Seperti yang kita ketahui bahwa Malioboro merupakan salah satu ikon Yogyakarta, dan sebagai pusat jantung kota yang cukup ramai karena selalu menjadi daya tarik bagi wisatawan yang akan mengunjungi Yogyakarta. Malioboro sendiri tidak hanya dikenal sebagai pusat perekonomian, wisata, dan budaya, tetapi juga sebagai tempat yang menyimpan cerita unik tentang keberadaan pembecak atau tukang becak.
Becak merupakan salah satu ikon transportasi tradisional yang masih bertahan hingga sekarang. Becak di Malioboro tidak hanya sekedar alat transportasi, melainkan sebagai simbol budaya dan perjuangan ekonomi Masyarakat lokal. Tentunya hal tersebut membuat jogja semakin kaya akan Sejarah dan juga nilai-nilai budaya.
Sejarah Becak di YogyakartaÂ
Di Yogyakarta, becak mulai muncul sekitar tahun 1940-an. Pada saat itu, becak difungsikan sebagai alat transportasi dalam mengantar keperluan antar karesidenan maupun kota. Becak di Yogyakarta menjadi simbol yang khas dan erat kaitannya dengan budaya setempat, termasuk di daerah Malioboro.
Pada masa pasca pendudukan jepang, yaitu pada tahun 1942-1945, terjadi kelangkaan bahan bakar dan spare parts yang menjadikan kendaraan bermotor sulit untuk digunakan, sehingga becak, sepeda, dan dokar menjadi alat transportasi utama. Becak menjadi pilihan karena tarifnya yang murah dan cukup fleksibel untuk mengangkut penumpang dan barang.
Lalu pada tahun 1950 hingga 1970-an, Malioboro berkembang pesat sebagai pusat ekonomi dan wisata, dan hingga saat ini becak menjadi ikon transportasi sekaligus daya tarik wisata di sana.
Bentuk becak di Indonesia telah disesuaikan dengan kebutuhan Masyarakat lokal, yaitu menggunakan roda tiga dengan ban angin dan dioperasikan dengan cara dikayuh oleh pengemudi. Meski zaman terus berkembang dan alat transportasi modern bermunculan, becak tetap eksis hingga saat ini, terutama dikawasan pariwisata. Di Yogyakarta, becak menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin menikmati suasana kota secara perlahan sambil menikmati pemandangan. Becak juga menjadi simbol budaya dan sejarah yang masih bertahan di tengah kemajuan teknologi.
Kehidupan Tukang Becak di Malioboro
Setiap orang pasti memiliki kisah hidup yang beragam, tentu saja ada susah dan senangnya. Disini saya akan menceritakan mengenai kisah hidup seorang tukang becak yang ada di Malioboro. Kebanyakan tukang becak disana telah berusia lebih dari 50 tahun, dan mereka sudah bekerja sebagai tukang becak selama puluhan tahun. "saya bekerja sebagai tukang becak itu sudah puluhan tahun, dari saya muda sampai umur saya yang sekarang sudah 50-an, tentunya sebagai tukang becak ada suka dan duka nya, termasuk kadang sepi penumpang seperti saat zaman corona kemarin, namun itu saya lalui saja yang penting saya bekerja dengan senang hati" ucap bapak umar yang merupakan salah satu tukang becak yang sudah cukup lama di Malioboro.