Mohon tunggu...
Tatang  Hidayat
Tatang Hidayat Mohon Tunggu... Dosen - Pegiat Student Rihlah Indonesia

Tatang Hidayat, bergiat di Student Rihlah Indonesia. Ia mulai menulis sejak SD, ketika masa SMK ia diamanahi menjadi pimpinan redaksi buletin yang ada di sekolahnya. Sejak masuk kuliah, ia mulai serius mendalami dunia tulis menulis. Beberapa tulisannya di muat diberbagai jurnal terakreditasi dan terindeks internasional, buku, media cetak maupun online. Ia telah menerbitkan buku solo, buku antologi dan bertindak sebagai editor buku dan Handling Editor Islamic Research: The International Journal of Islamic Civilization Studies. Selain menulis, ia aktif melakukan jelajah heritage ke daerah-daerah di Indonesia, saat ini ia telah mengunjungi sekurang-kurangnya 120 kab/kota di Indonesia. Di sisi lain, ia pun telah melakukan jelajah heritage ke Singapura, Malaysia dan Thailand. Penulis bisa di hubungi melalui E-mail tatangmushabhidayat31@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menolak Lupa Tragedi Aksi Bela Islam 411

8 November 2017   19:40 Diperbarui: 8 November 2017   21:12 1406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sungguh Aksi Bela Islam 4 November 2016 (411) dengan segala cerita dan kenangan indah didalamnya pasti akan selalu diingat oleh para alumninya sampai kapanpun. Begitupun para alumni Aksi Bela Islam 411 tidak akan melupakan tragedi bagaimana brutalnya aparat ketika membubarkan peserta aksi dengan penembakan gas air mata. Bahkan , penulis tak mampu menahan tetesan air mata ketika beberapa kali melihat tayangan bagaimana para ulama dilempari gas air mata di mobil komando, terutama ketika melihat guru kami al-Habib Muhammad Rizieq Shihab diperlakukan tanpa adab oleh para aparat.

Aksi Bela Islam 411 dilakukan bukan tanpa alasan, aksi tersebut sebagai bentuk pembelaan terhadap al-Qur`an yang dilecehkan karena pernyataan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang membahas penggunaan Surat Al-Maidah ayat 51, adapun pernyataan ahok yang menjadi sorotan termuat dalam pidatonya di hadapan warga kepulauan seribu pada 27 September 2016.

Sebelum keberangkatan, sebagaimana biasa setiap malam Jum'at di Pondok Pesantren Manarul Huda Bandung rutin diadakan Riyadhoh yang diasuh oleh KH. Athon Shultoniyyah. Riyadhoh pada malam itu sekaligus untuk melepas santri Pondok Pesantren Manarul Huda Bandung untuk mengikuti Aksi Bela Islam 411. Sungguh menjadi kebahagiaan bagi penulis selaku santri, keberangkatan kami dalam mengikuti Aksi Bela Islam 411 direstui bahkan dilepas langsung oleh Kyai.

Suasana Aksi Bela Islam 411 sungguh menjadi pengalaman yang sangat indah dan tidak akan dilupakan oleh penulis. Bagaimana tidak, jutaan kaum Muslim berbondong-bondong datang ke Jakarta untuk membela agama mereka tanpa sedikitpun mengharapkan imbalan dunia. Mereka berkorban masing-masing untuk bisa berangkat ke Jakarta, ada yang berangkat dengan pesawat, kereta, bis, mobil, motor dan jalan kaki. Pertanyaannya, siapakah yang menggerakkan mereka semua ? Tentunya dorongan Aqidahlah yang menggerakkan mereka semua, karena partai politik manapun tidak akan mampu membiayai selama berlangsungnya Aksi Bela Islam.

Tepat pukul 08.00 pagi, penulis dengan beberapa rombongan sampai di Masjid Istiqlal. Masya Allah suasana pagi itu begitu ramai dan sudah dipenuhi peserta aksi lengkap dengan atribut bendera organisasi masing-masing. Terlihat waktu itu ada bendera dari berbagai macam organisasi diantaranya  Front Pembela Islam, Persatuan Islam, Majelis Az-Zikra, dan tentunya tidak ketinggalan bendera dan panji kebanggaan umat Islam yakni Al-Liwa dan Ar-Rayah.

Suasana Masjid Istiqlal pagi itu sudah padat, padahal waktu menuju shalat Jum'at masih lama. Terlihat beberapa peserta aksi mengisi waktu tersebut dengan membaca al-Qur`an. Shalat, diskusi dengan teman sambil menghilangkan lelah dan beberapa terlihat ada yang istirahat, mungkin mereka sudah melaksanakan perjalanan sangat jauh dari kampung halamannya. Di tengah suasana itu, tanpa sengaja penulis bertemu dengan kawan-kawan seperjuangan yaitu para santri Ma'had Usyaqil Qur`an yang turut ikut Aksi Bela Islam 411. Penulis akhirnya melepas rindu dengan para santri yang sudah lama tidak berjumpa. Akhirnya kita saling berbagi cerita mengenang masa-masa indah ketika sama-sama berjuang menghafal al-Qur`an.

Saat bercengkrama dengan santri, penulis akhirnya teringat kembali masa-masa yang paling bahagia ketika menjadi santri dan penulis rasanya ingin kembali merasakan suasana yang bahagia itu untuk kembali menjadi santri penghafal al-Qur`an dibawah asuhan guru kami Ustadz Muhammad Suhud al-Hafizh (Abi Suhud). Begitu banyak kenangan indah penulis bersama beliau, bagaimana kesabaran beliau dalam mendidik santrinya, dan keramahan beliau bisa menerima penulis menjadi santrinya.

Didikan guru kami Abi Suhud sukses menghantarkan santrinya bukan hanya sebagai penghafal al-Qur`an, tetapi sebagai penjaga al-Qur`an. Itu terlihat ketika Aksi Bela Islam 411, para santri Ma'had Usyaqil Qur`an berikut pengurus pesantren untuk sementara meninggalkan keseharian mereka dalam menghafal al-Qur`an di Ma`had untuk mengikuti Aksi Bela Islam 411.

Menjadi aib bagi kami ketika al-Qur`an dinistakan namun kami tidak melakukan apa-apa, sedangkan keseharian kami sibuk dengan al-Qur`an. Apa artinya hafalan al-Qur`an kami jika untuk membela al-Qur`an saja kami tidak mampu. Karena, al-Qur`an bukan hanya untuk dihafal, tetapi buah dari hafalan itu semua tentunya adalah pengamalan al-Qur`an, salah satunya membela al-Qur`an ketika ada yang menistakan.  

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 11.00. Shalat Jum'at pun akan segera dilaksanakan. Nampak pada saat itu, peserta aksi memadati masjid Istiqlal sampai jama'ah shalat Jum'at tidak tertampung di dalam masjid. Sehingga shalat Jum'at digelar di beberapa tempat, sampai shaf jama'ah luber memenuhi jalan-jalan sekitar masjid Istiqlal.

Setelah shalat Jum'at, nampak suara guru kami al-Habib Muhammad Rizieq Shihab memberikan arahan supaya aksi berjalan tertib sekaligus beliau memimpin melantunkan Mars Aksi Bela Islam yang semakin menambah semangat aksi pada saat ini. Adapun komando aksi saat itu dipimpin oleh Ust Bachtiar Nasir, setelah diberikan komando, para peserta aksi mulai meninggalkan masjid Istiqlal dengan tertib untuk menuju istana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun