Mohon tunggu...
Hesti Eka
Hesti Eka Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kado Terindah dari Ibu

3 Januari 2018   16:46 Diperbarui: 3 Januari 2018   16:49 989
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kado Terindah Dari Ibu

Berbicara mengenai ibu tak akan ada habisnya. Kebaikan dan ketangguhan hatinya membuat sosok ibu derajatnya tiga tingkat dibanding sosok ayah. Siapa yang tak mengenal sosok ibu? Wanita tangguh yang telah mengandung, menyusui dan merawat kita sedari kecil. Ibarat sinar mentari, begitulah kasih ibu, yang sepanjang perjalanan tak akan habis dan tak terurai begitu indahnya.

Ia telah banyak melakukan pengorbanan hanya untuk membuat anaknya bahagia semata. Ibu telah banyak memberikan kita 'hadiah' secara langsung maupun tidak langsung. Hadiah yang diberikan mungkin bukan berupa barang atau uang, namun berupa kasih sayang yang terbatas. Lalu, apa yang telah kita lakukan untuk ibu? Apa hadiah yang telah kita berikan pada ibu?

Saya akan memberikan pengalaman mengenai kado terindah yang pernah ibu berikan pada saya. Bagi saya, semua yang ibu berikan pada saya adalah kado terindah untuk saya. Mungkin tidak seberapa, namun pengorbanan dan ketulusannya yang luar biasa. Namun saya hanya akan mengulas beberapa hadiah saja, karena terlalu banyak yang ibu berikan pada saya.

Kado pertama yang tak terlupakan bagi saya ialah ketika saya dibelikan sepeda baru ketika berumur sebelas tahun. Sepeda besar berwarna pink lengkap dengan keranjang didepannya. Saat itu ibu saya rela, membawa sepeda itu hanya menggunakan sepeda motor dengan posisi paman saya yang didepan dan ibu saya yang dibonceng. 

Membawa sebuah sepeda besar hanya menggunakan sepeda motor bukanlah sebuah hal yang mudah. Terlebih jarak dari toke sepeda dengan rumah saya yang terbilang jauh. Malamnya, ibu saya demam. Karena efek membawa sepeda saya yang berukuran besar itu, hanya karena ia ingin membuat saya senang ia rela sakit seperti ini.

Itu adalah kado terindah pertama yang pernah ibu berikan pada saya. Kado yang membuat saya senang dan sedih, senang karena dibelikan sepeda baru dan sedih melihat ibu jatuh sakit karena saya.

Kado kedua yang pernah ibu berikan pada saya adalah sebuah smartphone yang sedari dulu saya inginkan. Smartphone itu adalah hadiah yang ibu berikan pada saya karena saya berhasil memperoleh peringkat pertama di kelas sewaktu kelas VIII SMP. 

Padahal, saya sama sekali tak memberitahu pada ibu saya mengenai hal itu. Saya tak mau membebani beliau untuk membelikan saya ponsel. Namun itulah kasih sayang ibu, ia rela memberikan apa saja pada anaknya.

Saat saya lulus SMP, saya berniat untuk melanjutkan ke SMA asrama terbaik di Jambi. SMA yang berisi siswa-siswi cerdas dan kompeten. Untuk menjadi salah satu murid disana, tentunya pihak sekolah akan menyeleksi secara ketat. 

Hanya 150 orang terpilih yang bisa masuk SMA tersebut, 100 laki-laki dan 50 perempuan dengan total pendaftar mencapai lebih 3000 orang. Banyak sekali persyaratan untuk melakukan pendaftaran, salah satunya tes penyakit dan tes narkoba dan tes-tes tersebut memakan biaya mencapai lima ratus ribu. Itu hadiah ketiga yang tak akan terlupakan seumur hidup saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun