Mohon tunggu...
Rian Hidayat
Rian Hidayat Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Peradaban

Kalau kau bukan anak raja, dan kau bukan anak seorang ulama besar, maka jadilah penulis. - Imam Al Ghozali

Selanjutnya

Tutup

Nature

Renewable Energy dalam Perspektif Politik Feodal

19 Januari 2022   23:41 Diperbarui: 19 Januari 2022   23:49 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Penggunaan bahan bakar fosil dalam sistem energi mendominasi dunia modern. Setidaknya, di mulai dari revolusi industri abad-19 dengan adanya transformasi sumber energi dari biomassa ke batu bara sebagai bahan bakar mesin uap. 

Akibatnya, pemanfaatan minyak bumi sebagai sumber utama bahan bakar alternatif selain batu bara menjadikan gelombang transformasi energi terbaru. 

Pada akhirnya, hal tersebut berimplikasi signifikan terhadap perdagangan energi fosil (minyak bumi, gas alam, dan batu bara) di seluruh dunia sekaligus menjadi babak baru geo-politik kekuasaan.

Saat ini, transformasi sistem energi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Beberapa ilmuan telah menemukan sistem energi yang jauh lebih mudah, murah, dan tentunya ramah lingkungan. 

Namun, berbagai kendala tekhnis dan politis tentu juga beriringan dengan kemunculannya. Sebab, ketika sistem energi mengalami transformasi, akan ada bebagai kelompok kepentingan yang juga akan mengalami dampak signifikannya.

Di Indonesia, isu lingkungan menjadi isu yang sangat krusial. Pasalnya, berdampak langsung terhadap efektifitas keberjangsungan hidup umat manusia. Pembahasaan tentang energi terbarukan dalam beberapa aspek di mimbar-mimbar pemerintahan tidak pernah usai sampai sekarang. 

Namun, masih belum menuai hasil yang memuaskan. RUU EBT contohnya, beberapa tahun terakhir hanya sekedar perencanaan, namun sampai sekarang belum juga mengalami kejelasan.

Pencapaian bauran EBT di 2020 kurang lebih 11%. Tahun 2015 baru mencapai 5%, maka dalam 6 tahun, pencapaian bauran naik dua kali lipat, sehingga kira-kira 1% per tahun. 

Masih tersisa lima tahun mendatang untuk mengejar target bauran ke 23%. Menurut Dadan Energi Nasional, mereka sedang pelajari dari sisi peningkatan bauran, pencapaiannya lebih banyak didukung oleh Bahan Bakar Nabati (BBN) di tahun 2016, semakin bertambah ketika program mandatori B30. 

Data terbaru dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengklaim realisasi bauran energi baru terbarukan (EBT) telah mencapai 13,55 persen per April 2021, meningkat 2,04 persen dalam waktu empat bulan dibandingkan data akhir tahun lalu yang baru 11,51 persen (Tempo.co).

Dewan Energi Nasional (DEN) mengatakan, penggunaan sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) lebih mahal. Kondisi ini akan bisa membuat portofolio Perusahaan Listrik Negara (PLN) tidak bagus (DEN.Indonesia). Pernyataan DEN ini secara tidak langsung kontradiksi dengan faktanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun