SURABAYA -- Dalam menentukan material untuk mendirikan suatu bangunan, bukanlah hal yang mudah. Tentu saja dibutuhkan pemilihan yang cermat dalam segi kualitas, kekuatan maupun harga. Dapat dilihat di jaman modern saat ini, banyak sekali material dengan harga terjangkau dan berkualitas baik. Namun, hal tersebut tidak menyurutkan popularitas material alami di kalangan masyarakat Indonesia.Â
Dari bermacam-macam bahan alam yang dapat digunakan untuk konstruksi, kayu masih mendominasi di berbagai rumah tradisional di Indonesia. Bahkan dari tahun ke tahun peminatnya semakin meningkat.
Kayu dipilih sebagai bahan konstruksi selain karena mudah didapat, harga relatif murah dan memiliki nilai estetika yang tinggi. (Frick,1981) material kayu akan selalu dibutuhkan manusia karena kekayaan alam (natural resources) yang tidak akan pernah habis, mudah dalam pemrosesan serta memiliki sifat -- sifat spesifik yang tidak dimiliki oleh bahan lain.
Tetapi kayu juga mempunyai beberapa kekurangan yang disebabkan oleh jamur, bakteri, rayap, dan pengausan mekanis. Adanya cacat kayu, mata kayu, sifat kurang awet, bisa memuai menyusut dengan perubahan kelembapan, dan yang utama ialah kayu mudah terbakar. Â Tidak semua jenis kayu dapat dijadikan bahan konstruksi. Penilaian terhadap kayu di bedakan atas kelas kuat dan kelas awetnya.Â
Dapat dibandingkan dengan material lain seperti beton, baja bahkan besi sekalipun, kayu lebih cocok untuk konstruksi. Pada konstruksi kayu terdapat batasan sambungan yang diizinkan adalah sampai dengan 1,5 mm (Felix, 1992). Untuk alat sambung ada beberapa macam alat sambung perekat, pasak, paku dan baut. Tentu dengan efektifitas yang berbeda-beda.
Terlihat jelas bahwa kayu mengungguli material lain. Bahkan seiring berjalannya waktu peminat kayu semakin tinggi, namun bukan berarti semakin banyak hutan gundul. Hal ini perlu diluruskan, pohon yang digunakan untuk kebutuhan komersial atau konstruksi diambil dari hutan produksi. Sehingga tidak mengganggu ekosistem dan mencemari lingkungan.