Mohon tunggu...
Hany Ferdinando
Hany Ferdinando Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penikmat buku dan musik yang suka tentang teknologi, psikologi, pendidikan, flora dan fauna, kebudayaan, dan hubungan antar manusia.

Belajar menulis dengan membaca, belajar kritis dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Selamat Hari Guru kepada Para "Guru"

25 November 2017   20:40 Diperbarui: 25 November 2017   20:42 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: parentsasteachers.org

Sebutan guru mengacu pada sebuah profesi yang tugasnya mendidik dan mengajar, bisa di sekolah sebagai institusi pendidikan formal, maupun pendidikan non-formal. Lalu, ucapan "Selamat Hari Guru" ditujukan kepada siapa? Apakah guru terbatas pada mereka yang berkecimpung di sektor pendidikan formal?

Guru dalam arti luas bisa menjangkau lebih banyak lapisan masyarakat. Seseorang yang 'dituakan' di masyarakat bisa disebut sebagai guru karena dari dialah banyak orang belajar sesuatu. Para pendiri bangsa ini juga mendapat sebutan guru bangsa, padahal mereka tidak terlibat dalam pendidikan formal seperti guru yang kita kenal dalam arti sempit, tetapi kita belajar dari keteladanan yang mereka tunjukkan.

Orang tua (bukan orang berusia lanjut tetapi mereka yang punya anak) juga bisa dikategorikan sebagai guru karena mereka lah yang mendidik seorang anak dalam keluarga. Maksud saya, mereka yang tidak mempercayakan anaknya diasuh oleh (maaf) pembantu atau baby sitter. Saya tidak bermaksud meremehkan profesi pembantu dan baby sitter, tetapi tanggung jawab pendidikan anak dalam keluarga berada di pundak orang tua. 

Tatkala pemerintah mencanangkan Hari Guru sebagai bentuk penghargaan terhadap para guru yang mendedikasikan hidupnya menjadi pendidik, sepertinya ada bagian yang tertinggal. Pemerintah, secara umum, dan masyarakat, secara khusus, belum memberikan penghargaan kepada orang tua yang berperan sebagai guru untuk anak-anaknya. 

Mereka yang mengorbankan karir demi pendidikan karakter anak-anaknya belum mendapatkan penghargaan sebagaimana mestinya. Alih-alih dihargai pengorbanannya, tidak sedikit yang mencibir seseorang, biasanya wanita, yang meninggalkan karirnya demi anak. Mereka bahkan tidak pernah memikirkan betapa sebuah keluarga harus memendam beberapa keinginan karena ingin merawat sendiri anaknya. 

Dalam beberapa kasus, keluarga seperti ini harus menahan diri tidak membeli ini itu karena memang kondisi keuangan tidak memungkinkan dengan hanya satu orang yang bekerja di luar, sedang pasangan yang lain berada di rumah untuk merawat anak.

Oleh karena itu, perkenankan saya menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada setiap orang tua yang telah merawat sendiri anaknya demi sebuah pendidikan karakter yang sesungguhnya. Kepada setiap ibu yang telah memilih untuk meninggalkan karir demi merawat sendiri anaknya, saya sampaikan salam hormat.

Selamat Hari Guru kepada para "guru".

Catatan kaki: terima kasih yang mendalam saya sampaikan kepada istri saya, yang mengambil keputusan untuk meninggalkan karirnya demi 2 anak anugerah Tuhan atas keluarga kami.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun