Mohon tunggu...
Tatang  Hidayat
Tatang Hidayat Mohon Tunggu... Dosen - Pegiat Student Rihlah Indonesia

Tatang Hidayat, bergiat di Student Rihlah Indonesia. Ia mulai menulis sejak SD, ketika masa SMK ia diamanahi menjadi pimpinan redaksi buletin yang ada di sekolahnya. Sejak masuk kuliah, ia mulai serius mendalami dunia tulis menulis. Beberapa tulisannya di muat diberbagai jurnal terakreditasi dan terindeks internasional, buku, media cetak maupun online. Ia telah menerbitkan buku solo, buku antologi dan bertindak sebagai editor buku dan Handling Editor Islamic Research: The International Journal of Islamic Civilization Studies. Selain menulis, ia aktif melakukan jelajah heritage ke daerah-daerah di Indonesia, saat ini ia telah mengunjungi sekurang-kurangnya 120 kab/kota di Indonesia. Di sisi lain, ia pun telah melakukan jelajah heritage ke Singapura, Malaysia dan Thailand. Penulis bisa di hubungi melalui E-mail tatangmushabhidayat31@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jejak Buya Hamka di Penjara Sukabumi

24 April 2021   14:32 Diperbarui: 24 April 2021   14:34 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

Setelah selesai pemeriksaan yang kejam seram itu, mulailah dilakukan tahanan berlarut-larut. Akhirnya dipindahkan ke rumah sakit Persahabatan di Rawamangun Jakarta, karena sakit. Maka segeralh saya minta kepada anak-anak saya yang selalu melihat saya (besuk) agar dibawakan "Tasawuf Modern".

Saya baca dia kembali di samping membaca Al-Quran. (Buya Hamka, 2015 : xiv-xvii).

Begitulah Buya Hamka menuliskan apa yang terjadi selama 15 Hari 15 Malam diinterogasi dan disiksa di Penjara Sukabumi. Mungkin telah banyak yang menyampaikan akan kejadian tersebut, namun yang menjadi pertanyaan adalah dimana sebenarnya lokasi penjara tempat Buya Hamka saat diinterogasi dan disika yang dalam buku Tasawuf Modern disebutkan di Sukabumi ?

Atas dasar cinta, khidmat dan rasa penasaran akan jalan hidup seseorang yang saya cintai, yakni Buya Hamka yang membuat saya ditemani seorang teman pada hari Kamis, 12 Rabi'ul Awwal 1442 H atau 29 Oktober 2020 berangkat melakukan napak tilas jejak Buya Hamka di Sukabumi, salah satunya saya ingin mengetahui sebenarnya dimana lokasi penjara tempat Buya Hamka tepatnya.

Jika bukan karena cinta, tidak mungkin kami tetap melakukan napak tilas padahal keadaan wabah covid 19 masih melanda negeri bahkan tempat yang akan kami datangi sebelumnya adalah zona merah covid 19. Begitulah cinta, dari dulu cinta itu berlebihan dan akan akan meminta segalanya.

Setelah berdiskusi dan meminta pendapat kepada Irman Sufi Firmansyah selaku Penulis Buku Sukaboemi Untold Story, kami diberikan referensi lokasi tempat Buya Hamka dulu di penjara.

Penjara itu berlokasi di Komplek Setukpa Lemdikpol (Sekolah Pembentukan Perwira Lembaga Pendidikan Polri) Jalan Bhayangkara Kota Sukabumi. Tempat dimana dulunya berdiri bangunan penjara yang menjadi saksi bisu pedihnya fitnah yang disematkan kepada Buya Hamka sekarang sudah berubah menjadi lapangan tenis.

Namun yang menjadi momen mahal bukan karena tempatnya, tetapi suasana dan kenangan apa yang terjadi di tempat itu di masa lalu, karena bagi saya ketika datang ke suatu tempat yang memiliki nilai sejarah berharga akan mampu membangkitkan jutaan kenangan.

Sore itu saya diberikan kesempatan untuk kesekian kalinya bisa membagi rasa yang tepat, di waktu yang tepat dan momen yang tepat. Disaksikan ranting-ranting yang bergoyang tertebak angin, ditemani sepoi angin yang melengkapi sejuknya kota Sukabumi dan disambut dengan kicauan burung-burung semakin menambah gemuruhnya luka.

Tetiba hujan pun turun, dan pastinya lembayung senja di ufuk barat pun tak akan hadir karena tergantikan oleh mendung, seolah semesta ikut menangis menyaksikan dan merasakan kejadian yang memilukan menimpa Buya Hamka puluhan tahun yang lalu (1964).

Yang paling menyakitkan Buya Hamka bukan karena siksaan fisik, tetapi ketika dituduh sebagai pengkhianat bangsa karena dianggap akan "menjual" Indonesia ke Malaysia. Ini yang bagi Buya Hamka paling menyakitkan dan terus terngiang bertahun-tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun