Ada himbauan, agar kita beribadah secara sungguh-sungguh seakan-akan esok hari kita akan meninggal. Hal ini dimaksudkan agar kita selalu beribadah sungguh-sungguh. Sepanjang kita masih bisa bernafas, masih bisa beraktifitas di dunia ini, semestinya kita bisa rajin dan semangat dalam berbuat baik. Sepanjang kita masih diberi anugerah kesehatan, kita masih bisa berbuat baik. Karena itulah, tidak ada alasan untuk tidak berbuat baik. Karena berbuat baik itu merupakan bagian dari ibadah, yang dianjurkan Allah SWT.
Jika hari ini Anda sakit, tentu akan sulit lagi untuk berbuat baik. Begitu juga ketika Anda dinyatakan meninggal, juga tidak bisa lagi berbuat baik. Jika saat ini Anda masih diberi kesehatan, diberi akal dan pikiran, tapi justru seringkali melakukan perbuatan tidak baik, tentu akan sangat disayangkan. Karena fakta yang terjadi saat ini, banyak perilaku tidak baik justru dilakukan oleh orang-orang yang secara jasmani dan rohani dalam keadaan sehat. Banyak oran yang masih dalam kondisi segar bugar, tapi justru aktif menyebarkan ujaran kebencian. Itulah fakta yang terjadi saat ini. Ujaran kebencian terus menjelma dalam setiap ucapan dan tindakan.
Perilaku semacam itu semestinya tidak terjadi. Kenapa? Karena manusia itu diberi akal dan pikiran oleh Allah SWT. Melalui akal dan pikiran ini, manusia bisa membedakan mana baik dan tidak. Mana bermanfaat mana tidak. Mana yang manusiawi mana yang tidak. Manusia juga diberi perasaan, yang membuat manusia bisa membedakan mana sakit dan tidak. Dengan berbagai kelebihan yang dimiliki manusia, seharusnya melakukan tindakan baik menjadi hal yang mudah. Tapi kenyataannya, tidak semua manusia bisa mudah melakukan perbuatan baik. Apalagi jika dalam diri kita sudah muncul bibit kebencian dan radikalisme, akan lebih mudah lagi melakukan perbuatan yang tidak baik.
Bibit kebencian ini, bisa dilandasi dengan berbagai macam faktor. Ada yang benci karena berbeda pandangan. Ada yang benci karena berbeda keyakinan. Bahkan ada juga benci karena perbedaan pilihan politik. Bibit kebencian ini juga mulai menjalar di lembaga pendidikan, tempat kerja, instansi pemerintah, dan menyebar ke setiap lini kehidupan masyarakat. Bibit kebencian inilah yang kemudian melahirkan amarah. Bibit kebencian ini juga bisa melahirkan perilaku intoleran. Dan perilaku intoleran, bisa melahirkan perilaku teror. Semuanya itu berasal dari bibit kebencian. Karena itulah, hilangkan bibit kebencian itu dari dalam pikiran kita. Gantilah dengan bibit kebaikan, sehingga segala ucapan dan perilaku kita pun bisa mengarah pada kebaikan.
Maraknya aksi teror di Indonesia, tidak bisa dilepaskan pula dengan maraknya provokasi dan kebencian di dunia maya. Maraknya tindakan intoleran di dunia nyata, juga tidak bisa dilepaskan dari segala bentuk kebencian yang terjadi di dunia maya. Karena itulah, jangan remehkan bibit kebencian. Untuk melawan bibit kebencian, dengan cara memperbanyak perbuatan baik dalam keseharian. Hal ini pun dianjurkan dalam Al Quran, "sesungguhnya Allah SWT menyuruh berlaku adil dan berbuat kebaikan, dan memberi kepada kaum kerabat, dan melarang dari perbuatan keji, dan hal yang tidak disenangi dan memberontak. Dia memberi kamu nasihat supaya kamu mengambil pelajaran." (Q.S 16:91)
Jika kita mengaku sebagai seorang muslim, semestinya menjalankan segala anjuran yang dijelaskan dalam Al Quran. Jika kita mengaku sebagai seorang Indonesia, semestinya kita menjunjung tinggi kemanusiaan, keberagaman, toleransi dan tolong menolong antar sesama. Karena karakter itu adalah karakter orang Indonesia, yang tercermin dalam nilai-nilai dasar Pancasila.