Pemilihan presiden dan wakil presiden sudah diambang pintu dan putera-putera bangsa yang dianggap terbaik serta yang menganggap dirinya terbaik, mulai pasang kuda-kuda untuk maju berebut kursi RI I. Bahkan pemilik-pemilik partai mencoba tampil dengan segala upaya menebar pesona kemana-mana.
Semua calon memiliki gaya masing-masing untuk mendapat simpatik dari rakyat dalam memburu suara. Mungkin pak Jokowi sudah terbiasa dengan bagi-bagi sepeda, dalam setiap pertemuan dengan rakyat. Jadi hitung-hitungan politik harus menyediakan berapa sepeda ditahun 2019 nanti. Tentunya hal ini akan menguntungkan pedagang sepeda, kalau beli sepedanya ditoko-toko rakyat. Tapi kalau pesan langsung dengan perusahaan tertentu jadi lain persoalannya. Namun yang diharapkan, bagi-bagi sepeda merata dari Sabang sampai Meroke.Â
Sepeda memang kendaraan paling efektif bagi rakyat. Dan mungkin juga paling enak jadi kendaraan politik. Disamping menyehatkan juga merupakan kendaraan tinggalan tempo dulu. Dari pada berjalan kaki, lebih baik naik sepeda, walaupun lamban tapi sampai juga ketujuan. Dan gaya pak Jokowi memang pas dengan kegemarannya blusukan kedaearah daerah, langsung bertatap muka dengan rakyatnya. Kalau dalam kampanyenya nanti blusukan kekampung- kampung dengan sepeda, tentunya membuat repot tim kampanyenya.
Tentunya pak Jokowi sudah menyiapkan jurus ampuh untuk memenangkan pilpres nanti. Bagaimana strategi untuk menghadapi lawan-lawannya. Apakah akan menandadani sepedanya dengan menambahi sayap jadi sepeda terbang. Mengingat lawan yang dihadapi akan menggunakan kuda dan jika beradu kuda dengan sepeda, tentunya kuda lebih unggul. Sekarang pertanyaan yang muncul, mampukah sepeda menghantar Jokowimasuk  Istana Negara lagi? Jangan sampai kedahuluan lawan yang berkuda. (heru sudrajat)
.