Mohon tunggu...
Hesti Fintasari
Hesti Fintasari Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia Fakultas Keguruan & Ilmu Pendidikan Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Meminta maaf bukan berarti kamu salah dan orang lain benar, hanya saja hatimu bernilai tinggi dari EGOMU.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pembubaran Ormas Radikal sebagai Kado Terindah di Hari yang Bersejarah

31 Oktober 2020   16:26 Diperbarui: 15 Januari 2021   12:54 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh : Dr.Ira Alia Maerani ( Dosen Fakultas Keguruan & Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Sultan Agung Semarang ) & Hesti Fintasari  ( Mahasiswi Fakultas Keguruan & Ilmu Pendidikan Universitas Islam Sultan Agung Semarang ). 

"Pekikan semangat Pancasilais di tanggal 1 Juni yang sering kita kenal dengan hari lahir Pancasila, kini sudah tidak senyaring dulu lagi. Hal ini terjadi semenjak munculnya musuh-musuh dalam selimut, yang dengan liciknya merong-rong kesatuan semangat Pancasilais Bangsa Indonesia". Yah, itulah ungkapan yang kiranya sesuai dengan kondisi yang terjadi di bangsa kita akhir-akhir ini.

Seperti yang telah terpatri dalam benak kita masing-masing, bahwa 1 Juni 1945 merupakan hari lahirnya Pancasila. 1 Juni 1945 merupakan hari dimana presiden pertama kita, bapak Ir. Soekarno mengungkapkan istilah "Pancasila" untuk yang pertama kali dalam pidatonya. Dengan disampaikannya pidato tersebut, maka setiap tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya "Pancasila".

Adapun proses perumusan hingga pengesahan Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia, dilakukan dalam sidang yang diberi nama sidang BPUPKI. Proses ini bukanlah suatu hal sepele yang bisa dilakukan begitu saja oleh sembarang orang. Ini merupakan suatu hal yang sangat fundamental, dimana para tokoh negara saat itu melakukan ijtihad secara keras, untuk memilih poin-poin apa saja yang akan digunakan sebagai dasar Negara Indonesia, yang bisa merangkul semua kalangan, yang bisa diakui dan dilaksanakan oleh semua rakyat Indonesia yang sangat multikultur ini.

Bung Karno sebagai pemikir dan pencetus dasar Negara Indonesia, memandang Pancasila dengan Perspektif Rasional. Jenderal Sudirman memandang Pancasila sebagai sesuatu yang mistis. Terminologi kesaktiannya hanya mampu dihayati dan difahami dengan kesadaran mistis yang tinggi. Pada saat itu, terdapat beberapa rumusan dasar Negara Indonesia yang diungkapkan oleh beberapa tokoh terdahulu, hingga muncul kesepakatan bersama bahwa dasar Negara Indonesia adalah "Pancasila", yang berisikan lima dasar yang harus dipegang teguh oleh masyarakat Indonesia dalam berperilaku di kehidupan sehari-hari.

Lima dasar negara  tersebut tercantum dalam UUD 1945, yaitu; Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Dengan kelima dasar ini lah, integrasi masyarakat Indonesia mulai menguat. Kendati demikian, jika kita melihat fenomena yang akhir-akhir ini marak terjadi di Indonesia, tentu sangat riskan sekali, dimana integrasi masyarakat Indonesia akan Pancasila sudah mulai menurun, bahkan ada beberapa masyarakat Indonesia yang berusaha keras  untuk menghilangkan kesaktian Pancasila dari Negara Indonesia.

Salah satu penyebab disintegrasi tersebut adalah akibat muncul dan berkembangnya arus globalisasi yang semakin menguasai dunia. Selo Soemardjan mengungkapkan bahwa, globalisasi merupakan sebuah proses terbentuknya suatu sistem organisasi dan komunikasi antar masyarakat yang berbeda di seluruh dunia yang bertujuan untuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah tertentu yang sama.

Dengan adanya globalisasi, akses hubungan antara negara menjadi semakin mudah, sehingga akan memudahkan pula para pendatang untuk keluar-masuk di suatu negara, termasuk salah satunya yaitu di Indonesia. Semenjak masuk dan berkembangnya beberapa penyusup di Indonesia, membawa dampak yang sangat buruk terhadap kesatuan NKRI dan juga semangat nasional Bangsa Indonesia, termasuk semangat menjunjung tinggi nilai-nilai kesaktian Pancasila.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun