Mohon tunggu...
hidayatul hikmah
hidayatul hikmah Mohon Tunggu... 24107030016-mahasiswa UIN Sunan kalijaga

suka semua hal

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Langkah Kecil,Cahaya Abadi : Perjalanan Lia Bersama Al-Qur'an

25 April 2025   20:03 Diperbarui: 25 April 2025   20:03 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
saya bersama hasna saat mengikuti kegiatan dakwah sumber: dari dokumen pribadi

Di tengah riuh dunia yang teknologinya terus bergerak cepat, masih ada cahaya-cahaya kecil yang bersinar sedikit namun kuat. Mereka bukan selebritas, bukan tokoh-tokoh politik, tapi anak-anak biasa dengan keteguhan luar biasa. Di usia yang masih kecil, ketika banyak teman sebayanya sibuk dengan permainan atau gawai, anak ini justru memilih jalan berbeda---jalan mulia yang jarang banyak memilihnya. Ia adalah seorang penghafal Al-Qur'an, yang setiap hurufnya ia simpan bukan hanya dalam ingatan, tapi juga dalam hati. Kisahnya bukan hanya tentang hafalan, tapi tentang ketekunan, cinta, dan keberkahan yang menginspirasi siapa pun yang mengenalnya.

Namanya Hasna Aliyyatus Sayyidah, teman yang baru saya kenal, namun kisahnya sangat menginspirasi saya. Lia lahir pada tanggal 20 Juli 2006 di Kudus yang terkenal sebagai kota para santri. Bermula dari masa kecilnya yang selalu dididik orang tuanya untuk selalu bersama dengan Al-Qur'an, sejak ia PAUD sudah dididik untuk selalu bersama dengan Al-Qur'an. Apa pun kegiatannya, pasti tidak jauh-jauh dari Al-Qur'an. Orang tua Lia mengharuskannya setiap hari untuk terus menyetorkan hafalan, meskipun hafalan Lia lancar maupun tidak lancar, setidaknya dalam satu hari ada perkembangan dalam menghafal Al-Qur'an.

Lia semakin tumbuh dan menjadi orang yang semakin dekat dengan Al-Qur'an. Ia masuk TK. Di sini Lia tidak hanya dididik untuk menghafalkan Al-Qur'an saja. Orang tuanya mulai mengajarkan hadis-hadis. Dan pada saat masuk TK dan gurunya mengajarkan hadis-hadis, ia pun sudah terbiasa dan mudah mengikutinya. Di rumah pun Lia bercerita kepada orang tuanya. Ketika ia menghafalkan hadis, Lia bersemangat untuk menyetorkan hadis yang ia sudah kuasai di kelas. Ilmu-ilmu agama semakin melekat di dalam diri Lia ketika itu.

Begitu pula ketika Lia memasuki SD. Di sekolahnya juga ia belajar agama karena memang notabene SD Lia adalah SDIT. Lia bersama teman-temannya belajar Al-Qur'an dengan metode Qiraati. Metode Qiraati adalah metode pembelajaran membaca Al-Qur'an yang menekankan pada penguasaan tartil (membaca dengan benar dan sesuai kaidah tajwid) sejak awal, bukan sekadar bisa membaca huruf hijaiyah. Ini dilakukan dengan latihan berulang, pendampingan guru, dan fokus pada praktik langsung. Lia mengawali dengan Jilid 3 Qiraati dan diakhiri dengan imtihan akhir santri. Kemudian Lia khatmil Qur'an di kelas 3 SD. Di masa khatmil Qur'an itu, orang tua datang untuk mengapresiasi pencapaian Lia, dan orang tuanya berharap bahwa Lia akan terus melanjutkan hafalannya dengan penuh semangat yang membara.

Setelah selesai khatmil, Lia akhirnya masuk ke dalam tahapan menghafal dan berhasil menyelesaikan 3 juz terakhir pada kelas 6 SD. Tak hanya hafalan saja, Lia juga mendapatkan nilai yang bagus yang membuat orang tuanya sangat bangga terhadapnya. Sebuah pencapaian yang luar biasa ketika anak kecil sudah bisa menyelesaikan 3 juz pertamanya pada kelas 6 SD.

Lia melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi. Ia mendaftar di sekolah bernama LHI. Namun pada waktu itu, orang tua Lia tidak terlalu memperhatikan visi dan misi sekolahnya, yang ternyata sekolah itu sendiri tidak begitu fokus kepada Al-Qur'an. Akan tetapi, Lia tetap berusaha memberikan yang terbaik kepada orang tuanya, dengan masuk ke kelas takhasus dan mengejar semua targetnya di masa SMP.

saat alya mendapatkan penghargaan sumber : dari alya sendiri melalui whatsapp
saat alya mendapatkan penghargaan sumber : dari alya sendiri melalui whatsapp

Bersama 10 temannya, Lia menghafal Al-Qur'an mulai dari juz 1. Lia mengatakan bahwa "Sebenarnya hafalan itu mudah, tapi karena banyak hal yang membuatku terdistraksi, aku menjadi kurang semangat dalam menghafal." Orang tuanya selalu bertanya tentang hafalannya. Dia hanya bisa terdiam dan berpikir bagaimana mengatur strategi agar Lia kembali bersemangat untuk menghafal Al-Qur'an. Akan tetapi, gurunya di sana selalu mendukungnya dan menyemangati, serta selalu memberikan hadiah saat kenaikan juz. Di situlah Lia termotivasi untuk menyelesaikan juz 5.

Pandemi corona pada saat itu membuat Lia terhenti lagi untuk menghafal Al-Qur'an. Namun orang tua Lia yang masih semangat agar Lia tetap bisa menghafal, mencarikan RQ(Rumah Al-Qur'an), dan akhirnya Lia kembali menghafal Al-Qur'an.

Memasuki SMA, Lia mendaftarkan dirinya di pondok pesantren Ihsanul Fikri. Di sana ia kembali menata hafalannya. Kelas 10, dia hanya mengikuti kelas reguler saja yang bukan fokus kepada hafalan. Ketika Lia naik ke kelas 11, akhirnya ia memberanikan diri untuk masuk kelas tahfiz. Nah, di kelas inilah banyak anak-anak yang mempunyai hafalan-hafalan kuat seperti Lia. Namun, lama-kelamaan Lia malah fokus terhadap organisasi yang ia ikuti, dan hafalan yang telah ditata pun akhirnya berantakan. Lia kembali teringat akan amanah orang tuanya untuk terus mengutamakan Al-Qur'an daripada aktivitas lainnya. Lia juga tersadar ketika hampir memasuki kelas 12 dan hafalannya belum mencapai target. Dari situlah Lia mulai membenahi lagi hafalannya yang berantakan, mengejar semua yang sudah tertinggal. Lia berkata, "Apakah aku bisa menyusul teman-temanku?"

Dengan kegigihan Lia dan pantang menyerahnya, akhirnya pada saat kelulusan ia berhasil menyelesaikan target hafalannya. Tak hanya itu, kerennya lagi, Lia mendapatkan predikat sebagai santri" paling banyak hafalan". Hingga Lia pun pernah diundang sebagai pembicara di sebuah acara. Sebuah pencapaian yang sangat luar biasa yang telah Lia berikan. Rasa haru dan bangga orang tuanya saat melihat anaknya berhasil.

Lia selesai sebagai salah satu santri dengan predikat lulusan terbaik dan hafalan terbanyak. Ia melanjutkan kuliah di Jogja dan karena ketakutannya jika hafalan akan hilang, ia tetap melanjutkan dengan kembali ke Rumah Qur'an. Bersama teman-teman yang notabene sejalan dengan Lia, mereka akhirnya saling mendukung dan mengingatkan satu sama lain untuk tetap menjaga hafalan. Karena lingkungan yang positif berdampak pada jalan hidup kita.

saat alya wisuda sumber: dari alya sendiri melalui whatsapp
saat alya wisuda sumber: dari alya sendiri melalui whatsapp

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun