Pangeran Diponegoro, siapa yang tak kenal dengan sosok tokoh heroik ini. Gaung kepahlawanannya menggema ke seluruh pelosok Nusantara. Jejak keberaniannya terbentang dari Sabang sampai Merauke.Â
Perjuangan Pangeran Diponegoro di masa penjajahan Belanda sangat menginspirasi para penerusnya. Beberapa jalan di daerah di Indonesia banyak yang menggunakan nama Pangeran Diponegoro sebagai nama jalan sebagai penghormatan kepada beliau.
Namun ada yang menelisik pikiran Saya ketika mengetahui bahwa nama Jalan Diponegoro justru tidak dipakai di suatu jalan yang justru di daerah tersebut terdapat jejak perjuangan Pangeran Diponegoro.
Penamaan jalan tersebut justru menggunakan nama Jalan Daendels yang nota bene kita tahu siapa beliau dan rekam jejak pemerintahannya. Nama Daendels sendiri ada dua yang berhubungan dengan Indonesia dimasa penjajahan Hindia Belanda.Â
Yang pertama yaitu Herman Wilem Daendels seorang politikus Belanda yang juga menjadi Gubernur Jendral Hindia Belanda yang ke 36. Beliau memerintah antara tahun 1808 - 1811 di pulau Jawa. Gaya pemerintahannya yang keras membuatnya dikenal karena kerja paksanya terhadap warga pribumi dalam pembangunan jalan antara Anyer - Panarukan.
Sedangkan yang kedua yaitu A.D Daendels seorang Asisten Residen (semacam walikota) yang memimpin wilayah di sekitar Ambal, Kebumen, Jawa Tengah.
Jalan Daendels yang masih dipakai yaitu di wilayah yang berada di selatan Daerah Istimewa Yogyakarta, yang terbentang sepanjang 130km tepatnya di wilayah Karang Sewu, Kulon Progo. Jalan ini menjadi penghubung 4 wilayah di selatan yaitu kota Bantul, Purworejo, Kebumen dan Cilacap.
Menjadi pertanyaan Saya karena seperti yang kita ketahui bahwa daerah teraebut merupakan daerah yang menjadi jalur menuju bandara Yogya yang baru. Terasa aneh, karena bandara tersebut nantinya menjadi bandara internasional dimana penerbangan dari luar negeri akan mendarat disana. Tapi nama jalan yang melewatinya justru terdengar berbau kebarat-baratan.
Besar harapan Saya semoga pemerintah dan instansi terkait concern dengan hal tersebut. Penamaan jalan di beberapa daerah di Indonesia sebaiknya mengambil nama dari tokoh yang berjasa bagi perjuangan bangsa. Bukankah bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya?