Mohon tunggu...
Hawin Fizi Balaghoni
Hawin Fizi Balaghoni Mohon Tunggu... Aktivis Kemanusiaan -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Alumni Universitas Negeri Surabaya. Pedagang Kecil dari Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Menulis Menjadi Hobi - Traveler - Marketing.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kepikiran Senduro

21 Februari 2018   06:50 Diperbarui: 21 Februari 2018   07:39 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
DOkumentasi Pribadi

Hatiku Bergumam..
Selamat Datang Matahari. Gn.Semeru tampak sumringah menyapa Desa Senduro. Kali ini, sudah waktunya hujan mereda dan kita sambut hangat sinarnya di tiap pagi. Saya sangat terkesan berada di Tanah Kelahiran ini. 

Panorama yang Apik, serta Sejuknya yang tak terganti, membuat siapa saja pasti merasakan rasa bahagia seperti yang saya alami. Tetapi, mungkin kita tidak boleh berpuas diri dengan Keindahan yang sudah ada. Karena senduro juga memiliki tanggung jawab untuk berkembang menjadi yang lebih baik lagi. Senduro juga bukan milik aparat pemerintah saja, setiap masyarakatnya memiliki tanggung jawab pula untuk ikut dalam membangun kemajuan senduro tercinta. 

Kita berfikirnya sederhana saja, siapapun kita, tanpa jabatan sekalipun, tanpa seragam organisasi, partai politik, kita harus percaya diri memberikan sumbangsih untuk kemajuan senduro. Ini adalah tanah kelahiran kita, tempat kita pulang, tempat kita melihat adik-adik keluarga kita bermain di teras rumah kita masing-masing. Di satu sisi, selalu menggantungkan tanggung jawab kepada pihak yang berwajib  (misal: pemerintah desa) juga bukanlah solusi yang cemerlang. Mengapa? Karena sudah zamannya tradisi lempar batu sembunyi tangan. 

Lalu apa kita mau mengikuti tradisi buruk itu?, tentu tidak !. Seringkali kita mendambakan pahlawan yang sebenarnya dia tidak pernah ada. Memang sulit untuk memulai sesuatu hal yang baru, apalagi yang berhubungan dengan belanja/pengeluaran uang, saya pun mengalami hal itu. Krisis Keuangan adalah momok bagi banyak aktivis, pencetus ide, tapi saya tetap optimis bahwa di hari ke depan akan banyak orang-orang yang tergerak hatinya untuk bersatu melewati jalan cahaya demi terciptanya banyak kreatifitas masyarakat senduro. 

Mungkin kali ini saya hanya bisa menulis, menyebarkan ide dan semangat yang saya miliki, lalu malam hari berkumpul bersama mereka yang peduli terhadap aktivitas yang positif untuk masyarakat senduro (misal : senduro k-pop dancer). Mudah-mudahan akan ada jalan terang sehingga saya dapat memberi banyak sumbangsih untuk senduro. 

Saya hanya bermimpi, jika ada saatnya masalah-masalah fundamental yang ada di senduro suatu saat dapat teratasi dengan baik. Menurut saya masalah yang mendasar di senduro adalah kurangnya pemanfaatan sarana Perpustakaan Desa, serta pengelolaan managemen perpustakaan. Mengapa saya berpendapat seperti itu? Yah, karena saya pernah terlibat dalam managemen perpustakaan desa senduro (sehingga saya tahu). 

Padahal, perpustakaan bisa dijadikan salah satu indikator, betapa hebat kebudayaan suatu daerah. Nyaris tidak pernah ada, kemajuan suatu daerah tanpa budaya membaca masyarakat yang tinggi. 

Membaca merupakan budaya positif yang mendasar yang tidak pernah lekang oleh zaman, sampai kapan pun. Saya menulis ini karena prihatin, betapa ala kadarnya cara pemerintah desa menumbuhkan minat gemar membaca di senduro. Entahlah, kita hanya dapat berprasangka baik. hanya Tuhan yang dapat membolak-balikkan hati.
semoga bermanfaat.
Salam Hangat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun