Mohon tunggu...
Hery Sinaga
Hery Sinaga Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Negeri Sipil

-Penulis konten -saat ini sedang suka-sukanya menggeluti public speaking -Sedang menyelesaikan buku motivasi -karya novel : Keluargaku Rumahku (lagi pengajuan ke penerbit)

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Work From Destination, antara Breaktrough dan Utopia

8 Januari 2021   17:33 Diperbarui: 11 Januari 2021   20:00 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto liburan. (sumber: Jacob Lund/SHUTTERSTOCK via kompas.com)

Keberhasilan konsep ini perlu didukung oleh para stakeholder terkait yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah, pelaku wisata, masyarakat dan elemen-elemen lainnya.

Berbicara dengan daerah tujuan wisata, pemerintah telah menetapkan 10 KSPN (Kawasan Strategis Parawisata Nasional) atau 10 Bali baru sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 yaitu Tanjung Kelayang (Bangka Belitung), Candi Borobudur (Jawa Tengah), Morotai (Maluku Utara), Pulau Komodo-Labuan Bajo (NTT), Taman Nasional Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Danau Toba (Sumatera Utara), Bromo-Tengger Semeru (Jawa Timur), Mandalika Lombok (NTB) dan Tanjung Lesung (Banten).

treebo.com
treebo.com
Salah satu contoh dari KSPN yang sedang dikebut pembangunannya oleh pemerintah pusat melalui kementerian PUPR adalah Danau Toba. 

Untuk pembangunan pengembangan Danau Toba sebagai KSPN Destinasi Wisata Super Prioritas diperkirakan akan selesai pada akhir 2020. Pemerintah Pusat telah mengalokasikan anggaran senilai Rp 1,5 triliun yang digunakan untuk pembangunan infrastruktur seperti sumber daya air, jalan dan jembatan, permukiman, serta perumahan.

Dengan ditetapkannya Danau Toba sebagai KSPN destinasi wisata super prioritas, sinergitas Pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus dilaksanakan dengan baik. Daerah kabupaten yang berada dikawasan Danau Toba diharapkan dapat mengeluarkan kebijakan yang linier dengan kebijakan pemerintah pusat.

Pengembangan kawasan Danau Toba akan didasarkan pada tiga faktor utama. Ketiga faktor tersebut yaitu atraksi, aksesibilitas, dan amenitas (3A).

Dari sisi atraksi, pengembangan dilakukan dengan mengacu pada standar kualifikasi sertifikasi UNESCO Global Geopark (UGG). Kemudian akan dibangun 16 Geosite yang tersebar di seluruh kabupaten di sekitar Danau Toba. Disamping itu juga akan dibangun 10 desa wisata di Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba dan Kabupaten Tapanuli Utara.

Sedangkan untuk aksesibilitas, Bandara Silangit di Siborong-borong harus terus ditingkatkan. Yang dahulu hanya berkapasitas 100.000 kunjungan per tahun, sekarang diminta agar kapasitas ditingkatkan menjadi 500.000 per tahun.

Sementara dari sisi Amenitas, peran masyarakat maupun swasta dalam memberikan sumbangsih atau kontribusi untuk menginvestasikan dalam pembangunan hotel ataupun penginapan (home stay) yang nyaman dan menarik dikunjungi oleh wisatawan sangat diharapkan. Terlebih putera daerah yang sukses di kota-kota besar agar mau memberikan niatnya untuk ikut berkontribusi dalam pembangunan danau toba.

Dan bukan hanya danau toba, banyak daerah wisata di indonesia yang dapat dijadikan sebagai daerah wisata untuk mendukung konsep Work From Destination yang dicetuskan oleh Menteri Parekraf Sandiaga Uno.

Keberhasilan dari konsep WFD ini bergantung kepada peran serta para stakesholder untuk mengambil peran dan melaksanakan perannya masing-masing dengan sebaik-baiknya dengan mengabaikan ego sektoral diantara lintas kementerian maupun pemerintah pusat dengan daerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun