Pada hari Minggu (3 Agustus 2025) Kota Batu punya gawe akbar, Festival Bantengan yang tahun 2025 ini menginjak  event ke-17. Suatu pencapaian yang luar biasa bisa merayakan sampai mendekati dua dekade, karena di beberapa tempat ada acara akbar hanya sampai tahun ke-3. Di mana event berikutnya tidak berlanjut, malah hilang sama sekali.
Di hari itu saya sengaja ingin menonton acara tersebut, karena tahun-tahun sebelumnya hanya sekadar mendengar dan menyimak di media sosial. Rasa penasaran dan ingin tahu lebih lanjut dengan hadir secara langsung. Terlebih event ini juga ada partisipasi dari Bolang Kompasia untuk berbagi cerita dan berita.
Siang sekitar jam 14.00 saya mulai berangkat mengendarai motor. Cuaca Kota Malang mendung, dan tak beberapa lama rintik hujan mulai turun. Dalam pikiran saya, hujan akan luas setidaknya sampai Kota Batu. Konon kabarnya jika ada event pawang akan memindahkan hujan ke tempat lain, dalam konteks ini hujan dipindahkan ke Kota Malang.
Tidak mau ambil risiko lebih, saya pakai jas hujan agar tubuh ini tidak basah. Dan benar hujan sampai pertigaan Pendem masih terasa. Saya teruskan perjalanan menuju Kota Batu, dan sepanjang perjalanan saya lihat rombongan mobil Bantengan yang sudah turun. Sepertinya mereka sudah pentas, untuk digantikan rombongan berikutnya.Â
Sampai di Kota Batu langit cerah dengan matahari tertutup awan, menjadikan suasana tidak begitu terik apalagi panas. Saya langsung menuju Jalan Gajah Mada (depan alun-alun) untuk menonton parade, dan bertemu rekan Bolang M. Yunus untuk menonton bersama.
Lebih seru perserta unjuk diri
Sore itu parade bantengan sudah mulai, entah urutan ke berapa kontingen yang sudah berjalan, sejak pagi. Sesuai agenda mulai jam 09.00 dari titik kumpul di Stadion Brantas dengan finish di Jalan Panglima Sudirman tepatnya depan rumah dinas Walikota Batu. Di alun-alun rasanya lebih nyaman dalam menonton. Areanya jalan lebih luas, dan akses parkir juga luas. Info dari beberapa media untuk kontingen sekitar 90-an yang berpartisipasi.
Parade kontingen yang merupakan kelompok bantengan mempunyai cara sendiri untuk tampil diri. Beberapa di antaranya tetap memakai replika kepala banteng, ada juga topeng macan, serta kera. Dalam setiap iringan kontingen, dalam jarak tertentu akan melakukan aksi unjuk diri.
Para kontingen tentu tidak ingin mengecewakan penonton jika hanya iringan berbaris saja. Unjuk diri yang paling seru dan menarik adalah ketika peserta itu mengalami trance yang istilah lokalnya kalap. Ekspresi kalap bermacam-macam, bisa dengan gerakan yang ditandai dengan ekpresi raut wajah yang begitu tegang.