Mohon tunggu...
Hery Prasetyo Laoli
Hery Prasetyo Laoli Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hamba Amatir

Aku ingin MATI setelah mengetahui arti HIDUP. Dan aku sebuah fatamorgana yang diciptakan berguna, entah untuk siapa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketika Seks Bukan Lagi Soal Kenikmatan Melainkan Kekerasan

21 April 2021   09:15 Diperbarui: 21 April 2021   09:26 1217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bagi semua makhluk hidup yang memiliki kefanaan dan tidak ada satupun yang Immortal, mungkin seksualitas adalah kebutuhan biologis serta kebutuhan reproduksi yang tidak bisa dinegasikan dari kehidupan di muka bumi ini. Namun, sebagian Homo Sapiens khususnya kaum adam dan beberapa binatang yang memang fitrah mereka tidak memiliki akal, mereka menggunakan seks hanya untuk keperluan rekreasi atau untuk kesenangan semata saja. Sementara itu, dalam hubungan seks yang dicari adalah kenikmatan dari kedua belah pihak walaupun dalam kenyataan sekarang, hubungan seks dilakukan hanya untuk kenikmatan salah satu pihak saja.

Dewasa ini, banyak beberapa oknum dari kaum adam atau kita bisa menyebut mereka sebagai predator mematikan yang menjadikan seks hanya untuk kenikmatan semata pada kepuasan dirinya sendiri dan tampaknya hanya untuk hiburan saat merasa kesepian. Predator ini menyasar perempuan yang tidak mengetahui apa-apa untuk dijadikan korban dan mencuci pikiran korban dengan narasi kenikmatan seksual. Narasi seks yang sering dibawa ialah bahwa sexs itu surganya dunia dan nikmatnya tiada tara, ketika si predator mulai mengelaborasikan promosi cerita seksualnya, korban dititah untuk membayangkan betapa nikmatnya bercumbu rayu dalam melakukan aktifitas seks. Walaupun korban tetap enggan dan bahkan menolaknya, oknum yang saya labelling predator ini memiliki banyak cara agar target korban dapat dibujuk masuk ke dalam perangkapnya.

Dengan jalan bujuk rayu dan iming-iming mengajak rekreasi serta kulineran, cara ini mungkin yang paling sering dilakukan. Biasanya korban di bujuk untuk mau diajak jalan dan setelah korban terperangkap dalam rayuan umpan jalan-jalan yang dilancarkan para predator, kemudian korban dibawa ke sebuah kamar dengan alasan untuk beristirahat sejenak sambil meregangkan otot. Mau tidak mau, korban terhasut kembali oleh rayuan predator, kamar yang menjadi sarang para korban yang termakan tipu muslihatpun menjadi tempat paling menakutkan bagi para korban. 

Bagaimana tidak menakutkan, karena setelah predator berhasil memasukan korban ke dalam sarangnya, otomatis predator mempunyai kuasa penuh atas tubuh para korban. Di tempat itu lah predator mulai memainkan trik jitu dan tipu daya kepada para korbannya. Dari mulai pelukan, ciuman, hingga sampai merampas keperawanan, predator berhasil melancarkan aksinya bak seperti pesulap yang berhasil saat aksi pertunjukan.

Kenikmatan dunia yang dijanjikan di awal kepada korban, seakan semua itu adalah omong kosong saja. Korban yang sudah masuk perangkap hingga berhasil dirampas keperawanannya, setelah kejadian tersebut predator tidak pernah lagi mengajak korban untuk jalan-jalan bahkan tidak pernah ada lagi kabar dari predator tersebut. Sangat disayangkan memang, jika keperawanan terampas hanya karena iming-iming kenikmatan yang sesaat bahkan terhitung singkat. Predator mana peduli ketika para korbannya depresi bahkan sampai ada juga yang bunuh diri karena trauma dan terganggunya psikologis, mereka para predator hanya memikirkan ejakulasi lalu mencari kembali korban yang mempunyai tubuh yang lebih nikmat. 

Lebih parahnya, ketika korban yang dirasa mempunyai paras anggun dan mempunyai liuk tubuh gemulai malah dijadikan sebagai budak seksnya. Lancaran aski berikutnya, predator mengancam para korban untuk tutup mulut karena mereka yang berani buka mulut dan berani untuk melapor kepada orang lain dan lembaga yang terkait, biasanya justru nyawa mereka yang harus hilang. Memang belenggu predator ini membuat kebimbangan dan kecemasan bagi para korban, tak ayal untuk melepas belenggu tersebut kebanyakan dari para korban terpaksa masuk dan terjun ke dalam dunia hiburan "dunia malam/prostitusi" dan tak sedikit dari mereka para korban predator seksual menjadi hyper sexs akibat ulah para predator yang hanya memikirkan kenikmatannya sendiri tanpa memikirkan kenikmatan dan puncak ejakulasi para korbannya, hal ini mengakibatkan efek kemauan dan hasrat untuk berhubungan seks yang tak normal. 

Dan sebagian lagi, para korban mungkin harus direnggut masa mudanya bahkan masa depannya akibat tindakan seksual yang bukan atas dasar cinta melainkan nafsu belaka. Sehingga memaksa mereka diusia yang masih belia terpaksa harus mengandung bayi diluar pernikahan. Selain itu, dampak sosial bakal berpengaruh besar yang membawa efek dari keluarga dan masyarakat, dimana keluarga mungkin malu mempunyai anak hamil diluar nikah dan masyarakat yang membuat stigma buruk kepada korban sehingga korban dijauhi dalam lingkungan masyarakatnya.

Edukasi seks memang perlu sedini mungkin untuk mencegah bahaya lain dari kasus seksualitas, karena sekarang ini seks hanya dijadikan pelampiasan dan hiburan saja. Banyak kekerasan seksual dan pelecehan seksual yang dimotori oleh rasa penasaran, rasa penasaran yang kuat dari kaum hawa inilah yang sering dijadikan senjata bagi para predator. 

Oleh karena itu, iming-iming seks yang katanya nikmat hanya propaganda bagi para predator yang haus akan kepuasan seksual, karena puncak dari kenikmatan seksual sendiri adalah terciptanya janin yang akan lahir ke dunia ini dan akan meneruskan garis keturunan serta dapat menjadi harapan untuk perubahan di dunia ini. Maka dari itu, kekerasan dalam seks atau pelaku kekerasan seks harus diberi sanksi yang setimpal karena dampak kekerasan seks sendiri merugikan bagi korbannya bahkan bisa menjadi ancaman kematian bagi korban.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun