Mohon tunggu...
Hafiz Muhammad Fauzan
Hafiz Muhammad Fauzan Mohon Tunggu... -

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Masa Kini

26 Agustus 2014   20:01 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:29 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan Masa Kini

Belakangan ini pasti hampir seluruh warga di Indonesia sudah mendengar tentang kurikulum 2013 yang digagas Kemendikbud sudah di berlakukan, bahwa siswa sekolah dari hari Senin sampai Sabtu. Kebanyakan orang tua yang mempunyai anak masih menduduki bangku sekolah, tidak setuju, karena tentu  itu akan membuat anak menjadi lebih lelah, apalagi jika yang setiap harinya sekolah dari pagi sampai sore. Jika bertanya pada para siswa?. Tentu tidak ada satupun siswa yang menjawab setuju dengan peraturan kurikulum tersebut. Alasannya banyak, ada yang bilang capek, ada yang bilang tugas semakin menumpuk dan banyak lagi. Bahkan dari pihak pengajar pun ada yang berseru tidak setuju.

Kata kebanyakan pegawai Dinas Pendidikan, menambahkan hari sabtu sebagai hari sekolah di karenakan kurikulum 2013 muatannya lebih banyak, jadi butuh jam belajar yang lebih lama juga.

Jadi, semua siswa harus menambah muatan otaknya juga, Pak?.

Bukan maksud untuk membading-bandingkan, kalau melihat berita mancanegara rasanya iri dengan pendidikan disana, tidak perlu sekolah sampai sabtu atau dari pagi sampai sore, tidak perlu mengerjakan setumpuk tugas yang kadang tidak ada korelasinya dengan mata pelajaran tersebut, dan yang lebih penting lagi, disana tidak ada Ujian Nasional yang memasung siswa untuk setiap detiknya textbook. Tapi, mereka bisa menjadi negara maju.

Di luar negeri, anak-anak Sekolah Dasarnya, sekolah tidak menggunakan seragam, dari pagi sampai sore tidak selalu belajar di kelas, kalau mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, mereka akan dibawa ke kebun atau taman, untuk sedikit banyak mengenal alam. Disitu contoh bahwa belajar tidak melulu harus dari buku, tetapi dari sekitar juga.

Memang, semua kemampuan otak anak berbeda-beda, ada yang dengan membaca beberapa lembar materi mereka akan langsung ingat sampai mati, tetapi juga ada yang sudah mati-matian membaca sampai bimbel sana sini, mungkin paham, tetapi setelah materi itu tidak dipakai mereka akan lupa, dan kebanyakan sepeti itu. Ini contoh bahwa belajar dari buku yang terus-menerus tidak bisa di berlakukan lagi, anak-anak harus turun kelapangan untuk belajar, memang belajar dari buku perlu, tapi ‘back to nature’ juga perlu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun