengenalkannya ke masyarakat secara umum mengenai budaya deta tersebut.

Untuk pemasaran dari deta itu sendiri, owner sendiri masih menggunakan WhatsApp untuk melakukan pemesanan, hal ini dikarenakan di dalam melakukan bisnis tersebut, beliau masih melakukannya sendiri dan kadang kala dibantu oleh istrinya sendiri, ada kendala mengapa penjualan deta tersebut hanya menggunakan WhatsApp ketimbang menggunakan E-commerce, hal tersebut dikarenakan tidak adanya karyawan yang dimiliki untuk membantu pembuatan deta itu sendiri, namun dirinya berharap di suatu saat deta ini dapat dipasarkan melalui E-commerce.

Dengan adanya Mahasiswa KKN-T UPI Kelompok 143, yang mengabdi di lingkungan kelurahan jati baru, Bapak Febri Yandi selaku owner dari deta tersebut berharap nantinya mahasiswa dapat lebih mengenalkan kebudayaan deta nantinya sehingga dengan begitu secara langsung akan  menambah keberagaman kebudayan dari Indonesia itu sendiri.     

Sumber: Sumbar Satu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun